Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Harga minyak anjlok tajam, sementara saham AS melonjak, menyusul serangan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar dan Irak yang nyaris seluruhnya berhasil dicegat.
Pedagang bertaruh Iran tak memiliki niat atau kemampuan untuk melanjutkan serangan terhadap pasukan AS. Mereka berharap itu adalah puncak dari respons Teheran.
Investor saham AS bernapas lega, karena kenaikan harga minyak yang berkepanjangan bisa merusak ekonomi AS, meningkatkan biaya hidup dan operasional perusahaan.
Kirk Lippold, mantan komandan USS Cole, menyebut serangan Iran itu "simbolik", tak menunjuk pada eskalasi lebih lanjut.
Meski Iran dulu sempat meluncurkan "ratusan" rudal ke Israel, kali ini langkahnya lebih terbatas. Qatar dikatakan diberi peringatan sebelum peluncuran, menandakan keinginan menghindari korban.
Situasi saat ini seperti "bermain piring berputar di atas bola bowling"—tarif dagang berubah cepat, sinyal ekonomi campur aduk, ketidakpastian suku bunga, dan konflik Timur Tengah yang memanas.
Jika AS dan Israel sudah menyudahi serangannya, dan tanggapan Iran tetap terkendali, maka ini bisa menjadi sinyal positif: mengurangi volatilitas pasar dan risiko Iran bersenjata nuklir. Sebaliknya, jika konflik melebar—terutama jika Teheran memblokir pasokan minyak—ini bisa memicu inflasi dan resesi global.
Cedric Leighton, analis militer CNN, menekankan kontrol diri Iran memberi harapan untuk “pintu keluar” diplomatik, tapi jika AS membalas lebih agresif, situasi bisa berubah drastis.
Bob McNally, presiden Rapidan Energy, menilai pasar minyak lebih takut ancaman nyata daripada sekadar sinyal politik. "Kecuali ada gangguan produksi atau aliran minyak di Teluk, lonjakan harga masih bisa dikendalikan," katanya.
Menteri Energi AS, Chris Wright, dan beberapa analis juga memperkirakan harga minyak akan turun jika ketegangan tetap stabil—dan ternyata penurunannya lebih tajam dari prediksi mereka.
Meskipun konflik di Timur Tengah biasanya mendongkrak nilai dolar di masa ketidakpastian, kali ini kenaikan sebagian besar dipicu oleh lonjakan harga minyak. Namun jika Iran menutup Selat Hormuz, efeknya bisa lebih luas.
Konflik Timur Tengah yang bisa memicu inflasi dan tarif global yang juga menekan ekonomi. Jika inflasi melonjak, The Fed mungkin kehilangan fleksibilitas kebijakan.
Untuk saat ini, Wall Street memilih mengabaikan lonjakan sementara konflik regional dan fokus kembali pada data ekonomi dan tarif perdagangan. (CNN/Z-2)
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam dengan Dow Jones anjlok hampir 1.000 poin akibat meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi.
Saham-saham di Amerika Serikat melonjak tajam setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif tinggi atas sebagian besar barang impor global.
Futures saham AS anjlok tajam pada Minggu malam, menandai lanjutan dari dua sesi penurunan besar yang telah menghapus nilai pasar lebih dari US$5,4 triliun.
Saham AS mengalami kejatuhan tajam dalam perdagangan setelah jam kerja menyusul pengumuman tarif besar-besaran oleh Presiden Donald Trump.
BURSA saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada Senin (10/3) di tengah meningkatnya kekhawatiran ekonomi AS. Ini setelah Presiden Donald Trump menolak untuk mengesampingkan resesi.
Sistem pertahanan udara Qatar mengeklaim berhasil mencegat enam rudal yang ditembakkan Iran ke Pangkalan militer Amerika Serikat Al Udeid. Pangkalan militer AS itu terletak di Qatar.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Senin (23/6) mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah mencapai kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata penuh.
Qatar mengutuk keras serangan Iran terhadap Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid, yang terletak di dalam wilayahnya. Qatar pun menegaskan bahwa pihaknya memiliki hak untuk membalas.
Menlu Iran Abbas Araghchi menegaskan belum ada kesepakatan resmi terkait gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Iran meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid di Qatar. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk atas serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved