Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Hati Kecil Jenderal Tito

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
13/7/2017 05:31
Hati Kecil Jenderal Tito
(MI/ROMMY PUJIANTO)

KAPOLRI Jenderal Tito Karnavian berbicara perihal hati kecil. Katanya, "Hati kecil saya tidak ingin sampai selesai 2022." Ia ingin pensiun dini dan menikmati hidup. Sang jenderal kini berusia menjelang 53 tahun. Ia baru setahun diangkat Kapolri. Pada 2022, ia berumur 58 tahun, umur pensiun yang dapat diperpanjang sampai 60 tahun. "Bayangkan, saya jadi Kapolri enam tahun, tujuh tahun. Anggota bosan, organisasi bosan, saya pun bosan."

Suara hati kecil ialah suara kejujuran. Jauh hari telah membayangkan bosan di puncak kekuasaan, kiranya kualitas kebatinan yang langka. Umumnya orang ingin berlama-lama di puncak kekuasaan, khawatir pensiun, bahkan berharap diperpanjang. Akibatnya, banyak yang berhenti berkuasa dalam kegalauan batin yang mendalam. Bahkan ada yang tetap merasa berkuasa setelah tidak berkuasa sehingga sedikit atau banyak tampak 'sakit'.

Karena itu, jauh hari menyadari diri suatu ketika bosan di puncak kekuasaan, lalu pensiun dini, jelaslah pertanda objektivitas terhadap diri sendiri. Saya termasuk yang setuju dengan pendapat bahwa kebanyakan orang tidak begitu objektif tentang diri sendiri, termasuk saya terhadap diri saya sendiri. Terlebih yang tengah berkuasa, yang praktis 'terkepung' penilaian yang dikatakan orang, sehingga mengaburkan perspektif tentang diri sendiri.

Salah satu alasannya, menjadi Kapolri itu penuh dengan kehidupan stressfull. Ia ingin kehidupan yang less stress. Setelah bekerja keras, ia ingin menikmati hidup. Hemat saya, Jenderal Tito tidak hanya bekerja keras, tapi juga bekerja cerdas. Kombinasi bekerja keras dan bekerja cerdas itu menghasilkan kinerja nasional keamanan dan ketertiban yang dipujikan dan menjadikan dirinya sebagai ukuran terbaru, standar tertinggi yang mutakhir seorang Kapolri.

Kiranya telah lahir benchmark baru. Terus terang, malu hati terus-menerus menjadikan Jenderal Hoegeng sebagai satu-satunya contoh. Malu karena itu menunjukkan bangsa ini gagal melahirkan pemimpin. Malu karena menerapkan kriteria yang sama untuk era yang jauh berbeda. Jenderal Tito ingin menikmati hidup. Sebuah keinginan yang manusiawi, sekalipun tak lumrah, karena kebanyakan petinggi negeri ingin menikmati hidup sambil menikmati kekuasaan.

Hasilnya pengabdian setengah hati, bahkan yang parah tercampur aduknya kenikmatan kekuasaan dengan kenikmatan hidup. Contohnya, hakim Mahkamah Konstitusi main golf dibayari pihak yang beperkara, menganggap main golf sebagai kenikmatan hidup yang substansial sampai-sampai menjual kehormatan jabatan. Sang jenderal mengambil batas yang tegas bahwa untuk menikmati hidup harus pensiun dini.

Dalam kedudukan dan kapasitas Kapolri mustahil bisa menikmati hidup. Kekuasaan malah bikin stres. Ia bukan penikmat kekuasaan, bukan pula penikmat hidup superfisial. Berikut sebuah ilustrasi yang kontras. Alkisah ada seorang wakil bupati, ditanya apa suka dukanya hidup dalam jabatan itu. Katanya, tiada dukanya, karena jabatan itu penuh sukacita. Katanya uang mengalir bergelombang tak putus-putus.

Sopirnya bercerita, kekuasaannya bahkan diukur dalam sentimeter. Sopir itu dimarahi bila mobil lewat 1 cm, tidak persis berhenti di tempat penyambutan. Dalam pilkada tahun ini, ia maju lagi dengan pasangan bupati yang sama dan kalah. Wakil bupati bukan levelnya Kapolri. Akan tetapi, batas menikmati hidup dan menikmati kekuasaan menyangkut garis api prinsipiil yang sama, terlepas level jabatan. Melanggar batas itu dapat kebablasan masuk ranah KPK.

Jenderal Tito sampai ke posisi Kapolri kiranya telah melakukan perjalanan panjang melalui berbagai 'institusi', dari Akpol sampai ke puncak, menjalani yang fungsional dan struktural yang terbaik sehingga tercepat meraih jenderal berbintang empat. Setelah itu memilih pensiun dini untuk menikmati hidup, tentulah hasil refleksi, hasil berterima kasih.

Orang hanya bisa menikmati hidup setelah menjawab apa arti hidup. Menjawab arti hidup itu hanya tercapai bila orang objektif mengenal diri, punya perspektif yang terang benderang mengenai diri sendiri. Itu bedanya dengan menikmati bakso, tak perlu menjawab apa arti bakso dalam hidup, tak perlu mendengar hati kecil, tak perlu mengenal diri sendiri.



Berita Lainnya
  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.