Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
KEPOLISIAN terus berupaya objektif dalam menyelesaikan kasus Aksi 22 Mei yang menewaskan beberapa korban dari sisi peserta aksi di depan Gedung Bawaslu RI.
Untuk itu, Polri berkoordinasi dengan Komnas HAM dan Ombudsman RI.
"Intinya, Polri seobyektif mungkin dan seterang benderang mungkin. Karena peristiwa ini tidak sederhana, kita tidak boleh gegabah mengejar waktu dan ini harus scientific, bukti-bukti kuat, tidak asal menuduh, tidak asal menduga," kata Kadiv Humas Polri M Iqbal kepada awak media, Minggu (7/7).
Agar lebih maksimal dalam penyelesaian kasus tewasnya peserta demonstrasi dalam Aksi 22 Mei silam, Polri membagi tugas dalam beberapa tim. Tim utama akan diketuai oleh Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri Komjen Moechgiyarto.
"Kemudian dibagi lagi beberapa tim, dibagi lagi beberapa subtim. Subtim ini sedang bekerja tentang bagaimana korban yang meninggal dunia dan diduga tertembak itu sedang kita investigasi secara mendalam," ujarnya.
Baca juga: PKS Tak Tahu Ada Kadernya Diduga Terlibat Kerusuhan 22 Mei
Perkembangan penyelesaian dipastikan akan terus ada karena proses penyelidikan terus berlangsung terlebih karena masih ada lingkaran pelaku yang belum tertangkao.
"Doakan saja semuanya selesai dengan baik karena ini penting juga bagi masyarakat untuk mengetahui peristiwa ini seutuhnya," tuturnya.
Sebelumnya, aksi demonstrasi besar-besaran terjadi pada 22 Mei silam untuk menentang hasil rekapitulasi Pilpres 2019. Aksi digelar di depan kantor Bawaslu RI sejak 21 Mei malam berlanjut hingga 22 Mei dini hari.
Aksi juga terjadi di beberapa titik seperti Palmerah dan Asrama Polri KS Tubun (Jakarta Barat) dan Tanah Abang (Jakarta Pusat).
Sejumlah peserta demonstrasi tewas diduga akibat peluru tajam sehingga mengharuskan Polri membuka penyelidikan guna mengetahui pelaku penembakan dengan peluru tajam tersebut. (OL-2)
Melihat eskalasi itu, aparat kepolisian langsung bertindak tegas dengan menyemprotkan air dari kendaraan taktis water cannon untuk membubarkan massa.
Sebagai bagian dari Operasi Sikat Krakatau, Polda Lampung juga memusnahkan 50 pucuk senjata api rakitan (senpira) dan 85 butir amunisi dengan cara digerinda.
AIPDA Robig Zainudin, anggota polisi penembak tiga siswa SMKN 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktavandy, dipecat dari kepolisian setelah sidang banding Komisi Kode Etik Polri (KKEP) ditolak.
Bentrok antar kelompok pro dan anti-pemerintahan pecah di Serbia. Polisi mengamankan puluhan orang.
Dengan hukuman Satria Nanda yang lebih berat dibanding Teddy Minahasa dapat memberikan efek getar kepada Korps Bhayangkara.
ANGGOTA Komisi III DPR RI Abdullah meminta polisi serius mempertimbangkan masukan dari pihak keluarga melanjutkan penyelidikan kematian diplomat Kemenlu Arya Daru Pangayunan
ANGOLA tengah menghadapi krisis ekonomi dan keamanan yang serius. Aksi unjuk rasa besar-besaran yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, kini berubah menjadi kerusuhan massal
Gedung Putih menegaskan akan menyelidiki siapa dalang dibalik pemberontakan di wilayah Los Angeles, California, Amerika Serikat.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Impas) Agus Andrianto diminta tanggung jawab karena gagal mengelola lembaga pemasyarakatan (lapas).
Sebanyak 56 narapidana dari Lapas Narkotika Muara Beliti yang berbuat kerusuhan dipindahkan ke Lapas dengan pengamanan super maksimum di Pulau Nusakambangan.
KERUSUHAN terjadi di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan. Kini dilaporkan kondisinya sudah kondusif
1 Mei diperingati Hari Buruh Sedunia atau May Day. Hari tersebut adalah sebuah peringatan atas solidaritas pekerja yang merujuk pada peristiwa kerusuhan Haymarket
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved