Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
Ilustrasi: Lena Levin
Gaun merah, bibir tanpa gincu, dan aliran darah telah kau tasbihkan sepanjang hari. Belakangan ini aku pelajari bahwasanya duri-duri dari dalam hati berasal dari rasa iri. Masih terdiam, terbelenggu keputusan, dan rasa bersalah seorang insan.
Mungkin mata cabul ini penyebab Tuhan enggan mempertemukan kau dan aku. Sukarnya mengejawantahkan suatu nalar tanpa makar. Ini sukma menelan kudapan-kudapan angan. Lemahkan tujuan sebab doa-doa kian terbantahkan. Sungguh, aku kerap lupa bahwa rencana sang pemilik alam selalu sepadan.
Gadis di sudut itu, oh Illahi. Sungguh mencekam birahi tatkala perasaan terus dibodohi. Bukan nuansa nan romansa yang ingin kuberbagi, namun keluh kesah mengakar dari berbagai jeritan anak manusia. Tak bisa dimungkiri.
2022
Guratan menyayat lelahnya nurani
kalbu yang haru biru terberangus hampa.
Tawar dalam senyawa yang biaskan gulita
gelap bak dosa-dosa pun dianggap jelita.
Hingar bingar sore di ibu kota
siratkan jenuhnya semesta.
Perut bumi yang sudah tua
dan isi otak kita terus menua
dituntut kebutuhan semata.
Mata-mata perlahan terasa lelah;
tumbal makian dan amarah membuncah.
Istirahatlah; kekecewaan dan harapan usang
mimpi dan emosi tak sempat tertuang.
Rejeki dinobatkan hanya sebatas uang, sebab khawatir akan himpitan utang.
Doa serta-merta banyak terbuang
karena keraguan terus berulang
dan lupa diri hingga terkekang,
kala Illahi jadi prioritas terbelakang.
2022
Tatkala kita sedang berdialog soal mimpi yang telah mati, lantas mengapa harus menyalahkan tengiknya ambisi? Kenapa waktu harus disesali? Sebab tugas mimpi memang untuk memenggal hari-hari.
Dan aku membedah kembali ide tuk membangkitkan cita yang sudah usang sedari dini. Kau diam menanggapi, seolah-olah sedang semadi. Jikalau ini masanya kita membenci diri sendiri, maka kondisi saat ini memacu kita untuk lupa diri.
2022
Daki di leher dan kecut bau badanmu teralihkan oleh rasa syukur. Lebih dari setengah hidup kau habiskan pada hal-hal yang hampir semua orang mengkhawatirkannya. Semiotika masyarakat yang menyusun rencana masak-masak pun menjauhi arti sebuah kemelaratan.
Jeruji yang sama juga membatasi nalar. Yakni sebuah kebutuhan hidup. Alih-alih alasan itulah yang tercangkok dalam otakku sedari dini. Buah nasihat dari para praktisi akademis.
Lapar memuncak hingga dahi berkeringat serupa momok. Substansial hidup seakan terpatri kalau kemiskinan adalah bentuk kesialan. Sebuah kondisi nahas dan meniadakan para pemberi rejeki.
2022
Aku menyesap kecup keringatmu.
"Duh, geli! Untuk apa kau melakukan hal tolol itu," ujarmu.
Aku lantas tertawa kegirangan atas kebingunganmu.
"Aku ingin merasakan keringat kerja kerasmu yang selalu kau elu-elukan," jawabku.
"Yang selalu kau jadikan tolak ukur kemapanan. Yang katanya bisa meludahi setiap kepala perempuan setelah kau merogoh saku celana. Yang katanya bisa membuat kagum para ibu dengan bujang-bujang nganggur bertengger di keteknya. Yang katanya bisa memborong tetek-tetek perawan. Yang katanya sebagai patokan kehidupan," lanjutku.
Menyulut sebatang rokok seraya menghela napas panjang. Menuntaskan keluh kesahku pada sang bedebah. "Mungkin juga saat kau berak yang ke luar bukan tahi, melainkan sebuah negeri," cetusku.
Kau pun terbahak-terbahak mendengar celotehku. Kisah seorang pemuda yang bahkan tidak ada dalam daftar sandingan cerita lainnya.
2022
Tumbuh liar bak ilalang
jidatmu dicap jalang oleh banyak orang.
Makan malam anakmu oleh-oleh dari para hidung belang
dan kebutuhan ekonomi sehari-hari kian selangit, bukan kepalang.
Berbekal segenggam doa kau kemas.
"Nak! Ibu berangkat ya," ujarmu sambil menciumnya.
Anakmu, pengidap polio sedari lahir, hanya mengangguk lemas.
Kau terus menukas
tentang biaya sewa kontrakan
makin beringas dan pelanggan tak puas.
Abilah yang selalu membuatmu begitu cemas.
Sampai-sampai rutinitas dalan nirwana membusuk dan terhampar di depan lapas.
Memandang bening matamu saat kita saling berpapasan.
Wahai bidadari kusam bergincu tebal, nanar, dan melas!
Maafkan aku membuang pandangan.
Sungguh sang Illahi memiliki rencana
yang tidak kita ketahui hingga saatnya tiba.
Dan tak bosannya kutulis sajak dengan tema berulang.
Sebagai cara mendikte substansi hidup secara gamblang.
2022
Baca juga: Sajak-sajak Dody Kristianto
Baca juga: Sajak-sajak Tri Astoto Kodarie
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Negar Fitrian alias Metalhead Melankolis, seorang penulis negeri serabut (PNS). Saat ini sedang mempersiapkan sebuah antologi puisinya. Sehari-hari, tinggal dan beraktivitas sastra di Jatinegara, Jakarta Timur. (SK-1)
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Kompetisi membaca puisi berbahasa Mandarin merupakan upaya mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
LEBIH dari 1.800 pejalar dari seluruh Indonesia mengikuti lomba membaca puisi berbahasa mandarin tingkat nasional.
Rasakan emosi puisi! Pelajari citraan, kunci penyampaian perasaan mendalam melalui kekuatan kata yang memukau.
Acha Septriasa mengatakan puisi WS Rendra yang berjudul Hidup Itu Seperti Uap membantunya mendapatkan inspirasi dalam menjalani salah satu adegan di film Qodrat 2
Jelajahi puisi abadi Sapardi Djoko Damono! Temukan karya terkenal dan warisan sang penyair legendaris Indonesia.
Selami keindahan alam lewat puisi! Temukan pesan tersembunyi di balik rimbunnya hutan, birunya laut, dan gemerisik angin. Inspirasi dan refleksi menanti!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved