Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pembatasan di Tol

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
26/8/2017 05:31
Pembatasan di Tol
(ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

PEMERINTAH berencana membatasi kendaraan di tol Jakarta-Cikampek dengan menerapkan kebijakan nomor kendaraan ganjil dan genap. Alasannya untuk mengurangi kemacetan di sekitar Cawang akibat pembangunan infrastruktur yang sedang dikerjakan. Rencana tersebut pantas membuat dahi kita bekernyit. Bagaimana bisa pemerintah muncul dengan ide seperti itu?

Apakah tidak pernah dilakukan kajian internal terlebih dulu sebelum ide itu dilemparkan kepada publik? Setidaknya, ada tiga hal yang memunculkan pertanyaan. Pertama, apakah pemerintah tidak pernah mempelajari aturan mengenai jalan tol? Rezim jalan tol berbeda dengan jalan biasa, yakni pemerintah tidak bisa sembarangan melakukan pembatasan.

Bahkan polisi lalu lintas pun tidak bisa memberhentikan kendaraan begitu saja di jalan tol karena itu merupakan jalan bebas hambatan. Kedua, jalan tol itu dirancang terkoneksi satu dengan yang lain. Kalau satu seksi dilakukan pembatasan, lalu harus ke mana pengguna jalan tol itu beralih? Sebut saja orang yang hendak bepergian dari Cirebon atau Bandung ke Bandar Lampung, lalu harus memutar ke mana mereka kalau tidak boleh lewat Bekasi Barat?

Ketiga, jalur Jakarta-Cikampek merupakan salah satu urat nadi perekonomian. Apakah pernah dihitung berapa kerugian ekonomi yang akan terjadi? Padahal, kita sedang menghadapi kelesuan ekonomi dan pemerintah justru sedang berupaya menggerakkannya kembali. Memang, ada alasan kerugian yang diakibatkan kemacetan dan merugikan perekonomian nasional.

Justru di sini kita ingin mempertanyakan, apakah pemerintah tidak pernah membuat kajian tentang manajemen proyek ketika hendak membangun infrastruktur secara serentak seperti sekarang? Kita perlu membandingkan dengan cara kerja ketika pembangunan moda raya terpadu Lebak Bulus-Dukuh Atas hendak dilakukan.

Ketika pembahasan mengenai rencana kerja dilakukan sekitar 2006, pihak Jepang menjelaskan kebutuhan yang mereka perlukan. Seperti di Jalan Fatmawati, mereka minta ada ruangan 8 meter di median jalan untuk membangun tiang-tiang penyangga. Dengan itulah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta memperlebar terlebih dahulu jalan di kiri dan kanan agar orang tetap bisa melintas di Jalan Fatmawati.

Setidaknya perlu waktu enam tahun bagi Pemprov DKI Jakarta untuk membebaskannya sampai proyek bisa dimulai 2012. Sekarang walaupun kondisi jalannya terbatas, kendaraan masih bisa melintas di jalan itu. Bandingkan dengan cara kerja kita membangun tiang-tiang penyangga untuk light rail transit Cibubur-Dukuh Atas.

Di kawasan Pancoran sebagai contoh, tiba-tiba saja sebagian badan jalan ditutup untuk membangun tiang penyangga. Baru setelah kemacetan luar biasa terjadi di sekitaran Pancoran, jalan dicoba untuk dilebarkan. Pagar Markas Besar Angkatan Udara sedang dimundurkan untuk bisa dibuatkan jalan sementara.

Kemacetan luar biasa yang terjadi di Jakarta sekarang bukan hanya disebabkan banyaknya kendaraan, melainkan juga buruknya manajemen proyek. Padahal, proyek infrastruktur yang dilakukan begitu banyak dan semua dilakukan serempak. Apa yang kita rasakan sekarang sering disebut sebagai growing pain.

Kita memang harus menanggung semua ini karena kita hendak menuju sesuatu yang lebih baik. Kalau semua proyek infrastruktur ini selesai nanti, Jakarta akan memiliki daya dukung yang lebih baik. Hanya, rasa sakit itu bisa dikurangi kalau cara kerjanya lebih baik. Manajemen proyek untuk pembangunan infrastruktur ini seharusnya bisa dikelola lebih baik. Berbagai kendala yang akan dihadapi sebenarnya bisa diperhitungkan dan diantisipasi.

Sekarang ini ibaratnya nasi sudah menjadi bubur. Keputusan yang diambil sudah menimbulkan persoalan. Sekarang kita harus antisipasi ke depan untuk mencari penyelesaian masalah tanpa harus memunculkan persoalan yang baru. Kita harus tinggalkan kebiasaan berpikir parsial dan jangka pendek. Dengan cara berpikir seperti itu seakan-akan masalah bisa diselesaikan, padahal masalahnya tidak ke mana-mana.

Cara pembatasan kendaraan di tol Jakarta-Cikampek ibarat hanya menyembunyikan debu di bawah karpet. Tunjukkan cara berpikir yang lebih cerdas. Kumpulkan para ahli dari Kementerian Perhubungan, kepolisian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Perindustrian agar solusinya bisa menyeluruh dan tidak menimbulkan masalah baru yang malah merugikan.



Berita Lainnya
  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.