Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Kumpulan Berita DPR RI
POLITISI Demokrat tidak terima Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono dibawa-bawa bahkan cenderung disalahkan dalam kasus Jiwasraya sebagaimana dituding Presiden Joko Widodo yang menyebut masalah Jiwasraya adalah masalah 10 tahun lalu sejak pemerintahan SBY.
Sekjen DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan, misalnya, menanggapi Jokowi melalui akun Twitter @hincapandjaitan dengan mengutip kata-kata Mahatma Gandhi yang menyebut orang yang mencari-cari kesalahan orang lain, buta terhadap kesalahannya sendiri.
Lebih lanjut Hinca membeberkan kalimat Presiden Jokowi yang menurut dia salah kaprah.
"Saya ingin bedah kalimat presiden terhormat. Pertama, persoalan sudah lama, Kedua, 3 tahun sudah diketahui problemnya dan ketiga, 'Ingin' menyelesaikan masalahnya. Nah Kepada tuan, persoalan bangsa ini memang selalu ada, untuk itu butuh pemimpin yang "bisa" menyelesaikan bukan hanya "ingin" dan "menyalahkan sejarah," cicit Hinca.
Baca juga: Kasus Jiwasraya, Jaksa Agung: Kerugian Negara Rp13,7 Triliun
Ditambahkan Hinca, bangsa ini sering menghabiskan energinya hanya untuk saling menyalahkan.
"Sebenarnya kita hanya habiskan tenaga untuk saling menyalahkan dalam persoalan ini. Data sudah ada. Penegak hukum pun sepatutnya sudah bisa berjalan. Silakan tuan kejar dan perintahkan, mengusut tuntas masalah ini. Syukur jika 'ingin' sudah ada. Bagimu negeri, Jiwasraya Kami," kata Hinca lagi.
Tanggapan juga muncul dari Wasekjen DPP Partai Demokrat Muhammad Rifai Darus.
"Setiap pemimpin memiliki tantangan tuk selesaikan masalah, Hadapi n selesaikan tanpa harus menyalahkan. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana jika para Gub/Bup/Walkot lalu ramai-ramai salahkan pendahulunya. Mari saling mengingatkan untuk membangun indonesia, bukan menyalahkan tanpa data. Bagimu Negeri, Jiwasraya Kami," cicitnya melalui akun Twitter @RifaiDarusM.
Ikut juga memberikan tanggapan adalah Anggota Komisi III Fraksi Demokrat Beny Kabur Harman. Melalui akun Twitter @HarmanBeniHarmanID, Benny menulis dengan satir, "Salah satu tipe pemimpin yang kerdil ialah suka menyalahkan masa lalu untuk mengagungkan diri, ingin bersih diri dengan mengotori orang lain, juga suka membangun citra diri hebat dengan menjelekkan pihak lain. Saya yakin Pak Jokowi tidak masuk dalam tipe pemimpin seperti ini!" cuit Benny. (OL-2)
Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membantah tudingan yang menyebutkan partai sebagai dalang dari ramainya isu ijazah palsu Jokowi
ANGGOTA Komisi VI DPR Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron menilai usulan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara diisi oleh kantor-kantor Kementerian BUMN patut dipertimbangkan
Demokrat tidak dalam menolak putusan MK dan telah menyiapkan sejumlah opsi untuk kemudian dibawa ke pertemuan antar partai politik.
AKSI protes besar-besaran terkait penggerebekan imigrasi di Los Angeles menjadi ujian serius bagi kepemimpinan Gubernur California Gavin Newsom.
GUBERNUR California Gavin Newsom menuntut Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth membatalkan pengerahan Garda Nasional di Los Angeles.
Kegiatan pembinaan dari Demokrat mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk UMKM, yang terlihat dari tingginya peminat program tersebut.
PRESIDEN ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi membagikan momen bersama Presiden Prabowo Subianto, Presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), hingga Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh
Istana telah siap menyelenggarakan Upacara HUT ke-80 RI. Peringatan hari kemerdekaan itu diharapkan menjadi momentum mengenang jasa pahlawan.
Undangan peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI untuk para mantan Presiden RI sedang dalam proses finalisasi,
PRESIDEN ke-7 RI, Joko Widodo tidak bersedia menjawab siapa tokoh atau orang besar di balik persoalan ijazah miliknya yang terus berproses dan menjadi polemik di tengah masyarakat.
Kenapa Jokowi melakukan itu? Kenapa dia malah membuka front pertempuran politik dan menambah musuh baru? Panikkah dia?
SBY mengungkapkan, lukisan tersebut menggambarkan dua sisi kehidupan dunia saat ini yakni kekerasan akibat perang dan pentingnya berdamai dengan alam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved