Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Rocky Gerung Dinilai Sampaikan Kritik secara Lebih Telanjang

Tri Subarkah
06/8/2023 20:05
Rocky Gerung Dinilai Sampaikan Kritik secara Lebih Telanjang
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya(Instagram @adityawilly )

KETUA DPP Partai NasDem Willy Aditya meminta semua pihak melihat secara utuh apa yang disampaikan ahli filsafat Rocky Gerung saat mengkritik Presiden Joko Widodo. Menurutnya, penggunaan diksi bajingan, tolol, tidak ujug-ujug muncul tanpa dasar.

"Saya kira Rocky Gerung sedang menyampaikan kritik secara lebih telanjang, apa adanya," kata Willy kepada Media Indonesia, Minggu (6/8).

Ia berpendapat, Rocky sedang melucuti sistem demokrasi liberal seperti yang terjadi saat ini, yaitu lembaga demokrasi yang seolah-olah demokratis, padahal sama sekali tidak.

Baca juga: Refly Harun Ungkap 2 Motif Pemotong Video Rocky Gerung

Willy mengatakan, kritik yang dilancarkan kepada kepala negara maupun pemimpin lain bukan datang dari Rocky saja. Selama ini, presiden selalu tidak memberikan reaksi terhadap kritik sejenis. Kalaupun bereaksi, lanjut Willy, bentuknya adalah memaafkan.

"Tapi lihat kemudian siapa yang mengadili dan menghakimi? Massa, baik massa yang di jalanan maupun massa sebagai warga internet," pungkasnya.

Baca juga: Disebut Hina Jokowi, Rocky : Saya tidak Mengkritik Jokowi Sebagai Individu

Terpisah, politisi senior Partai NasDem, Ahmad Effendy Choirie atau yang akrab disapa Gus Choi, menyebut Rocky sebagai manusia bebas yang merdeka. Terkait diksi yang dipilih Rocky, ia melihat itu disebabkan karena Rocky bukan merupakan orang Jawa, khususnya Solo.

Senada dengan Willy, Gus Choi juga mengatakan diksi Rocky untuk mengkritik Jokowi juga bukan tanpa alasan. Itu dilandasi dari akumulasi atas ucapan, tindakan, dan kebijakan Presiden menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk cawe-cawe politik.

"Kritik Rocky cukup mewakili kegelisahan dan kemarahan jutaan rakyat yang tak berdaya. Buktinya, banyak rakyat yang ingin menurunkan Jokowi. Kalau kepemimpinannya baik, tidak mungkin rakyat demo berjilid-jilid," pungkasnya.

Terpisah, psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel berpendapat seharusnya pihak kepolisian berpedoman pada Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 dalam menangani laporan ujaran kebencian yang ditujukan kepada Rocky. Sebab, Rocky dinilai sudah lama menunjukkan sikap konfrontatifnya terhadap Presiden.

Dalam hal ini, Reza menyebut Polri dapat melakukan langkah preventif dengan mempertemukan Rocky dengan Presiden Jokowi agar dicari solusi perdamaian antar-keduanya.

"SE Kapolri itu sangat bagus, karena menunjukkan betapa Polri memprioritaskan restorative justice berupa mediasi antar-pihak. Litigasi belakangan," jelas Reza.

Menurutnya, banyak manfaat yang dapat diambil jika Rocky dan Presiden dapat duduk bersama, termasuk kecerdasan publik dalam bernegara. (Tri/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya