Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Lebih dari Separuh Kursi DPR bakal Diisi Wajah Baru

Arga Sumantri
27/5/2019 16:00
Lebih dari Separuh Kursi DPR bakal Diisi Wajah Baru
Anggota DPR meninggalkan ruangan seusai hadir dalam rapat paripurna pembukaan masa sidang ke-V di Gedung Nusantara II DPR(MI/Susanto)

DIREKTUR Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana mencatat calon anggota legislatif (caleg) petahana banyak berguguran di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Separuh lebih kursi di Parlemen bakal diisi wajah baru.

"Sebanyak 65% caleg terpilih merupakan orang baru atau bukan petahana," kata Aditya dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (26/5).

Aditya menambahkan meski tergolong orang baru di Senayan, para caleg tersebut bukan kali pertama ikut pemilihan umum. Beberapa merupakan eks anggota DPRD tingkat provinsi yang naik kasta.

"Sebagian besar mereka adalah caleg yang berpengalaman dalam pemilu dan pilkada sebelumnya. Jumlah 65% itu naik level, dari provinsi naik ke nasional," tutur dia.

Baca juga: DPR dan Pemerintah Segera Selesaikan RUU MK dan RUU Lapas

Catatan Puskapol UI, sejumlah petahana yang masih mampu mempertahankan kursinya adalah pesohor yang langganan lolos ke Senayan. Beberapa caleg petahana tercatat dalam tiga atau empat kalo pemilu, selalu lolos.

"Terdapat 103 caleg terpilih yang merupakan petahana yang masih bertahan dalam tiga pemilu terakhir, seperti Hidayat Nur Wahid (PKS) dan Ribka Tjiptaning (PDI-Perjuangan)," ucap Aditya.

Meski didominasi orang baru, Adit meyakini kinerja DPR RI periode mendatang tidak jauh berbeda dengan periode saat ini.

Menurut dia, penyebabnya adalah kehadiran mereka tentu sangat dipengaruhi kekuatan ekonomi dan politik lokal.

"Di samping itu, masih kuatnya pengaruh biaya politik mahal, akan mempertahankan mindset para anggota DPR terpilih untuk melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme," pungkas dia. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya