Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
INI sebuah canda ala Rusia di zaman lama.
Tersebutlah seorang bernama Ivan yang iri terhadap Boris, tetangganya, yang mempunyai seekor kambing.
Datanglah seorang peri dan menawarkan sebuah permohonan pada Ivan.
"Apa yang hendak kau minta, Ivan?" Ivan pun dengan spontan menjawab, "Matinya kambing si Boris." Kenapa tak meminta lima atau 10 kambing?
David Landes dalam buku Kebangkitan Peran Budaya (2006) mengangkat cerita itu kembali untuk mengingatkan betapa budaya mempunyai peran besar terhadap kemakmuran.
Contoh di Rusia, dengan jawaban Boris, yang justru tak meminta kambing lebih banyak, justru berharap 'matinya kambing si Boris', menggambarkan betapa kemiskinan bersama dinilai lebih mulia.
Rusia (dulu Uni Soviet) yang 75 tahun antipasar karena hidup di bawah telunjuk pemerintah jauh lebih aman.
Namun, ambruknya marxisme membuat kegiatan bisnis bergegas.
Di Thailand dulu para pemuda biasa bertahun-tahun menghabiskan waktu di kuil-kuil Buddha. Ini periode untuk melatih semangat dan batin.
Sekarang 'Negeri Gajah' ini bergerak lebih cepat, olah batin tetap dilakukan, tetapi tak lagi harus bertahun-tahun.
Penghormatan kepada raja terus dijaga, tetapi etos kerja terus digenjot.
Ekonomi pun terus dipacu. Dalam perhelatan SEA Games, Thailand kian tak tertandingi.
Tiongkok, yang berpuluh tahun tak produktif karena pandangan mencari uang ialah hinaan, dalam tiga dasawarsa terakhir telah menggeliat.
Setelah diaspora mereka di luar negeri sukses secara ekonomi, 'naga-naga' Konghucu dari Dunia Ketiga itu pun bergerak menuju Dunia Pertama.
Padahal, semula banyak orang tak percaya. 'Negeri Tirai Bambu' yang dulu rendah kepercayaan antarmasyarakatnya kini tengah mengibarkan bendera tinggi-tinggi untuk menjadi pemain utama dunia.
Dalam Asian Games, negeri ini kian superior di Asia, bahkan juga di dunia.
Thailand, Rusia, Tiongkok, semula tak teramalkan. Berbeda dengan Jepang dan Jerman.
Dua negara itu sudah bisa dinubuatkan, akan bangkit dan berlari cepat seusai Perang Dunia II yang menghancurkan.
Restorasi Meiji pertengahan abad 19 yang mengakhiri kekuasaan Tokugawa; memilih restorasi dan bukan revolusi ialah mekanisme pergantian rezim yang tak habis-habisan penuh darah seperti Prancis dan Rusia.
Mereka memutuskan belajar teknologi Eropa, tetapi Jerman dinilai bangsa yang lebih banyak punya keunggulan untuk dipelajari.
Ada semacam sumpah di dada, "Suatu saat kami punya apa yang kalian punya!"
Tingkat pendidikan yang tinggi, tradisi pemerintahan yang efektif, hubungan keluarga yang erat, kerja keras, disiplin, identitas nasional yang tetap melekat, dan budaya unggul yang tetap terpatri, menjadi modal bangkit dari kehancuran perang dunia.
Simbol-simbol persatuan dan gagasan-gagasan nasional pun terus dikembangkan.
Tak ada nasionalisme hanya bermodalkan mimpi!
Nubuat untuk Jepang dan Jerman, kata Landes, juga bisa juga berlaku untuk Korea Selatan versus Turki, dan Indonesia versus Nigeria.
Seperti diramalkan oleh ahli ekonomi Jim O'Neill beberapa tahun lalu, Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki--disingkat MINT--memiliki potensi untuk menjadi raksasa ekonomi dunia di masa depan.
Ekonom kelahiran Inggris itu pada 2001 juga membuat istilah BRIC (Brasil, Rusia, India, China) yang saat itu diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi masa depan.
Kita tengok sejarah, ketika pada 1958 Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games IV 1962, surat kabar Singapura The Straits Times, menulis dengan sinis: 'Lonceng Kematian Asian Games telah Berbunyi di Jakarta'.
Waktu itu Jakarta memang papa, hanya Stadion Ikada dan dua hotel sederhana. Dalam waktu yang tak lama, berdirilah Gelanggang Olahraga Bung Karno nan megah, Hotel Indonesia yang mentereng, dan fasilitas pendukung yang lengkap. Sarana komunikasi pun siap mewartakan ke seluruh dunia.
Proyek raksasa itu mengerahkan 14 insinyur terbaik Indonesia, 12 ribu pekerja dari kalangan sipil, militer, dan bahkan tukang becak.
Beberapa di antaranya tak mau dibayar.
Orang-orang Betawi yang bermukim di sekitar Senayan rela memberikan tanah mereka demi kehormatan bangsa.
Pada 1962 perhelatan olahraga terbesar di Asia itu pun digelar.
Indonesia keluar sebagai juara kedua dengan 21 medali emas, 26 perak, dan 30 perunggu.
Prestasi yang tak bisa diraih kembali!
Kini, kita seperti tak menyadari potensi besar yang kita miliki.
Dalam menyikapi banyak hal kita seperti tetap terbelah dalam bingkai 'kubu sini' dan 'kubu sana'.
Cerita ahli telematika Hermansyah yang dianiaya di Tol Jagorawi telah berkembang liar sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Dalam sebuah acara di televisi Hermansyah pernah mengatakan chat mesum Rizieq Shihab-Firza Husein ialah palsu.
Para pendukung Rizieq pun ada yang memastikan, pelaku pembacokan ialah musuh Rizieq.
Yang anti pun berharap itu murni kriminal.
Padahal, pelaku kejahatan itu bisa siapa saja, baik pendukung maupun anti-Rizieq.
Kini, apa pun persoalannya seperti hanya dilihat dua sudut pandang itu.
Memuji sebuah prestasi, mengucapkan duka atas sebuah kemalangan, bersimpati atau membenci, menolong atau sebaliknya, agaknya selalu dilihat dulu siapa mereka.
Kita seperti kehilangan perasaan sesama saudara, sebangsa.
Kita harus cemas jika cerita Ivan dan Boris ala Rusia yang sudah usang itu justru baru kita mulai, yakni spirit miskin bersama.
Keterbelahan dan hilangnya sikap objektif, merasa kelompoknya yang paling benar, sesungguhnya juga setali tiga uang dengan cerita Ivan dan Boris itu.
Kita hanya sibuk mengembangkan prasangka.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved