Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Energi Negatif Erik ten Hag

Suryopratomo
05/10/2024 05:00
Energi Negatif Erik ten Hag
Suryopratomo Pemerhati sepak Bola(MI/Seno)

KETIKA mendiang Sir Bobby Charlton menamakan Old Trafford sebagai Theater of Dreams, ia berharap stadion kebanggaan para pemain Manchester United itu menjadi tempat bagi anak-anak muda meraih mimpi, kegemilangan, dan kegembiraan. Legenda sepak bola itu merasakan magisnya Old Trafford ketika ia tampil di sana.

Tidak mengherankan apabila Old Trafford ditakuti oleh semua tim tamu. Manchester United selalu tampil dengan semangat yang berbeda di bawah teriakan sekitar 80 ribu pendukung fanatik mereka.

Keangkeran Old Trafford memudar di tangan pelatih Erik ten Hag. Di awal musim ini, Bruno Fernandes dan kawan-kawan justru menjadi pecundang. Dua kali Manchester United dipaksa menyerah secara telak 0-3 oleh dua musuh besar mereka, Liverpool dan Tottenham Hotspur.

Baca juga : Saat Paul Ince Kembali ke Old Trafford

Sepuluh tahun sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, ‘Setan Merah’ kehilangan kehebatan. Di bawah kepemimpinan Ten Hag, Manchester United mencapai titik nadir. Mereka menjadi tim kelas dua yang begitu mudah dikalahkan tim tamu.

Padahal, selama 24 musim, Spurs tidak pernah bisa menang di Old Trafford. Tim asuhan Ange Postegoclou membuat sejarah baru pekan lalu dengan memecundangi ‘Setan Merah’ tiga gol tanpa balas.

Para pendukung Manchester United sampai kesal dan meninggalkan stadion sebelum pertandingan berakhir. Belum pernah Manchester United ditinggalkan para pencintanya, dan itu menjadi salah satu bukti frustrasinya mereka.

Baca juga : Kesempatan Emas setelah hampir Dua Dekade

 

Energi negatif

Apa yang membuat prestasi ‘Setan Merah’ begitu buruk? Cristiano Ronaldo buka suara mengenai terus menurunnya prestasi Manchester United. Menurut bintang sepak bola asal Portugal itu, Ten Hag terlalu sering menyampaikan pernyataan yang pesimistis.

Baca juga : Casemiro Jenderal di Lapangan Tengah

“Saya paham bahwa membangun sebuah tim yang kuat itu membutuhkan waktu. Hanya saja, Ten Hag selalu mengecilkan usaha keras yang sedang dilakukan para pemain. Ia terlalu sering menyampaikan energi negatif kepada tim,” kata Ronaldo yang merasa berutang budi kepada ‘Setan Merah’, yang menjadikan dirinya sebagai bintang sepak bola.

Salah satu yang membuat Ronaldo sering heran ialah pernyataan Ten Hag yang kerap mengatakan tim masih butuh waktu dan belum saatnya untuk menjadi juara di musim ini. Pernyataan itu langsung mematikan kepercayaan diri para pemain untuk bisa menjadi juara.

Sebagai seorang pelatih, Ten Hag tidak perlu menyampaikan pernyataan seperti itu kepada media. Sikap pelatih asal Belanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya juga tidak yakin untuk bisa membawa ‘Setan Merah’ menjadi juara.

Baca juga : Rapor Merah Erik ten Hag yang Dalam Bayang-Bayang Pemecatan

Padahal Ten Hag yang memilih jalan seperti Sir Alex Ferguson untuk membangun tim dengan materi pemain muda. Ia memilih Alejandro Garnacho, Antony, Kobbie Mainoo, Amad Diallo sebagai pilar dari timnya. Namun, ia sendiri tidak percaya dengan kemampuan tim yang sedang dibangunnya.

Sikap ambivalen Ten Hag berbeda dengan Sir Alex. Sir Alex konsisten dengan sikapnya untuk membangun tim bermaterikan pemain muda. Ia beri kepercayaan tinggi kepada David Beckham, Paul Scoles, Ryan Giggs, Gary Neville untuk berdampingan dengan pemain senior seperti King Eric Cantona, Peter Schmeichel, Gary Pallister, Steve Bruce.

Sir Alex bergeming dengan kritikan yang diberikan pengamat sepak bola Inggris untuk menggunakan pemain muda. “Manchester United tidak pernah akan menjadi juara dengan bermaterikan anak-anak untuk bermain,” kritik bintang Liverpool, Alan Hansen.

Namun, Sir Alex membalikkan semua kritikan itu. Pada 1992 pelatih asal Skotlandia itu mampu membawa Manchester United menjadi juara Liga Primer. Bahkan selama 20 tahun ‘Setan Merah’ berjaya dengan bintang-bintang yang tidak ada habisnya, seperti Ronaldo, Wayne Rooney, Ruud van Nistelrooy, Robin van Persie, Dwight Yorke, Andy Cole, Teddy Sheringham, dan Carlos Tevez.

Di tahun ketiga kehadirannya di Old Trafford, Ten Hag tidak menunjukkan kemajuan dalam membina tim. Organisasi permainan ‘Setan Merah’ begitu buruk dan nyaris tidak ada koordinasi di antara para pemain dan juga antarlini.

Saat menghadapi Spurs, center-back Micky van de Ven bisa menggiring bola sampai tiga perempat lapangan tanpa ada yang mencoba menghalangi. Dari garis akhir lapangan permainan Manchester United, bek asal Belanda itu bisa mengirim umpan diagonal ke mulut gawang Andre Onana dan tidak ada satu pun pemain ‘Setan Merah’ yang bisa mengintersep sehingga dengan mudah sayap kanan Spurs Brennan Johnson menjebol gawang yang sudah kosong.

Buruknya koordinasi antarpemain membuat pemain asuhan Ten Hag frustrasi sendiri. Bahkan kapten kesebelasan Fernandes membuat gerakan yang membahayakan gelandang Spurs James Madisson, dan tanpa ampun diganjar kartu merah oleh wasit Chris Kavanagh.

 

Masih bertahan

Dengan kualitas kepemimpinan seperti itu, agak aneh jika James Ratcliffe sebagai eksekutif Manchester United masih mempertahankan Ten Hag. Meski Ten Hag pernah mempersembahkan Piala Carabao dan Piala FA untuk ‘Setan Merah’, kualitas permainan tim yang diasuhnya di bawah standar terbaik sepak bola Inggris.

Ibarat bumi dan langit apabila melihat permainan Manchester United dan Manchester City. Pelatih Josep Guardiola jauh lebih telaten membentuk permainan tim sehingga setiap pemain tahu harus berdiri di mana, bergerak ke mana, dan mesti melakukan apa ketika sedang bermain dengan bola maupun tidak.

Arah serangan yang dibangun para pemain the Citizens sangat jelas bagaimana membuat bola harus lebih sering mengarah ke kotak penalti lawan. Setiap pemain harus berupaya menggempur gawang lawan karena hanya dengan itulah akan bisa terbuka peluang mencetak gol.

Manchester United benar-benar kehilangan karakter permainan mereka. Ten Hag gagal untuk membangun tim yang solid dan dapat diandalkan. Rabu malam, saat menghadapi FC Porto di Liga Eropa, mereka hanya menunggu gol Harry Maguire di detik-detik terakhir untuk memaksa tuan rumah bermain imbang 3-3.

Ratcliffe pun sering terlihat kecewa melihat tim asuhan Ten Hag bermain. Ia sempat tertangkap kamera menutup wajahnya ketika ‘Setan Merah’ dipecundangi Liverpool 0-3. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan pemain sehingga menjadi pertanyaan bagaimana Ten Hag sebenarnya mempersiapkan tim asuhannya.

Minggu malam seharusnya menjadi penentu nasib Ten Hag di Old Trafford. Manchester United akan bertandang ke kandang Aston Villa. Tanpa ada perubahan besar dalam penampilan akan sulit bagi ‘Setan Merah’ menghadapi Villa.

Villa sedang dalam grafik penampilan yang meningkat. Di ajang Liga Champions pekan ini, tim asuhan Unai Emery mampu mengalahkan klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen, 1-0.

Apabila dipaksa menelan pil pahit, ‘Setan Merah’ akan makin terbenam di papan tengah. Beberapa nama pengganti Ten Hag seperti Zinedine Zidane dan Filippo Inzaghi sudah mulai disebut-sebut. Manchester United memang sangat membutuhkan energi positif untuk bisa bangkit.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya