Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BELUM kering bibir Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi terhadap kinerja kementerian dan lembaga untuk meraih wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan mereka. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak kurang gembiranya karena berarti anggaran negara telah dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Semua prestasi itu seakan tidak artinya ketika Komisi Pemberantasan Korupsi kemudian menangkap tangan praktik lancung antara pejabat Badan Pemeriksa Keuangan dan Kementerian Desa.
Predikat WTP yang didapat Kementerian Desa ternyata tidak didasari penilaian yang seharusnya. Predikat itu dinaikkan dari wajar dengan pengecualian karena ada iming-iming uang yang diberikan pejabat Kementerian Desa. Keruan saja semua predikat WTP seakan tidak ada artinya. Orang mudah beranggapan bahwa predikat WTP itu bisa dibeli. Para auditor BPK ternyata bisa diajak kongkalikong untuk mengatur yang tidak baik menjadi kelihatan baik.
Penilaian masyarakat itu tentu bukan mengada-ada karena kasus ini bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, di beberapa daerah sudah terjadi permainan dalam penilaian dengan imbalan uang. Beberapa pejabat pelakunya pun sudah dijatuhi hukuman berat. Mengapa hal yang tidak kita inginkan ini bisa terjadi? Pertama, karena kita terjebak dalam pencitraan yang luar biasa.
Kita hidup di era orang hanya berupaya mengejar ketenaran. Orang merasa puas dinilai baik meski kenyataannya tidak seperti itu. Kedua, karena predikat WTP menjadi tujuan, mereka lupa kepada proses. Bahkan karena itu dianggap sebagai ukuran keberhasilan, mereka menghalalkan segala cara. Apalagi Presiden memberikan pujian tinggi kepada yang mendapatkan predikat WTP dan mengkritik yang belum mencapainya.
Ketiga, jabatan itu dianggap sebagai segala-galanya. Anggapannya power is privilege. Karena kekuasaan dianggap hak istimewa, orang cenderung mencari muka kepada orang yang memberi kekuasaan. Padahal, kekuasaan itu selalu dikatakan sebagai sebuah amanah. Oleh karena itu, kekuasaan sebenarnya bukan untuk yang menerima kekuasaan. Kekuasaan seharusnya dipakai untuk melayani masyarakat.
Atas pelayanannya yang baik, pejabat itu akan mendapat kehormatan dari rakyat. Predikat WTP pun sebenarnya bukan untuk predikat itu sendiri. Predikat WTP seharusnya merupakan indikator bahwa anggaran yang diterima kementerian dan lembaga dipakai sepenuh-penuhnya untuk kepentingan rakyat. Salah satu ukurannya administrasi keuangannya sesuai dengan aturan yang ditetapkan pengawas keuangan.
Ketika penilaian itu bisa diperjualbelikan, kita tidak tahu lagi indikator yang bisa dipakai untuk melihat bahwa anggaran negara telah terkelola dengan baik. Tidak usah heran apabila praktik korupsi di era reformasi bukan semakin berkurang, melainkan justru makin menjadi-jadi. Meski anggaran negara sudah meningkat tujuh kali lipat jika dibandingkan dengan era Orde Baru yang hanya Rp300 triliun, kemiskinannya bukan semakin berkurang, melainkan semakin bertambah.
Dalam situasi yang mencoreng seperti ini, kita tidak melihat pejabat yang kemudian merasa malu. Praktik jual beli predikat laporan keuangan hanya dianggap sebagai kesalahan orang per orang. Padahal, apa kepentingannya seorang inspektur jenderal dengan predikat WTP karena itu lebih melekat kepada kementerian daripada orang pribadi? Kita lalu teringat pada pelajaran yang pernah disampaikan tokoh pendidikan Prof Dr Ir Andi Hakim Nasoetion.
Menurut Rektor Institut Pertanian Bogor itu, orang bekerja jangan untuk mengejar ketenaran. Bekerja itu harus ditujukan untuk kebaikan karena dengan itu, kita akan mendapatkan keduanya. Pelajaran itu tentu berlaku juga dalam kehidupan bernegara. Para pemimpin yang diberi amanah untuk menjadi pejabat negara jangan bekerja untuk mendapatkan nama.
Pekerjaan utama mereka itu ialah menyejahterakan rakyat. Anggaran negara yang dengan susah payah didapatkan pergunakanlah dengan penuh tanggung jawab. Jangan kemudian silau hanya untuk mendapat pujian WTP. Kalau para pejabat bekerja demi kebaikan, pasti pejabat itu akan mendapatkan nama baik dari rakyat.
Kita semua sadar bahwa membangun negara bukan proses yang sekali jadi. Karena itu, kita tidak perlu bernafsu untuk cepat-cepat memperoleh pujian. Kehormatan itu pasti akan datang ketika kita konsisten memajukan kehidupan bangsa ini. Bukan saatnya bagi kita untuk berbasa-basi. Keberanian untuk mengakui kelemahan dan berupaya memperbaikinya merupakan kunci dari bangsa ini meraih kemajuan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved