Headline
Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.
Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.
PARLEMEN bukan arena berkelahi, tapi pernah menjadi tempat perkelahian. Bahkan, di suatu negara pernah terjadi anggota parlemen jambak-jambakan, perkelahian paling norak dan menggelikan. Bagaimana dengan parlemen Indonesia? Sepertinya mereka sedang mengajak KPK 'berkelahi' (bukan fisik) melalui penggunaan hak angket DPR. Ajakan berkelahi itu lalu merembet juga mengajak Polri berkelahi.
Ajakan berkelahi itu menggunakan tiga bentuk ancaman. Pertama, mengancam melaporkan Ketua KPK Agus Rahardjo ke Polri karena KPK menolak permintaan DPR untuk menghadirkan Miryam Haryani. KPK beralasan hal itu merupakan bentuk menghalangi proses hukum. KPK dinilai menghina parlemen. Kedua, akibat tiga kali pemanggilan Miryam tidak hadir, DPR akan menjemput paksa Miryam dengan bantuan Polri.
Gagal. Penahanan Miryam di bawah yurisdiksi KPK, bukan Polri. Memaksa menjemput Miryam samalah Polri memaksa KPK untuk tunduk dalam yurisdiksi mereka. Muncullah ancaman DPR tidak akan memberikan anggaran 2018 kepada KPK. Kapolri tidak mengabulkan permintaan DPR menjemput paksa Miryam dengan alasan tidak jelas hukum acaranya. Jika Ketua KPK dapat dilaporkan ke Polri, ke manakah Kepala Polri hendak dilaporkan karena tidak menghormati DPR?
Terjadilah yang ketiga, ancaman serentak kepada Polri, yaitu seperti terhadap KPK, Polri pun bakal tidak diberi anggaran negara 2018. Demikianlah, DPR mulanya hendak berkelahi hanya dengan KPK, kemudian berkelahi pula dengan Polri. DPR seperti orang kalap, mata gelap. Gara-gara merasa tidak dihormati, dengan sembarangan menjadikan anggaran negara sebagai harta nenek moyang DPR, khususnya nenek moyang anggota panitia angket.
Anggaran negara diperlakukan sebagai milik privat mereka, yang selama ini mereka anggap diberikan kepada KPK dan Polri berupa kedermawanan. Publik kiranya dapat bertanya, suasana 'kejiwaan' apakah yang sedang terjadi di DPR? Pertanyaan perihal 'kejiwaan' itu dapat menambah daftar tidak menghormati DPR karena untuk menjawabnya diperlukan dokter jiwa.
Yang pas kiranya perihal 'kebatinan', yang tidak memerlukan dokter kebatinan yang memang belum ada spesialisasinya di fakultas kedokteran. Karena belum ada keahliannya, terbukalah ruang bagi kajian spekulatif perihal 'suasana kebatinan'. Di dalam batin yang keruh, DPR sedang berkelahi dengan bayangan mereka sendiri. Kebatinan DPR dihantui bayangan diri sendiri dikejar-kejar KPK.
Nun di batin mereka, KPK itu ada di mana-mana. Setiap saat, tidak terduga KPK melakukan operasi tangkap tangan, termasuk ke dalam ruang tidur anggota DPR yang terhormat. Lalu dari sana membawa barang bukti berkerdus-kerdus uang tunai miliaran rupiah. Dalam perkelahian dengan bayangan diri sendiri itu DPR mendapat jawaban yang selalu muncul kembali, yaitu hantu OTT harus dilumpuhkan.
Apa pun bungkus bahasa yang dipakai, kian ke mari kian tampak niat buruk DPR terhadap KPK. Bahkan, DPR tidak menyangka ketegasan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam penegakan hukum. Keluarlah ancaman tidak memberi anggaran negara yang dianggap merupakan harta nenek moyang DPR. Pendapatan negara tidak dipandang sebagai hasil kolektif berbangsa bernegara karena warga membayar pajak, yang antara lain dipakai untuk membayar gaji anggota DPR.
Sejauh ini yang diajak berkelahi tidak merespons, tidak melayani dengan cara-cara rendahan, tapi dengan cara-cara kesantunan dan kelugasan antarlembaga negara. Tidak terjadi perkelahian negara melawan negara seperti diinginkan DPR. Yang terjadi dan dipertontonkan tanpa malu kepada publik ialah DPR tengah berkelahi dengan bayangan mereka sendiri karena ketakutan sendiri tertangkap basah korupsi.
Kiranya perlu disebutkan penggunaan kekerasan apakah paksa fisik terhadap Miryam atau paksa nonfisik berupa kewenangan tidak memberi anggaran negara-seharusnya berada di luar lingkungan politik parlemen. Yang pertama berada dalam lingkungan hukum, yang kedua berada dalam lingkungan konstitusi, hukum tertinggi. Hak bujet DPR bukan hak prerogatif lembaga legislatif yang dilahirkan diri mereka sendiri (seperti tata tertib dan kode etik) dan dipakai 'semaunya' vis a vis trias politika.
Diri mereka sendiri pun menyusui dalam hal anggaran karena DPR tidak ikut dan tidak boleh ikut-ikutan mencari penerimaan negara. Di lingkungan politik seyogianya yang terjadi bentuk-bentuk perjuangan politik yang lebih 'cool' alias 'dingin' dan 'keren'. Bukan dengan penggunaan ancaman dan ajakan berkelahi. Otoritas parlemen yang tidak diindahkan itu malah berbalik arah menujukkan kegagalan diri, justru dalam arogansi kekuasaan. Selesaikanlah perkelahian dengan bayangan sendiri dan kuburlah dalam-dalam hak angket sebagai konsep psikis.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved