Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Harga Minyak Melonjak Usai Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran, Pasar Saham Global Berfluktuasi

Thalatie K Yani
23/6/2025 07:37
Harga Minyak Melonjak Usai Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran, Pasar Saham Global Berfluktuasi
Harga minyak mengalami lonjakan tajam usai Amerika Serikat menyerang fasilitas nuklir Iran.(freepik)

HARGA minyak melonjak tajam pada Minggu malam waktu AS, menjadi reaksi pertama pasar Wall Street terhadap serangan udara Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran sehari sebelumnya. Serangan tersebut dianggap sebagai eskalasi besar dalam konflik antara Iran dan Israel.

Futures minyak mentah AS naik 3,6% menjadi sekitar US$76,47 per barel, sementara Brent, acuan global, meningkat 3,2% ke level US$74,59 per barel.

Sementara itu, pasar saham AS justru merespons negatif. Futures Dow Jones turun 250 poin atau 0,6%, diikuti S&P 500 dan Nasdaq yang masing-masing melemah 0,6% dan 0,7%.

Sebaliknya, nilai tukar dolar AS menguat 0,3%, menandakan lonjakan minat pasar terhadap aset aman (safe haven) di tengah ketegangan geopolitik. Meski demikian, beberapa analis menilai kekuatan dolar bisa terhambat oleh kebijakan proteksionis “America First” dari pemerintahan Trump.

Di pasar Israel, sentimen pasar justru menguat. Para pelaku pasar menilai serangan terhadap Iran dapat mengurangi ancaman nuklir terhadap Israel. Indeks Tel Aviv 125 melonjak 1,8% ke level 2.919,62, sementara TA-35 naik 1,5% dan mencetak rekor baru di posisi 2.877,78.

Dampak terhadap Energi dan Geopolitik

Amerika Serikat saat ini memproduksi rata-rata sekitar 13,4 juta barel minyak per hari. Stok minyak mentah AS telah bertambah lebih dari 200 juta barel sejak awal Januari 2025, sementara OPEC+ baru-baru ini mengumumkan rencana peningkatan produksi.

Namun, para ekonom mengkhawatirkan potensi balasan dari Iran, terutama kemungkinan penutupan Selat Hormuz, jalur penting perdagangan minyak global. Gangguan di jalur ini dikhawatirkan dapat memicu kenaikan harga minyak yang tajam dan inflasi lebih tinggi di AS.

Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), selama tahun 2024 hingga kuartal pertama 2025, lebih dari 25% perdagangan minyak laut global melewati Selat Hormuz. AS sendiri mengimpor sekitar 500.000 barel per hari melalui jalur ini, setara dengan 7% dari total impor minyak mentah dan kondensat negara itu. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya