Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Rektor

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
09/6/2017 05:31
Rektor
(Ilustrasi)

SEGALANYA tiba-tiba mengejutkan. Segalanya membuat kita tergopoh-gopoh meresponsnya. Kita terkesiap ketika ada sesuatu yang 'jauh', yakni ada calon rektor sebuah perguruan tinggi yang berkelindan dengan Islamic State. Sebelum itu, ada sumpah setia mahasiswa terhadap khilafah dari kampus besar. Kampus yang menjadi dambaan seantero negeri.

Siapa tahu yang bercikun-cikun (bersembunyi-sembunyi) justru lebih banyak. Maka, tepat di Hari Pancasila, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pun memunculkan ide pemilihan rektor langsung di bawah presiden. Ia nanti tak lagi menjadi urusan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (Menristek-Dikti). Menurut Tjahjo, ini terkait dengan kesepahaman bersama 63 rektor dalam menyelenggarakan pendidikan dan penelitian ideologi Pancasila serta wawasan kebangsaan.

Tujuannya mulia, untuk mencegah ideologi anti-Pancasila masuk kampus. Kita tahu ketika kewenangan diambil dari tangan menteri itu berarti tugas sang presiden akan kian berat. Sebaliknya, tugas sang menteri akan kian ringan. Bukankah mestinya sang menteri harus dimintai pertanggungjawaban? Dengan mengambil tanggung jawab menteri, presiden yang tengah lintang pukang ngebut menggarap infrastruktur dan mengurangi kesenjangan ekonomi akan kian terkuraslah energinya.

Padahal, Istana baru saja menambah beban dengan lembaga baru, Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila. Kita tahu dalam pemilihan rektor perguruan tinggi negeri, menteri mempunyai 35% suara. Senat/majelis wali amanah perguruan tinggi negeri memilik 65% suara. Dengan 35% suara saja Menristek-Dikti punya pengaruh besar, yang bisa mengancam otonomi kampus jika salah menggunakannya.

Bayangkan kalau sepenuhnya di tangan presiden! Tak ada jaminan pemilihan rektor di bawah presiden akan mendapatkan sosok yang pepak sebab radikalisme bukanlah lahir dari ruang hampa. Ia tak jatuh dari langit, tapi ada yang meneroka jalan untuk paham itu tumbuh dan berkembang. Ke mana pula kerja intelijen selama ini? Yang pasti, jika sang rektor pilihan presiden gagal, wibawa kepala negara pun akan gompal.

Adapun sang menteri merasa lega dan kian nyaringlah kecimus atau cibiran para pencerca presiden. Karena itu, rencana pemilihan rektor di tangah presiden sebaiknya dipikir ulang. Tidak salah, dalam situasi yang serbamengejutkan ini, presiden mengambih alih pemilihan rektor. Namun, itu bukan jalan terbaik. Jalan terbaik ialah memaksimalkan implementasi dari aturan yang sudah ada.

Menteri dan pihak kampus bisa bekerja sama dengan lembaga lain yang relevan untuk menelesuri rekam jejak para calon rektor. Mana yang bersetia pada Pancasila, mana yang tidak. Mana yang benar, mana yang cemar. Mana yang bermutu, mana yang abu-abu. Laksanakan saja aturan baru, Pemenristekdikti No 19/2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur pada Perguruan Tinggi Negeri, secara maksimal.

Misalnya, calon rektor mesti membuat laporan harta kekayaan pejabat negara. Paparan visi-misi calon rektor di depan pihak kementerian (sebelumnya cukup di depan internal kampus) benar-benar tak di awang-awang. Paparan publikasi dan kerja sama yang pernah dilakukan juga harusnya diverifikasi dengan serius. Yang juga membuat pilu, seperti pernah diungkap Ketua KPK Agus Rahardjo, ialah adanya indikasi politik uang dalam pemilihan rektor di sejumlah kampus.

Kisarannya Rp1,5 miliar hingga Rp5 milar. Kampus yang mestinya tempat kita 'kembali' ketika masyarakat berada di simpang jalan dan kekuasaan menemui jalan buntu mengurai sebuah soal, malah terimbas penyakit politik uang, laku buruk politik praktis. Jika benar, inilah pengkhianatan kaum intelektual paling serius! Di satu-dua kampus, terlebih kampus negeri, memang ada aktivitas terang-terangan menolak Pancasila. Tentu saja, itu ancaman serius bagi Indonesia.

Namun, mengatasi persoalan dengan terburu-buru, panik, tak jernih, juga akan menimbulkan problem baru. Jelas, ada perampasan otonomi kampus yang kita ambil semasa Orde Baru. Akan ada friksi di kampus antara rektor pilihan presiden dan mereka yang prootonomi kampus. Rektor pilihan presiden yang cenderung otoriter akan mudah menepuk dada seraya mengatakan, "Saya orangnya presiden," setiap menghadapi kritik.

Padahal, kampus harusnya menjadi entitas paling piawai mengelola kritik dan sikap kritis sebab kritisisme memang ciri masyarakat kampus. Kita sepakat kampus mesti bersih dari pengaruh ideologi anti-Pancasila. Namun, jika kemandirian dan sikap kritis perguruan tinggi dimatikan, tamatlah fungsi kampus. Jangan sampai kita menancapkan batu nisan dengan epitaf 'Di sini otonomi perguruan tinggi telah mati'.



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.