Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Lautan tenang ada di dadaku
pulanglah dengar debur ombak
dan suara jatuh daun-daun ketapang
maka engkau akan mengerti pada siapa hidup
mesti diserahkan selain pada lillah dan pasrah.
Puasa dan tirakatku memapahmu
berjalan jauh dalam waktu-waktu yang tabah
pun ikut mengantarkan sembahyang
serta membantu amin demi amin berlayar
mengutuskan mimpi-mimpi dan doa-doa.
Tubuhku telah menyerahkan seluruh napasnya
untuk memegang pundak juga meredakan gemetar
ketakutanmu menyambut zaman-zaman pongah
abad-abad gila terus menembaki pagar rumah
tanpa ampun dan belas kasih.
Depok, 2023
Mimpi Arsy-Mu membuatku terbangun
penopang-penopang berkilauan yakut merah
kilau zamrud di antara tiang-tiang sorga
seperti kubawa tetesan cahayanya ke bumi.
Suara malam terus melengking di degup dada
menyerukan cinta yang tersingkap
dari waktu-waktu mustajab.
Apakah aku mengigau
mengirup kelopak kembang Firdaus
sengaja ditinggal malaikat di kamarku.
Angin lembut mengusap kening
seperti membisik titah layarkan nasuhamu ke udara
ia akan bergerak menuju di mana
engkau harapkan kasih.
Bumi sunyi kini
ialah pelataran panggung-Mu
bagiku mengeluhkan carut zaman
yang gila dan berisik.
Depok, 2023
Apa aku bisa menjauhi rinduku padamu
yang tak usai-usai.
Engkau ambilkan mukena dan sajadah
harum aroma rambutmu tersisa di sana
seperti sengaja kau simpan
untuk mengobatiku saat demam.
Jarak antara rindu dan kenangan ialah doa
sepanjang zikir kau pinta
pegang erat tanganku hingga sorga.
Apa aku bisa menghadapi pongah zaman sendirian.
Engkau ambilkan kitab suci berdebu milikku
mengusapnya dengan lembut
seperti menempelkan jejak hangat tubuhmu
untuk meredakan gigil takutku.
Cinta tak punya batas nisbi
angin yang tiba di pipimu selepas menangis
ialah aminku dari tempat jauh
membantumu berjalan dan berlari
menahan dentuman abad-abad di dadamu.
Depok, 2023
Jarak antara rindu dan kenangan ialah doa. Sepanjang zikir kau pinta pegang erat tanganku hingga sorga.
Pemanah-pemanah itu telah memenjarakan aku
dari masa depan yang jatuh di ujung doamu
sementara engkau masih setia menempuh takdir
ke arah bulan sabit yang dijanjikan
percakapan malu-malu kita di umur remaja.
Apakah ada pemanah-pemanah menghadangmu
membawa mimpi-mimpi buruk dan omong kosong
aku tidak boleh ikut bernyanyi.
Pernah kau tulis namaku dengan rangkaian
kaligrafi kecil diam-diam di sisi tembok masjid
hanya terlihat matahari sore yang kelelahan
dan maklum pada cinta kekanak-kanakan.
Tahun-tahun memudarkan huruf-huruf
mengganti warna tembok seperti
menghilangkan jejak harapan
kini kembali ingin kutemukan kaligrafimu
untuk kutulis di telapak tangan
dengan bubuk pacar atau air mata?
Depok, 2023
Nak
Nelayan tidak tahu ikan yang menggelepar
dalam jala ialah pak tua yang akan pergi
mengajak cucunya melihat purnama.
Ikan-ikan yang berteriak
saat ucap syukur manusia
mengangkat mereka ke atas perahu
tidak mengerti
mereka ialah suka cita nelayan
mengail pahala buat memberi nyala
bagi nyawa yang mesti hidup
di tubuh istri dan anak-anak.
"Apakah ikan mati dengan mulia
sebab membuat nelayan
mendapat pahala, Amih?"
Depok, 2023
Aku yang menangis di antara debur ombak magrib
hanyalah anak kecil dalam tubuh seorang Ibu
kerap ingin kembali mengukir cahaya matahari
di punggung tangan dengan pasir dan kerikil.
Aku yang memanggil-manggil namamu
hanya ruh yang kerap bersedih dan putus asa
ingin mengambil sisa terang bulan
di terumbu karang sebagai penerang untuk kembali
mengingat wajah yang basah oleh wudhu
di waktu-waktu yang jauh.
Ingin sekali lagi kudengar shalawatmu
dari pengeras suara di masjid
merdu dan menenangkan gemuruh laut
juga mengiringi sepasukan burung layang-layang
namun hanya kutemui kenangan
serupa desir angin meniupkan asam surbanmu
di hangat kening.
Pandeglang, 2020
Baca juga: Puisi-puisi Eka Sari
Baca juga: Puisi-puisi Hasrianti Silondae
Baca juga: Puisi-puisi Esther de Caceres
Dien Wijayatiningrum, penulis puisi dan cerita pendek, lahir di Pandeglang, Banten, 31 Desember 1989. Alumnus Kajian Wilayah Jepang, Universitas Indonesia. Karyanya, baik puisi maupun prosa, tersiar di sejumlah surat kabar. Kini, bekerja di Mynavi Corporation Japan. (SK-1)
Kata 'kofe' sendiri berarti kondisi awal gigi balita yang tumbuh pertama kalinya. Ia kemudian goyang dan jatuh sehingga terlihat ompong.
Kulit putih, bulu mata lentik. Kata orang itu cantik. Menurutku kita lebih manis.
Aku menyeberangi batas pantai di antara kebajikan dan kejahatan.
Petersburg, aku kan kembali bersama belahan jiwa. Mengulang janji suci kami di altar dulu
Kebebasan pun beterbangan di mana-mana serupa tarian angsa.
Mungkin aku yang terlalu ingin melindungimu, namun membuatmu merasa tidak nyaman.
Saat bibir-mu terbuka sedikit, amboi, betapa itu membuatku kasmaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved