Headline
Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.
Kemenlu menyebut proses evakuasi WNI mulai dilakukan via jalur darat.
SALAH satu faktor yang menentukan pemulihan ekonomi pada semester II ialah seberapa mampu pemerintah melakukan konsolidasi fiskal. Saat ini perbankan dan korporasi dalam proses konsolidasi setelah terpukul berat dalam empat tahun terakhir. Harapan kita konsolidasi bisa dilakukan juga oleh pemerintah. Persoalan terberat dalam konsolidasi fiskal ialah penerimaan pajak.
Sejak 2015, target penerimaan pajak memang terlalu optimistis. Padahal, kondisi perekonomian sedang tertekan akibat krisis global. Itu bisa terlihat dari pertumbuhan penerimaan pajak yang terus melambat dalam empat tahun terakhir. Apabila pada 2013 pertumbuhan penerimaan pajak masih bisa mencapai 12%, setahun kemudian pertumbuhannya melambat menjadi 9% dan turun lagi menjadi 6% pada 2015.
Tahun lalu, ketika kita menjalankan amnesti pajak, ternyata pertumbuhan penerimaan pajak mencapai titik nadir, yaitu hanya naik 3,5%. Itulah yang membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terpaksa melakukan pengetatan anggaran pada semester II 2016. Meski deklarasi amnesti pajak mencapai Rp4.800 triliun, tambahan penerimaan pajaknya hanya sekitar Rp148 triliun.
Kita lihat akibatnya, pertumbuhan ekonomi menjadi tertekan. Investasi pemerintah pada kuartal IV 2016 tumbuh negatif lebih dari minus 4%. Namun, pilihan itu harus diambil karena Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hanya memberikan ruang untuk defisit maksimal 3% dari produk domestik bruto. Di samping tantangan pada sisi penerimaan, pemerintah menghadapi persoalan dalam sisi penggunaannya.
Ruang gerak yang dimiliki pemerintah dalam pengelolaan anggaran sangat terbatas. Memang kalau dibandingkan anggaran 10 tahun yang lalu, APBN kita naik 100%. Sekarang APBN kita sudah di atas Rp2.000 triliun. Namun, penggunaannya sudah dipatok dan hanya sebagian kecil yang bisa dipakai untuk anggaran pembangunan. Sekarang ini sekitar 40% dari anggaran sudah terpakai untuk biaya rutin dan alokasi ke daerah.
Sebesar 20% harus dialokasikan untuk pendidikan. Berbagai subsidi yang harus dikeluarkan menyita sekitar 15%. Alokasi untuk membayar utang sekitar 10%. Praktis hanya tersisa 15% untuk anggaran pembangunan. Dengan jumlah yang terbatas itu, ruang bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan dan mengurangi pengangguran serta kemiskinan otomatis juga terbatas.
Untuk itulah pemerintah sangat tergantung kepada investasi, baik yang datang dari badan usaha milik negara maupun pengusaha dalam negeri dan luar negeri. Kesadaran tentang keterbatasan ruang gerak pemerintah ini sayangnya begitu rendah. Seakan-akan pemerintah bisa menyelesaikan semua persoalan. Itu bisa terlihat dari perlakuan terhadap pengusaha.
Seakan pengusaha hanyalah pribadi yang sekadar mencari untung. Presiden, misalnya, tidak merasa penting untuk memenuhi undangan buka puasa Kamar Dagang dan Industri. Secara tiba-tiba Presiden membatalkan kehadirannya. Padahal, tidak ada acara lebih penting yang harus dihadiri. Tidak usah heran kalau di satu sisi pemerintah gencar untuk mengundang investor mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Namun, di sisi lain mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun berinvestasi di Indonesia malah ‘diusir’ keluar. Lihat, misalnya, pengelolaan Blok Mahakam yang 35 tahun dikelola Total Indonesie, Prancis, dan tambang di Timika yang 50 tahun dikelola PT Freeport Indonesia. Hanya karena kontraknya sudah habis dan merasa saatnya orang Indonesia mengelola sendiri kekayaan alam, mereka tidak diberi perpanjangan lagi.
Seharusnya mereka justru diminta menambah investasi. Yang terpenting ialah manfaat terbesar dirasakan Indonesia. Ini sekaligus menghapus anggapan ‘habis manis, sepah dibuang’, yang bisa membuat banyak investor enggan untuk berbisnis di Indonesia. Simbiosis mutualisme harus menjadi sikap kita. Basis yang harus kita bangun ialah sikap saling percaya, bukan sebaliknya sikap saling tidak percaya.
Semua harus dilihat dari niat baiknya, sampai kemudian terbukti bahwa orang itu melakukan perbuatan tercela. Kita seringkali justru terbalik. Orang yang jelas-jelas melakukan perbuatan tercela malah dipuja-puji. Tidak hanya masih diberi ruang untuk masih bisa berbisnis, bahkan mendapatkan kedudukan politik yang tinggi. Akibatnya tidak usah heran apabila orang itu kemudian mengulangi perbuatannya.
Kita justru harus memberi penghormatan kepada mereka yang telah berbuat kepada negeri ini. Begitu banyak pengusaha yang telah memberikan kontribusi kepada negara dengan melakukan investasi, membayar pajak, dan membuka lapangan kerja. Namun, mereka hanya dilihat sebagai pribadi yang sekadar mencari untung. Padahal, untung itu merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam berbisnis.
Semakin pengusaha mampu mengakumulasikan modal, semakin besar kesempatannya untuk mengembangkan usaha yang artinya membuka lebih banyak lapangan kerja dan lebih besar membayarkan pajak. Dengan kontribusi dari investasi pemerintah dan pengusaha itulah, kemudian kita bisa meraih pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved