Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Walk Out

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
24/7/2017 05:31
Walk Out
(Mi/SUSANTO)

SETELAH makan waktu sembilan bulan, pembahasan Undang-Undang Pemilu akhirnya disetujui dengan cara voting, bukan dengan musyawarah untuk mufakat. Tak ada yang aneh, karena bukan perkara baru pertarungan kepentingan tidak dapat diselesaikan dengan konsensus, melainkan dengan adu banyak suara. Empat fraksi (Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN) meninggalkan ruang sidang karena tidak setuju dengan ambang batas pencalonan presiden yang besarnya 20% perolehan kursi DPR atau 25% perolehan suara sah nasional.

Mereka kukuh mengusung dan membela ambang batas 0%, antara lain dengan alasan akibat pileg dan pilpres serentak tidak ada perolehan kursi/suara DPR yang dapat dijadikan ambang batas presiden. Ambang batas 20% itu, yang berlaku selama ini, diusulkan pemerintah, serta didukung dan dibela enam fraksi (PDIP, Golkar, NasDem, PKB, PPP, dan Hanura) yang kiranya bakal mencalonkan Jokowi dalam Pilpres 2019.

Tidak berarti persoalan selesai karena dapat dipastikan ambang batas itu bakal ada yang mengujinya di Mahkamah Konstitusi yang putusannya final dan mengikat. Apakah MK sependapat dengan ambang batas 20% itu? Jika ya, apa alasannya? Apa argumentasinya? Apa 'cantolan' konstitusinya? Kiranya sangat menarik untuk mengetahuinya. Sebaliknya, tidak ada kejutan bila MK membatalkan ambang batas 20% itu karena tidak diperlukan kecanggihan alasan dan kedalaman argumentasi untuk memberlakukan ambang batas 0%.

Cukup pikiran seorang awam seperti pernah penulis ajukan di forum ini. Yang tidak lucu ialah pemerintah dan DPR kembali menyetujui ketentuan bahwa partai politik yang telah lulus verifikasi tidak diverifikasi ulang dan ditetapkan sebagai partai peserta pemilu. Ketentuan itu pernah dibatalkan MK. Apakah pemerintah dan DPR berpandangan MK dapat mencabut putusannya sendiri sehingga yang final dan mengikat rontok?

Kayak main sepak bola saja, yang masuk final musim lalu belum tentu lolos musim ini. Yang lebih tidak lucu, pandangan yang menyatakan fraksi yang meninggalkan ruang sidang (walk out) tidak bertanggung jawab terhadap putusan yang diambil di sidang pleno. Seakan sidang itu liar. Padahal sidang itu resmi. Voting cara pengambilan keputusan yang sah. Bukan ilegal. Kalah dalam jumlah suara kiranya bukan alasan untuk tidak bertanggung jawab atas putusan yamg diambil DPR sebagai institusi.

Kenapa fraksi yang bakal kalah dalam voting memilih walk out? Kenapa tidak memilih tetap tinggal dalam ruang sidang? Kenapa fraksi tidak menghormati sidang pleno, 'institusi' terhormat dan tertinggi di DPR? Dipikir-pikir, meninggalkan sidang bukanlah sikap terhormat. Bahkan bukan sikap bertanggung jawab. Wakil rakyat yang diberi mandat oleh rakyat untuk mengambil keputusan tidak melaksanakan mandat itu dengan cara meninggalkan ruang sidang semata karena tahu pasti kalah jumlah suara dalam pengambilan keputusan.

Walk out menjadi kebiasaan di DPR, tanpa pandang bulu apa pun ideologi partai. Minggu (21/7/2017) lalu, Gerindra, Demokrat, PKS, PAN walk out tidak mau ikut mengesahkan RUU Pemilu, tahun lalu (8/7/2014) PDIP, PKB, dan Hanura yang walk out tidak mau ikut mengesahkan RUU MD3. Akan tetapi, partai mana pun harus mematuhi putusan yang telah diambil DPR sekalipun walk out.

PDIP meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2014, tetapi berdasarkan UU MD3 partai itu tidak duduk dalam jajaran pimpinan DPR, apalagi menjadi ketuanya seperti UU sebelumnya. Fakta politik tidak enak itu harus dilakoni juga dengan turut bertanggung jawab atas putusan-putusan DPR yang diambil para pemimpin sidang yang duduk dalam jabatannya itu sebagai produk UU MD3.

Meninggalkan ruang sidang (walk out) senyatanya tidak memengaruhi putusan politik yang diambil dalam sidang pleno. Bertahan di dalam ruang sidang kiranya lebih gagah ketimbang meninggalkan ruang sidang. Akan tetapi, kenapa walk out dilakukan? Jawabnya, para politikus itu mau menunjukkan efek dramatik kepada publik dan mengira di situ ada heroisme kepublikan. Padahal tidak ada bukti banyaknya meninggalkan sidang berdampak positif elektoral.



Berita Lainnya
  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.