Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Harga Minyak Jatuh dan Bursa AS Melonjak Setelah Serangan Rudal Iran ke Pangkalan AS

Thalatie K Yani
24/6/2025 07:37
Harga Minyak Jatuh dan Bursa AS Melonjak Setelah Serangan Rudal Iran ke Pangkalan AS
Pascaserangan rudal Iran ke pangkalan militer AS, harga minyak jatuh dan saham AS melonjak.(Media Sosial X)

Harga minyak anjlok tajam, sementara saham AS melonjak, menyusul serangan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar dan Irak yang nyaris seluruhnya berhasil dicegat.

Pedagang bertaruh Iran tak memiliki niat atau kemampuan untuk melanjutkan serangan terhadap pasukan AS. Mereka berharap itu adalah puncak dari respons Teheran.

Investor saham AS bernapas lega, karena kenaikan harga minyak yang berkepanjangan bisa merusak ekonomi AS, meningkatkan biaya hidup dan operasional perusahaan.

Pergerakan Harga dan Indeks:

  • Harga minyak mentah AS turun 7,2% ke US$68,51 per barel—penurunan harian terbesar sejak April dan salah satu hari terburuk dalam tiga tahun terakhir. Ini juga kali pertama minyak turun di bawah US$70 sejak 12 Juni (sehari sebelum serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran).
  • Indeks saham rebound: Dow naik 374 poin (0,89%), S&P 500 menguat 0,96%, dan Nasdaq Composite naik 0,94%.
  • Sentimen pasar, dilihat dari CNN Fear & Greed Index, bergeser ke fase Greed setelah sebelumnya netral.

Komentar Ahli Militer dan Energi

Kirk Lippold, mantan komandan USS Cole, menyebut serangan Iran itu "simbolik", tak menunjuk pada eskalasi lebih lanjut.

Meski Iran dulu sempat meluncurkan "ratusan" rudal ke Israel, kali ini langkahnya lebih terbatas. Qatar dikatakan diberi peringatan sebelum peluncuran, menandakan keinginan menghindari korban.

Situasi Dinamis Pasar dan Geopolitik

Situasi saat ini seperti "bermain piring berputar di atas bola bowling"—tarif dagang berubah cepat, sinyal ekonomi campur aduk, ketidakpastian suku bunga, dan konflik Timur Tengah yang memanas.

Jika AS dan Israel sudah menyudahi serangannya, dan tanggapan Iran tetap terkendali, maka ini bisa menjadi sinyal positif: mengurangi volatilitas pasar dan risiko Iran bersenjata nuklir. Sebaliknya, jika konflik melebar—terutama jika Teheran memblokir pasokan minyak—ini bisa memicu inflasi dan resesi global.

Cedric Leighton, analis militer CNN, menekankan kontrol diri Iran memberi harapan untuk “pintu keluar” diplomatik, tapi jika AS membalas lebih agresif, situasi bisa berubah drastis.

Bob McNally, presiden Rapidan Energy, menilai pasar minyak lebih takut ancaman nyata daripada sekadar sinyal politik. "Kecuali ada gangguan produksi atau aliran minyak di Teluk, lonjakan harga masih bisa dikendalikan," katanya.

Menteri Energi AS, Chris Wright, dan beberapa analis juga memperkirakan harga minyak akan turun jika ketegangan tetap stabil—dan ternyata penurunannya lebih tajam dari prediksi mereka.

Instrumen Safe-Haven dan Pergerakan Mata Uang:

  • Emas hanya naik tipis 0,2% ke US$1.390 per ons troi.
  • Imbal hasil obligasi AS turun sedikit, sementara harga obligasi naik.
  • Nilai dolar AS melemah 0,3% setelah sebelumnya sempat menguat hampir 1%, dipicu oleh kekhawatiran inflasi akibat tarif impor tinggi.

Meskipun konflik di Timur Tengah biasanya mendongkrak nilai dolar di masa ketidakpastian, kali ini kenaikan sebagian besar dipicu oleh lonjakan harga minyak. Namun jika Iran menutup Selat Hormuz, efeknya bisa lebih luas.

Konflik Timur Tengah yang bisa memicu inflasi dan tarif global yang juga menekan ekonomi. Jika inflasi melonjak, The Fed mungkin kehilangan fleksibilitas kebijakan.

Untuk saat ini, Wall Street memilih mengabaikan lonjakan sementara konflik regional dan fokus kembali pada data ekonomi dan tarif perdagangan. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya