Headline

Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Satu Tempat Tidur Beda Impian

Saur Hutabarat/Dewan Redaksi Media Indonesia
03/7/2017 05:31
Satu Tempat Tidur Beda Impian
(AFP/Anthony WALLACE)

IBU pertiwi tidak selamanya 'ibu' yang membahagiakan.

Terutama bila ibu itu posesif dan otoriter, selama hayat di kandung badan bakal muncul keinginan protes.

Bahkan keinginan merdeka, memisahkan diri.

Kurang lebih itulah yang terjadi antara Tiongkok dan Hong Kong.

Tiongkok kian keras berseru agar Hong Kong mencintainya, sang ibu pertiwi.

Bahwa ibu pertiwimu (motherland) bukan Inggris.

Betapa pun bahagia di bawah Inggris selama 99 tahun, Inggris hanyalah ibu asuh yang telah membesarkan engkau dengan sistem dan pandangan hidup yang berbeda, yakni kapitalisme.

Akan tetapi, suka atau tidak suka, ibu pertiwimu ialah Tiongkok, komunisme.

Karena itu, jangan macam-macam, terimalah kenyataan kedaulatan negara bahwa Hong Kong dan Tiongkok merupakan 'satu negara dengan dua sistem'.

Ancaman 'jangan macam-macam' itu tegas disampaikan Presiden Xi Jinping kepada warga Hong Kong yang mencoba-coba menantang kekuasaan pemerintah pusat dan hukum dasar Hong Kong.

Hal itu disampaikannya ketika berkunjung tiga hari ke Hong Kong dalam rangka memperingati 20 tahun penyerahan kembali Hong Kong dari Inggris kepada Tiongkok, Sabtu (1/7).

Untuk memperingati hari bersejarah itu, di jalanan warga Hong Kong terbelah dua, yaitu warga yang berdemonstrasi prodemokrasi, bahkan ingin Hong Kong merdeka, berhadapan dengan warga yang pro-Beijing.

Satu jam sebelum Xi berpidato terjadi bentrokan keduanya, mengakibatkan para aktivis prodemokrasi ditangkap polisi.

Warga prodemokrasi merasakan Hong Kong dan Tiongkok bukan lagi satu negara dengan dua sistem, melainkan satu negara dengan satu setengah sistem.

Hong Kong yang mewarisi demokrasi Inggris hanya tinggal setengah sistem karena Beijing mendominasi.

Bahasa Cantonese digantikan Mandarin. Sistem pendidikan nasional Tiongkok, yang berisi semangat juang dan patriotisme ala komunisme, dipaksakan diajarkan di sekolah-sekolah di Hong Kong dan mendapat perlawanan yang sengit dari warga prodemokrasi.

Warga prodemokrasi menilai Beijing telah mengkhianati perjanjian dengan Inggris bahwa setelah serah terima Hong Kong, warga Hong Kong dijamin menjalani way of life mereka selama 50 tahun.

Sebaliknya, Beijing berpandangan tidak ada urusan lagi dengan Inggris. Perjanjian Bersama Sino-British sekarang telah menjadi masa lalu dan tidak lagi punya signifikansi praktis.

Sejauh ini Beijing berhasil melumpuhkan gerakan prodemokrasi di Hong Kong. Setelah Revolusi Payung (2014), yaitu protes besar-besaran yang dilakukan lebih 100 ribu mahasiswa dan kalangan terdidik selama 80 hari (26 September-15 Desember 2014), boleh dikata tidak ada lagi demonstrasi sedahsyat itu.

'Revolusi' jalanan itu tidak menghasilkan konsesi politik apa pun terhadap Beijing, sebaliknya demi 'tertib sosial' malah memicu Tiongkok semakin represif terhadap Hong Kong.

Sensor dilakukan terhadap internet yang digunakan mahasiswa dan media.

Saya pikir setelah Presiden Xi Jinping menginspeksi angkatan bersenjata di Hong Kong, setelah pidatonya yang keras pekan lalu, hanya tinggal soal waktu saja Beijing menghabisi demonstran di Hong Kong dengan cara yang sama seperti mereka lakukan terhadap mahasiswa di Tiananmen Square (1989).

Apa pun motifnya, demokrasi jelas incompatible, tidak cocok dengan komunisme.

Karena itu, yang terjadi di Tiongkok dan Hong Kong bukan satu negara dengan dua sistem, bukan pula negara dengan satu setengah sistem.

Yang terjadi ialah pribahasa China, 'tong chuang yi meng', yang berarti 'satu tempat tidur tapi berbeda impian'.

Satu negara dengan dua sistem kiranya eksperimen bernegara yang hebat.

Eksperimen itu memerlukan saling menghormati selama 50 tahun.

Itulah yang ada dalam pikiran dua pemimpin negara Margaret Thatcher dan Zhao Ziyang ketika menandatangani Deklarasi Bersama Sino-British pada 19 Desember 1984 di Beijing, yang antara lain berisi jaminan warga Hong Kong untuk menjalani way of life mereka selama setengah abad.

Bila itu berhasil, Korea Utara dan Korea Selatan kiranya punya kisah nyata untuk rujukan.

Faktanya baru 20 tahun Tiongkok tidak 'sabaran' dengan dua pandangan hidup yang berbeda.

Apalagi Thatcher dan Ziyang sudah menjadi 'sejarah' sehingga tak dapat mengoreksi jalannya sejarah sesudah kekuasaan mereka.

Itu ironi tersendiri bahwa setiap rezim punya interpretasi tersendiri.

Tanpa ingin membelokkan makna sebuah metafora dari kebudayaan adiluhung, tersisa sebuah pertanyaan, apakah satu tempat tidur dengan impian berbeda sebuah 'penyelewengan'.

Bagi Beijing, mungkin itu realisme yang sah di ranjang komunisme.



Berita Lainnya
  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.