Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
MASYARAKAT sipil diminta solid untuk menggalang konsolidasi mengembalikan demokrasi pada jalan yang benar. Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said mengatakan ada kekhawatiran bersama mengenai rusaknya demokrasi serta kepemimpinan di Indonesia.
Sudirman juga menyampaikan pihak yang akan menjadi pemenang pemilu akan mengkooptasi kekuasaan dengan mengajak masuk partai-partai dalam pemerintahan agar tidak menjadi oposisi.
"Ada satu perbincangan di luar seolah-olah yang akan dilakukan adalah mengajak seluruh partai dalam koalisi besar, kemudian menyisakan satu- dua (partai) itu bukan pikiran yang sehat untuk menjaga demokrasi. Saya berharap yang menang memerintah tapi yang kalah menjadi penyeimbang," ujar Sudirman dalam diskusi bertajuk 'Rethinking Indonesia : 'Pemilu Terburuk dalam Sejarah Indonesia, akankah Kita Terpuruk?' yang digelar di Jakarta, Sabtu (2/3). Turut hadir dalam acara itu,
Baca juga : Terjadi Penggelembungan Suara di 16 Provinsi 83 Kabupaten/Kota se-Indonesia
Politikus & Budayawan Eros Djarot dan Eks Komisioner Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sandrayati Moniaga. Sudirman menambahkan bahwa saat ini telah terjadi kooptasi kekuatan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya presiden telah mengonsolidasikan bukan hanya kekuatan eksekutif, tapi mencoba mengontrol legislatif dengan mengurangi oposisi, serta mengontrol yudikatif.
"Dan ini memang membahayakan situasi (demokrasi)," imbuhnya.
Sudirman menjelaskan sudah waktunya mengkonsolidasikan kekuatan untuk menjaga demokrasi di luar kompetisi elektoral kemarin.
Baca juga : Syahganda: Ketua Umum NasDem Harus Pimpin Gerakan Hak Angket DPR
"Saya mulai diskusi dengan berbagai pihak supaya merajut semua kekuatan baik peserta pemilu ataupun yang tidak ikut pemilu masyarakat sipil," ungkapnya.
Sementara itu, Sandra Moniaga meyakini banyak orang-orang yang prodemokrasi tidak hanya masyarakat sipil, tetapi juga di kepolisian, di jajaran aparatur sipil negara (ASN) dan militer. Namun, Sandra menuturkan mereka selama ini diam karena ada kekhawatiran. Oleh karena itu, gerakan konsolidasi prodemokrasi menurutnya perlu dipimpin.
Sandra juga menyebut pemilu saat ini sangat berbeda dengan era Orde Baru. Saat Orde Baru, Sandra mengatakan sudah dapat diperkirakan partai yang menjadi pemenang dan siapa yang akan menjadi presiden.
Baca juga : Elite Politik Paslon 01 dan 03 Diminta Serius Tanggapi Dugaan Kecurangan Pemilu
"Kita dulu tahu ada berbagai kecurangan tapi baru kali ini saya melihat depan mata seorang yang namanya presiden ikut turun tangan. Zaman Presiden Soeharto PNS nggak boleh kampanye dia juga nggak kampanye. Meskipun kita tahu siapa yang menang. Golkar," tutur Sandra.
Eros Djarot menambahkan bahwa telah terjadi kerusakan. Tidak hanya demokrasi tetapi peradaban. Pemilu, imbuhnya, dibuat hanya untuk pintu gerbang besar yang sebetulnya untuk mempertahankan yang selama ini penguasa Indonesia.
Sudirman menegaskan bahwa demokrasi sudah menjadi kesepakatan bersama. Masyarakat, masih percaya partai politik sebab pelaku utamanya dari demokrasi adalah parpol. Parpol, sambung Sudirman dapat menunjukkan kesungguhan mereka memihak atau tidak pada suara rakyat melalui keputusan melanjutkan atau tidak hak angket dugaan kecurangan pemilu.
Baca juga : Ganjar Gulirkan Wacana Hak Angket Kecurangan Pemilu, Presiden : Itu Hak Demokrasi
"Kita tidak boleh apriori pada parpol dan mari kita buktikan apakah parpol-parpol itu betul-betul berpihak pada suara rakyat. Dalam keputusan soal hak angket itu akan muncul. Tapi ada yang penting seperti masyarakat sipil," ucap Sudirman.
Ia juga menegaskan bahwa orang-orang yang punya ketokohan mulai masuk dalam gelombang baru yang ia sebut sebagai trek kedua. Trek pertama adalah trek elektoral yang melihat pemilu sebagai jalan perbaikan.
"Dari hasil yang diperoleh kelihatannya ini akan berbeda dari yang kita pikirkan. Kita tentu harus masuk ke trek yang lain untuk menjaga demokrasi," tukasnya.
Dalam trek kedua, menurut Sudirman eksponen dari kubu calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 dan 3 akan semakin sering melakukan konsolidasi. Sebab, ada kepentingan yang lebih besar yakni memperjuangkan demokrasi. (Z-8)
Tulisan ini menelusuri dinamika politik Indonesia melalui lensa tiga filsuf Islam: Al-Farabi, Ibn Khaldun, dan Ali Shariati.
MENGINJAK usia 80 tahun Indonesia merdeka dan berdemokrasi, Laboratorium Indonesia 2045 menilai hubungan partai politik dan konstituen semakin memburuk.
Partai politik di Indonesia saat ini juga mengalami permasalah yang sama yakni konstituen lebih terikat pada tokoh daripada pada program atau ideologi partai.
PAKAR Hukum Tata Negara mempertanyakan urgensi pembentukan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, di tingkat global, tidak ada praktik serupa.
Gunjingan banyak orang bahwa NasDem adalah partai pragmatis, lagi medioker, sebenarnya dilandasi dua alasan mendasar.
KETUA DPR RI Puan Maharani menyinggung soal munculnya fenomena Negara Konoha, Indonesia Gelap, hingga bendera One Piece dalam kehidupan berdemokrasi saat sidang tahunan MPR
Universitas Harkat Negeri (UHN) Tegal, Jawa Tengah, resmi melantik Sudirman Said, sebagai rektor untuk periode 2025-2029 dna pejabat struktural lainnya.
Menurut Sudirman Said, hukum yang berlumuran korupsi membuat rasa tak adil mendominasi suasana batin rakyat banyak.
Sudirman Said resmi dilantik menjabat sebagai Rektor UHN Tegal, di aula kampus setempat di Kota Tegal, Sabtu (9/8/2025).
Pemerintah harus tegas dalam menyikapi kasus korupsi yang terjadi di tubuh PT Pertamina, dengan menggantinya dengan orang-orang yang berkompeten dan bersih.
ATURAN dan kesepakatan di dalam gerakan kepalangmerahan menyebut di setiap negara hanya mengenal satu organisasi kepalangmerahan.
Program yang ditawarkan pasangan calon tunggal bupati dan wakil bupati Brebes, Jawa Tengah, Paramitha Widya Kusuma-Wurja, sangat realistis dan relevan bagi kebutuhan masyarakat Brebes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved