ACARA buka bersama di saat Ramadan selalu membawa kesan mendalam. Apa lagi kami, perkumpulan mahasiswa dan diaspora Indonesia di kota Saint Petersburg, Rusia yang pada Sabtu (23/4) berkesempatan melakukan acara buka puasa bersama di rantau.
Ada kesan khusus yang menyentuh bagaimana keakraban itu terjalin di antara kami. Kegiatan yang merupakan rangkaian acara penuh toleransi, karena pada acara bukber itu dibarengi dengan perayaan Paskah bagi umat Kristiani Indonesia di Saint Petersburg di pagi harinya. Kemudian diakhiri dengan makan malam bersama atau bukber di Café Euium Loft. Kehangatan, keceriaan, dan suasana kekeluargaan sebagai warga Indonesia sangat kental terasa malam itu.
Pada acara itu diawali dengan sambutan dari Romo Balthazar dan juga kultum dari Ustaz Ami Maulana yang serasa mencerahkan dan menambahkan kehangatan acara bukber bernuansa toleransi beragama. Dilanjutkan dengan menu takjil khas Indonesia yang sulit ditemukan di Saint Petersburg.
Baca juga: Okupansi Hotel di Bali Naik 30% Jelang Lebaran
Baca juga: Muhammadiyah Sampaikan Pesan Idul Fitri
Bagi yang mukmin berlanjut menunaikan salat maghrib berjemaah. Bersambung ke acara paling ditunggu adalah menikmati menu utama, masakan khas Nusantara. Lauk yang disajikan sangat beragam, nasi, daging kecap, ayam goreng, telur balado, tempe goreng, sambal hingga lalapan. Melalui makanan ini sudah cukup mengobati kerinduan akan masakan keluarga di rumah.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang semakin dekat yang di sini disebut Uraza-bairam tidak menyurutkan spirit ibadah Ramadan. Memang waktu puasa di April ini semakin panjang, namun suhu udara semakin hangat (sekitar 6 s.d 10 derajat Celsius), sehingga menambah semangat ibadah di bulan nan suci ini. Pada awal Ramadan kami disambut dengan salju yang sangat dingin dan suhu -5 derajat Celsius).
Dengan acara bukber itu bisa menghangatkan suasana kekeluargaan dan mengeratkan tali silaturahim komunitas diaspora, yang jauh dari Tanah Air. Keceriaan, kebersamaan, keharmonisan, serta kegembiraan bertemu sesama warga bangsa. Apalagi setelah kurang lebih dua tahun 'dipisahkan' oleh pandemi covid-19.
Meski Rusia kini dilanda konflik bersenjata dengan Ukraina, kami tetap merasakan kedamaian, keamanan, persaudaraan, dan kekeluargaan yang hangat dan solid.
Sejalan dengan yang dikatakan Romo Balthazar malam itu, “Kita semua adalah saudara sebangsa se-Tanah Air Indonesia yang diharapkan dapat saling menguatkan dan menghangatkan satu sama lain.” Romo juga menambahkan motto “Dari Kita, Oleh Kita dan Untuk Kita”.
Kalimat indah ini beliau katakan karena dalam penyelenggaraan acara ini mengaplikasikan kata gotong royong, masing-masing dari kami saling menyumbangkan sebagian uang, makanan, tenaga dan waktu untuk mewujudkan terlaksananya acara ini.
Kesan mendalam dan kehangatan dalam acara ini sangat dirasakan dan berarti bagi saya, teman seperjuangan serta diaspora Indonesia lainnya. Mengingat kata ‘rumah’ terasa sangat jauh saat ini dan hanya solidaritas serta ikatan sebangsa dan se-Tanah Air-lah yang sekarang menjadi rumah dan keluarga di negeri perantauan.(H-1)