Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bernard Tapie, Pria yang Bawa Kebanggaan dan Skandal ke Sepak Bola Prancis

Basuki Eka Purnama
04/10/2021 10:45
Bernard Tapie, Pria yang Bawa Kebanggaan dan Skandal ke Sepak Bola Prancis
Pendukung Marseille memberikan penghormatan bagi Bernard Tapie di Stadion Velodrome pada Minggu (3/10)(AFP/CLEMENT MAHOUDEAU)

PENGUSAHA Prancis Bernard Tapie, yang meninggal dunia pada Minggu (3/10) di usia 78 tahun, merupakan motor yang membawa Marseille berjaya di kompetisi tertinggi antarklub Eropa pada 1993.

Namun, kariernya yang penuh gelar sebagai Presiden klub Ligue 1 itu harus berakhir dalam skandal pengaturan skor yang mencoreng reputasinya.

Saat gol sundulan Basile Boli menjebol gawang AC Milan dalam laga di Muenchen, 28 tahun lalu, sepak bola Prancis akhirnya meraih gelar kompetisi antarklub pertama mereka.

Baca juga: PSG Kalah Mengejutkan dari Rennes

Dilanda emosi, Tapie memeluk pelatih asal Belgia Raymond Goethals saat skuat Marseille, yang terdiri dari Didier Deschamps, yang kini menukangi timnas Prancis, penyerang Jerman Rudi Voeller, dan bintang Ghana Abedi Pele melakukan selebrasi.

Meski kini ada Paris Saint-Germain yang bergelimang uang dari Qatar, Marseille tetaplah merupakan satu-satunya klub Prancis yang telah memenangi trofi yang kini bernama Liga Champions itu.

Marseille juga sukses mepat kali menjadi juara Ligue 1 di bawah kendali Tapie, yang berarti namanya akan selalu dielu-elukan penggemar sepak  bola di kota pelabuhan itu, serta oleh para pemain yang memperkuat Marseille di era kepemimpinannya.

"RIP Bernard Tapie, orang yang luar biasa, seorang legenda," ujar Chris Waddle, gelandang Inggris yang meninggalkan Marseille, setahun sebelum klub itu menjadi juara Eropa, Minggu (3/10).

'Ketika (Tapie) datang ke ruang ganti, kami mendapatkan semangat untuk menang," kenang Jocelyn Anglona, bek di tim Marseille 1993.

"Dia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa dan berhasil menularkannya kepada kami. Dia selalu meminta kami untuk memberikan yang terbaik," lanjutnya.

Skandal

Namun, karier Tapie di Marseille berakhir dengan memalukan dalam skandal terbesar di sepak bola Prancis,.

Beberapa hari sebelum kejayaan di Muenchen, muncul tuduhan bahwa Marseille menyogok Valenciennes, klub semenjana yang menjadi lawan mereka sebelum laga final Piala Eropa, agar tidak bermain terlalu serius.

Bukti utama tuduhan itu adalah uang sebesar 250 ribu francs, yang bernilai sekitar 55 ribu euro pada saat ini, yang ditemukan di dalam tanah di taman kediaman bini pemain Valenciennes Christophe Robert.

Kemudian muncul bukti bhawa Tapie mendatangani jaksa di Valenciennes, yang disebutnya sebagai kunjungan persahabatan.

Setelah proses penyelidikan yang memakan waktu 1,5 tahun, Tapie divonis bersalah melakukan kroupsi dan diganjar vonis 2 tahun penjara dengan satu tahun di antaranya dijadikan hukuman percobaan.

Tapie akhirnya hanya menjalankan hukuman penjara selama 165 hari setelah mengajukan banding.

Pada Minggu (3/10), saat Marseille mendengar kabar meninggalnya Tapie usai bertarung panjang melawan kanker, para pendukung klub Ligue 1 itu memilih fokus pada kejayaan yang dibawa tapie.

"Dia berutang segalanya pada Marseille dan Marseille juga berutang besar kepadaaya," ujar Didier Bertrand, pendukung Marseille berusia 57 tahun saat ditemui di sebuah kafe di kawasan Vieux Port. (AFP/OL-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya