Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Ilustrasi: Syahnagra Ismaill
Burung-burung
dari lembah hening berkidung.
Tentang cinta dan derita, bersiul.
Dari penjara dan pusaran
mata angin, bersenandung.
Di antara cemara-cemara kering,
berkicau.
Namun seekor burung kesepian
mengepak sayap lewati cincin api,
terbang tinggi sendirian, ia bahagia
menembus nirwana dan jiwa pun
bermazmur.
Dari pucuk hari yang cerah
bunga-bunga tersembunyi memanggilku.
"Demi cinta, aku dapat mendengarmu!"
Mereka mengingatkanku akan jiwamu,
sayangnya, hanya diketahui malaikat!
Pada kelopak-kelopak
yang tersembunyi
mereka bernyanyi!
Kita tahu bunga-bunga,
perihal jenis-jenisnya
hampir tak diperhatikan
paras wajah dan jiwamu
paras wajah dan jiwaku.
Dari sudut hari yang cerah
bunga-bunga tersembunyi memanggilku.
Sebatang cemara terbiasa tumbuh
di antara deretan cemara-cemara tua,
ditanam oleh tanganku sendiri,
tampak pucuknya berembun
dalam wajah yang kau sayangi
sedang deretan cemara-cemara tua
menopang awan agar berarak tenang.
Musik kematian berkali-kali
terdengar di tubuhmu dan tubuhku.
Bergulir bayanganmu dan bayanganku.
Bergelora di ambang batas cinta dan malam...
Musik kematian senandungkan hampa;
terhempas di antara reranting cemara:
mengabarkan kematianmu,
mengingatkan kenanganmu
siang begitu panjang, lika-liku cinta merdu
bagi kau dan aku sebagai dua mawar,
yang bercahaya dan berkilau gemerlap
membentang bagai batang emas panjang!
Kita terbalut embun
yang bersumber dari musim semi!
Kau dan aku sengaja
membiarkan hari gelap-gulita
dan patung-patung pun kedinginan!
Udara menembus telinga hingga ke lira!
Membuat jiwa-jiwa hanya bertumpu
pada patal cemara yang menjulang tinggi!
Cinta, kau sirna kini di kelopak mawar
begitu sedih, pilu, dan koyak.
Ruang hampa bagai luka terbuka,
mengalir ke sel darahmu sebagai bunga terakhir kehidupan.
Menempel ke pipiku laksana sekuntung mawar tanpa duri
dan mendatangkan hasrat meski kehidupannya terluka.
Cinta, berbunga senantiasa penuh kelembutan,
menahan dan membebaskanku
di saat malam terasa begitu dingin,
dan jurang kekelaman kian dekat.
Kita sekali lagi seperti dua mawar,
satunya lebih ramping sebagai sumber
cinta abadi. Memaksa kita melarikan diri
dari kematian di antara malam-malam angker.
Aku masih bernyanyi menanti aurora muncul lagi!
Luka menganga sebagai bunga terakhir kehidupan.
Seberapa dekat, seberapa jauh,
tanganmu dan tanganku menyatu!
Aku menjadi gila membiarkan
cinta di telapak tanganmu terlanjur
masuk ke tangan yang terborgol
dan terpisah menjadi dua ruas.
Tanganmu, tanganku melekat erat,
seperti bunga bersatu dengan batangnya,
tanganmu, tanganku terikat bersama-sama!
Aku ingin merasakan cinta dalam darahmu
dililiti akar-akar agar kita hidup bersama!
Aduh! Kedua tangan terpisah
cahaya memantulkan sinarnya
seperti milikmu; angker, lembut,
dan tembus pandang!
Sepanjang malam, tanganmu
berubah menjadi sekuncup mawar,
merasuki mimpi dan membutakan mataku
sebuah mimpi, tentang tangan cinta
aku diam seribu kata.
Bawakan aku kelopak magnolia yang harum
dengan apa saja untuk menemani waktu tidurku,
biar cinta lebih kuat menerangi bayangan.
Di gereja, di telapak tangan, dan di antara pohon eboni
saat kelopak mata telah beristirahat tenang.
Jangan terganggu oleh suara denyut nadiku,
rintihan kayu api, dan musik yang senyap.
Sampai saat aku menatapmu dengan
mata sendiri di atas salib yang reot
dan luka tak berdarah ditemukan di sekujur tubuh.
"Ini panah tersembunyi di semak-semak musim panas,
saat malam pekat, kita menimba air murni di danau."
Makhluk-makhluk mengerang dalam hening.
Lewat dialog api aku mencium harummu
dari kejauhan, putih parasmu tanpa ekspresi.
Dari jauh mereka menjawab kita,
udara malam di kebun-kebun dan hutan-hutan rindang.
Aku datang kepadamu; aku mencarimu
luka misterius hanya aku yang tahu.
Semua tulangku bernyanyi,
terjaga namun terluka,
lagu-lagu didengarkan,
tanpa lirik, di tempat berteduh.
Kau mendekap; meredam cahaya dalam kehausan.
Membawaku lebih dekat ke dalam hasratmu
begitu segar dan lembut kelopak matamu.
Mendekatlah kepadaku, magnolia!
Karena mereka membawakanku impianmu
aku hanya mencintai langit malam
dan pohon-pohon saja.
Aku juga mencintai laut saat pagi mekar
dan perahu yang mengapung di tepian,
sebab di situlah aku menemukan
kenangan indah tentangmu!
Tanpa langit malam
juga lautan fajar
aku menemukanmu!
Tanpa menatap gambar
aku bisa mendapatimu!
Sebab kini aku mencintaimu
meski dalam kesendirian ini
tak ada lagi kenangan.
Baca juga: Sajak-sajak Amalia Raras
Baca juga: Taman Api Penyair Peru Blanca Varela
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Esther de Caceres, penyair dan penulis Uruguai, lahir di Montevideo, 4 September 1903 dan wafat di Montevideo, 3 Februari 1971. Dia lulus dari Fakultas Kedokteran, University de Montevideo, pada 1929. Lalu, mengganti profesinya dengan belajar dan mengajar Ilmu Sastra Spanyol di almamaternya hingga meraih gelar profesor. Dia melahirkan sejumlah buku kumpulan puisi, yaitu Las molibnsulas extra spongas (1929), Libro de soledad (1933), Concierto de amor (1944), Madrigales, Trans, saetas (1947), Tiempo y abismo (1965), dan Canto desierto (1969). Buku terakhir adalah karya yang paling menonjol dan mendapatkan apresiasi internasional. Dia pernah mewakili negaranya dalam berbagai acara intelektual di Amerika Latin dan memenangkan Hadiah Sastra Nasional di Uruguai pada 1933, 1934, dan 1941. Dia meninggal pada 1971. Puisi-puisi di Sajak Kofe - Media Indonesia diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah, penyair dan editor puisi Media Indonesia, berdasarkan karya-karya terbaik Caceres. Foto: MI/Arsip Academia Nacional de Letras, Uruguai. (SK-1)
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Acha Septriasa mengatakan puisi WS Rendra yang berjudul Hidup Itu Seperti Uap membantunya mendapatkan inspirasi dalam menjalani salah satu adegan di film Qodrat 2
Jelajahi puisi abadi Sapardi Djoko Damono! Temukan karya terkenal dan warisan sang penyair legendaris Indonesia.
Selami keindahan alam lewat puisi! Temukan pesan tersembunyi di balik rimbunnya hutan, birunya laut, dan gemerisik angin. Inspirasi dan refleksi menanti!
José Mujica, mantan Presiden Uruguay yang dikenal dunia sebagai “presiden termiskin” karena hidup sederhana dan menolak kemewahan, meninggal dunia di usia 89 tahun.
MENTERI Luar Negeri RI, Sugiono, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Uruguay, Omar Paganini.
Luis Suarez bisa saja mencatatkan namanya di papan skor andai bola hasil tendangan guntingnya di menit ke-18 tidak membentur tiang gawang.
Luis Suarez akan meninggalkan La Celeste sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa dengan 69 gol dalam 142 pertandingan yang diukirnya selama 17 tahun.
Ugarte akan menjadi rekrutan kelima United pada musim panas ini.
Penandatanganan MoU ini merupakan tindak lanjut dari proses pembicaraan bilateral kedua negara yang dimulai sejak awal 2024 lalu, yang dilanjutkan dengan pembahasan finalisasi draft MoU.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved