Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Time Lag

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
10/6/2017 05:31
Time Lag
(MI/PANCA SYURKANI)

BUKA puasa dengan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan dua gambaran tentang kondisi perekonomian Indonesia. Pertama, kondisi makroekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Itu terlihat dari cadangan devisa yang terus meningkat, surplus perdagangan yang membaik, nilai tukar rupiah yang relatif stabil, pertumbuhan kredit yang mulai meningkat, dan angka inflasi yang terkendali.

Kedua, konsolidasi perbankan dan perusahaan sedang berjalan. Kita masih membutuhkan waktu agar kemudian benar-benar bisa menggerakkan sektor riil. Kondisi itu dikonfirmasi pendiri Grup Triputra Theodore Permadi Rachmat saat mengundang para pemimpin redaksi berbuka puasa. Kondisi keuangan banyak perusahaan pada kuartal pertama tahun ini hampir semuanya positif.

Kalau kita pandai memanfaatkan momentum ini, pertumbuhan ekonomi bisa didorong lebih tinggi lagi. Kita memang harus sabar memulihkan kondisi ekonomi. Apalagi berbeda dengan krisis global 2008, keseimbangan baru yang tercipta sekarang ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Ketika terjadi krisis global 2008, perekonomian Indonesia sudah menunjukkan perbaikan pada 2010.

Sekarang ini sampai kuartal IV 2016 kita melihat perekonomian masih tertekan. Pembalikan baru dirasakan kuartal I 2017. Meski begitu, sektor ritel masih belum kembali ke titik semula. Konsumsi rumah tangga masih mengalami perlambatan. Investasi baru juga masih stagnan. Bahkan investasi nonbangunan masih tertekan dalam. Yang mulai terlihat menggeliat ialah konsumsi pemerintah yang kuartal IV tahun lalu tumbuh negatif -4,05% menjadi 2,7% pada kuartal I tahun ini.

Tantangannya terletak seberapa mampu pemerintah melakukan konsolidasi fiskal karena penerimaan pajak hingga Mei baru mencapai 38%. Kalau pada semester II tidak membaik, seperti tahun lalu pemerintah di akhir tahun nanti terpaksa melakukan penghematan agar defisit anggaran tidak melampaui batas 2,5% dari produk domestik bruto. Kita harus menerima kenyataan memang selalu akan ada time lag antara perbaikan pada makroekonomi dan bergeraknya sektor riil.

Kita mengharapkan pada semester II nanti sektor riil bisa bergerak mengikuti perbaikan yang terjadi di sektor perbankan. Yang kita butuhkan sekarang adalah kepastian. Pemerintah jangan membuat kebijakan yang membuat pasar malah menjadi nervous. Janji untuk memberikan kemudahan benar-benar harus menjadi praktik keseharian. Jangan hanya janji kosong dan kenyataannya pengusaha menghadapi kesulitan dalam mengurus izin.

Sebagai contoh kesepakatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pengurusan izin pengolahan produk yang disepakati 3 jam kenyataannya membutuhkan waktu 10 hari. Alasannya, yang 3 jam itu untuk pengolahan yang volumenya besar. Sebuah alasan yang tidak masuk akal. Pemerintah yang dihormati ialah pemerintah yang kredibel.

Kredibilitas itu diukur dari ucapan dan kebijakan yang disampaikan. Jangan sampai kebijakan mudah berubah hanya karena pertimbangan yang tidak matang. Jangan pula janji yang disampaikan berbeda dengan praktiknya. Terakhir, kita melihat juga kebijakan mengenai laporan rekening perbankan untuk perpajakan. Kita mendukung upaya pemerintah untuk membagi beban yang sama kepada setiap warga negara sesuai dengan pendapatannya.

Pajak merupakan alat yang paling ideal untuk menciptakan pemerataan kemakmuran. Namun, belum saja tinta yang dituliskan itu kering, peraturannya sudah diubah kembali. Penetapan pembukaan rekening bank sampai Rp200 juta menimbulkan reaksi keras dari masyarakat karena komunikasi yang buruk. Ketika muncul ancaman untuk memindahkan simpanan dari bank ke bawah bantal, pemerintah mengubah menjadi Rp1 miliar.

Kita ingat pernyataan mendiang Presiden AS John F Kennedy yang menyebutkan, "Upya dan keberanian tidaklah cukup kalau tidak diikuti dengan penjelasan tentang tujuan dan arah yang akan ditempuh." Terlalu sering kita mengeluarkan kebijakan tanpa menjelaskan maksud dan tujuan. Padahal, yang namanya kebijakan pemerintah itu bukan untuk pejabat pemerintah, melainkan untuk masyarakat yang akhirnya harus menjalaninya.

Kita perlu belajar dari bangsa Jepang yang selalu detail dalam merencanakan segala sesuatu. Untuk mencapai sebuah tujuan, rencana aksinya ditetapkan jauh-jauh hari. Bahkan setiap rencana aksi itu dipertimbangkan dengan segala aspek yang akan terjadi. Bukan hanya yang baik saja, melainkan juga antisipasi terhadap dampak buruk yang akan dihadapi.

Kebiasaan untuk berpikir pendek yang harus dibuang jauh-jauh, apalagi ketika berkaitan dengan nasib orang banyak. Pemerintah harus lebih bijak dalam mengambil keputusan. Jangan hanya asal gebrak dan urusan belakangan. Sudah hampir 72 tahun kita merdeka, tetapi sikap kerja kita masih saja belum berubah. Jangan sampai apa yang dikhawatirkan Bung Hatta kemudian terjadi. Ketika kita harus menghadapi tantangan besar, negeri ini dikelola para pemimpin yang pikiran mereka kerdil.



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.