Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
PEMBENTUKAN Panitia Khusus (Pansus) Haji menjadi wacana penting setelah Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan haji 2024. Timwas DPR RI menyarankan perlunya Pansus Haji untuk memastikan pelaksanaan ibadah haji berjalan secara lebih komprehensif dan terintegrasi.
Anggota Timwas Haji DPR RI sekaligus Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Tb. Ace Hasan Syadzily (Kang Ace), menekankan bahwa penyelenggaraan haji melibatkan banyak pihak, bukan hanya Kementerian Agama (Kemenag) sebagai sektor utama.
"Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan haji juga melibatkan kementerian lain seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menangani masalah kesehatan jemaah haji, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk hubungan diplomatik dengan Pemerintah Arab Saudi, serta Direktorat Jenderal Imigrasi terkait dengan masalah visa haji ilegal," jelas Kang Ace kepada wartawan, Senin (24/06).
Baca juga : Timwas Haji DPR Cek Fasilitas Hotel Transit Jemaah Indonesia di Madinah
Kang Ace menegaskan bahwa penyelesaian masalah penyelenggaraan haji tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melalui pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait. "Lembaga-lembaga ini memiliki mitra masing-masing di setiap komisi. Misalnya, masalah visa yang berkaitan dengan Imigrasi dan Kemenlu, penanganan kesehatan yang melibatkan Komisi IX, hubungan diplomatik melibatkan Komisi I, dan soal imigrasi melibatkan Komisi III," paparnya.
Komisi VIII DPR RI, yang membidangi urusan haji, akan mengadakan rapat kerja (Raker) evaluasi dengan Kemenag setelah musim haji selesai.
"Setelah itu, baru kemudian apakah Pansus ini bisa dibahas. Tentu kita lihat setelah dilakukan rapat evaluasi di tingkat Komisi VIII DPR RI sebagaimana yang diatur dalam undang-undang," ungkapnya.
Baca juga : DPR Klaim Usulan Pembentukan Pansus Haji Tak Didasari Kepentingan Politik
Sebelumnya, Timwas Haji DPR mengkritik pengalihan 10 ribu kuota tambahan untuk haji khusus yang dilakukan oleh Kemenag. Keputusan tersebut dianggap menyalahi aturan yang telah disepakati dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI pada 27 November 2023. Dalam rapat tersebut, kuota tambahan 20 ribu jemaah haji dibagi untuk jemaah haji reguler sebanyak 221.720 dan jemaah haji khusus sebanyak 19.280 orang, sesuai UU No 8 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umroh.
Kang Ace menjelaskan bahwa alokasi kuota tambahan tersebut diputuskan melalui pembahasan yang mendalam selama tiga minggu di DPR, termasuk melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pihak. Keputusan tersebut juga dituangkan dalam Keputusan Presiden RI No 6 tahun 2024 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2024.
Namun, pada Februari 2024, Kemenag mengubah kebijakan secara sepihak dengan membagi kuota tambahan 20 ribu tersebut menjadi 10 ribu untuk haji khusus dan 10 ribu untuk haji reguler tanpa pembahasan dengan DPR. "Ketika ada perubahan kebijakan kuota haji, Kemenag harus merevisi kembali Kepres No 6/2024 melalui proses pembahasan Raker dengan Komisi VIII DPR RI," tegas Kang Ace.
Baca juga : DPR Setujui Lima Dewas Badan Pengelola Keuangan Haji Periode 2022-2027
Menurut Kang Ace, perubahan ini berdampak pada penggunaan anggaran biaya haji yang berasal dari setoran jemaah dan nilai manfaat keuangan haji yang dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
"Kementerian Agama tidak bisa mengambil kebijakan sepihak karena akan berdampak pada penggunaan anggaran, jumlah petugas, dan pengaturan lainnya yang telah disepakati bersama dalam Raker Komisi VIII DPR RI dan hasil Panja Biaya Haji," tambahnya.
Berdasarkan paparan tersebut, Timwas DPR menilai bahwa pengalihan kuota tambahan untuk haji khusus ini menyalahi aturan yang telah disepakati dalam Raker Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Agama RI dan Keputusan Presiden No 6/2024 tentang BPIH tahun 2024.
Dengan pembentukan Pansus Haji, diharapkan penyelenggaraan haji dapat lebih terintegrasi, melibatkan berbagai komisi di DPR RI, dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak menyalahi aturan yang berlaku serta memberikan manfaat maksimal bagi jemaah haji. (Z-10)
Hingga hari ini, jemaah Debarkasi Padang yang wafat di tanah suci berjumlah 13 orang, 9 diantaranya jemaah Sumbar dan 4 jemaah Bengkulu. Satu diantaranya wafat di pesawat.
Kepala Bidang Perlindungan Jemaah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Harun Arrasyid, mengungkapkan ada tiga jemaah haji yang hilang.
RATUSAN jemaah haji asal Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang sempat sempat tertahan di Kota Medan pada Sabtu (21/6), telah tiba di Asrama Haji Surabaya.
Peristiwa ancaman bom pada Saudi Airlines terjadi pada Selasa (17/6) dan Sabtu (21/6). Kedua pesawat yang sama-sama mengangkut jemaah haji itu sama-sama mendarat darurat di Bandara Kualanamu.
Berdasarkan informasi sementara, pesawat mendapatkan ancaman bom dari orang tidak dikenal sehingga mendarat darurat di Bandara Kualanamu.
Puluhan rombongan jemaah haji asal Kota Semarang dan Kendal mulai berdatangan di Islamic Center Semarang.
DPR RI diingatkan untuk tidak kelewat batas dalam melakukan fungsi pengawasan lembaga lain. Evaluasi kinerja pejabat negara yang dipilih lewat proses uji kelayakan bukan kewenangan DPR
Pelaksana tugas (Plt) Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Raja Juli Antoni mengajukan permohonan penambahan anggaran sebesar Rp29,8 triliun
Formappi menilai revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2023 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) bentuk ekspresi ketidaknyamanan DPR terhadap sejumlah kewenangan MK.
Teten Masduki berharap pada momentum akhir masa jabatan DPR RI periode 2019-2024, RUU Perkoperasian bisa segera ditetapkan.
Langkah Presiden Jokowi memasukkan janji program Prabowo-Gibran dalam pembahasan APBN saat ini dinilai sangat politis dan berpihak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved