Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
ANALIS komunikasi politik Hendri Satrio (Hensa) menyoroti kasus pengiriman paket berisi bangkai kepala babi tanpa telinga dan bangkai tikus tanpa kepala ke kantor media massa. Menurutnya, yang seharusnya tersinggung dan marah atas kejadian ini adalah negara mengingat pers merupakan pilar ke-4 demokrasi.
"Seharusnya yang tersinggung dan marah terhadap kiriman ini ya negara. Alasannya sederhana, mengirim bangkai adalah perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan Pancasila," katanya, di Jakarta, Senin (24/3).
Oleh karena itu, Hensa berpendapat bahwa aparat negara harus segera bertindak mengusut kasus ini tanpa menunggu laporan dari pihak media. "Tanpa menunggu laporan dari sang media, aparat negara langsung bergerak mengusut kasus ini dan menemukan pelakunya sebelum bangkai-bangkai ini dimakan belatung," ujar Hensa.
Hensa juga menyinggung isu pembungkaman pers terkait peristiwa ini. Ia menilai bahwa kasus semacam ini bisa menjadi bentuk intimidasi yang mengancam kebebasan pers.
"Pers kan merupakan pilar ke-4 demokrasi, seharusnya negara pun melindungi keberadaan pers sebagai pihak yang berperan sebagai check and balances, jangan diintimidasi apalagi dengan teror sejenis itu (pengiriman bangkai tikus dan kepala babi)," kata Hensa.
Lebih lanjut, Hensa menanggapi pernyataan Hasan Nasbi yang menyebut bahwa kepala babi cukup dimasak saja.
Ia mengkritik keras pernyataan tersebut, menyebutnya sebagai contoh buruknya komunikasi pejabat publik.
"Ini menunjukkan betapa rendahnya sensitivitas pejabat dalam berkomunikasi. Alih-alih merespons serius, malah memberikan tanggapan yang tidak substantif," ujarnya.
Pernyataan Hensa ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang meminta komunikasi pejabat pemerintah diperbaiki.
Ia menegaskan bahwa komunikasi pejabat yang buruk ini sudah tidak bisa dibantah dengan adanya pernyataan presiden tersebut.
"Pernyataan presiden itu sudah jelas menandakan komunikasi pemerintah ke rakyat memang buruk, masa mau dibantah?" kata Hensa.
Ia menegaskan bahwa komunikasi yang buruk antara pemerintah dan masyarakat telah menjadi masalah nyata yang perlu segera diatasi.
Hensa mendukung arahan Prabowo tersebut. Ia menekankan bahwa perbaikan komunikasi pejabat publik bukan sekadar keinginan, melainkan kebutuhan mendesak
"Pejabat harus belajar menyampaikan pesan yang jelas, sensitif, dan sesuai dengan konteks, agar kepercayaan rakyat tidak semakin terkikis," pungkasnya. (Ykb/P-3)
Komnas HAM meminta semua pihak, termasuk Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi untuk serius menyikapi adanya teror kepala babi yang dialami jurnalis Tempo.
KOMNAS HAM mengungkap temuan setelah melakukan analisis terhadap paket teror kepala babi kepada redaksi dan jurnalis Tempo beberapa waktu lalu.
Ahli Komunikasi pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Wisnu Martha Adiputra menjelaskan peristiwa teror ke kantor Tempo upaya pembungkaman pers. Padahal pers bagian dari demokrasi.
TINDAKAN teror bangkai hewan kepala babi dan tikus ke kantor Tempo disebut bentuk provokasi yang tidak dapat dibenarkan dalam negara demokrasi yang menjunjung kebebasan pers.
Kebebasan pers dan kemerdekaan berpendapat harus dihormati dan dijamin konstitusi.
Ekspor Asia ke Afrika mencapai 26% dari jumlah total ekspornya, sedangkan ekspor Afrika ke Asia baru 3% dari total ekspornya.
Ini menunjukkan ruang berekspresi di Indonesia semakin menyempit dan menandakan masalah dalam demokrasi
Hasan Nasbi dinilai telah mengeluarkan pernyataan dan komunikasi pemerintah yang buruk dan apatis terhadap ancaman kepada media.
Kebebasan pers dan demokrasi yang dibangun pasca reformasi 1998 ternyata mengalami penurunan, bukan hanya dari sisi negara, tetapi juga masyarakatnya.
Arif meminta agar adanya teror tersebut tak melemahkan rekan-rekan pewarta media lain namun justru menguatkan dan bersatu untuk mengutuk keras ancaman tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved