Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

AHY Tuding Moeldoko Sebarkan Fitnah Soal Ideologi Demokrat

Dhika kusuma winata
29/3/2021 20:12
AHY Tuding Moeldoko Sebarkan Fitnah Soal Ideologi Demokrat
Bendera Partai Demokrat(Dok.MI)

KETUA Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mempertanyakan balik maksud Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang menuding ada pertarungan ideologis di Demokrat. AHY menegaskan Demokrat menganut ideologi Pancasila.

"Kami patut bertanya apa sebenarnya ideologi yang dianut KSP Moeldoko? Apakah ideologi yang sifatnya memecah belah melalui fitnah keji yang tidak bertanggung jawab? Tolong dijawab," kata AHY dalam konferensi pers, Senin (29/3).

Pernyataan AHY itu merespons Moeldoko yang menyebut ada pertarungan ideologis di Demokrat menjelang 2024. Moeldoko menyebut pertarungan ideologis itu menjadi ancaman bagi bangsa.

AHY menyebut tudingan Moeldoko itu sebagai fitnah. Dia menyatakan Demokrat menolak ideologi radikal. AHY pun menegaskan Demokrat menjunjung kebinekaan di partai. Dia mencontohkan kader seperti Gubernur Papua Lukas Enembe dan Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang menjadi kepala daerah diusung Demokrat.

Baca juga: RJ Lino Klaim Tak Rugikan Negara

"Pernyataan KSP Moeldoko menyakiti perasaan para penggagas dan pendiri, serta seluruh kader dan konstituen Partai Demokrat di mana pun berada," kata AHY.

Moeldoko sebelumnya angkat bicara terkait keputusannya menjadi Ketua Umum Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB). Mantan Panglima TNI itu menyebut ada pertarungan ideologis di Demokrat yang kemudian menjadi alasannya mau menjadi ketua partai lewat KLB di Deli Serdang.

Juru bicara kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad, menyebut pertarungan ideologis yang terjadi di Demokrat terkait dengan gerakan paham radikal. Kubu Moeldoko menuding paham radikal berkembang subur ketika masa penerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan juga berlindung di Partai Demokrat.

"Semasa SBY menjadi Presiden, kita akui paham radikal tumbuh subur dan seakan akan mendapat tempat di Indonesia. Efek negatifnya kita rasakan sekarang di mana intoleransi berkembang, penyebaran hoaks merajalela," kata Rahmad, Senin (29/3).(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya