Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Fatalisme

27/5/2017 05:31
Fatalisme
(ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

BARU saja optimisme tebersit setelah peningkatan peringkat layak investasi diberikan Standard & Poor's kepada kita. Harapan bagi segera mengalirnya investasi ke Indonesia diganggu lagi oleh aksi teror di Kampung Melayu, Rabu (24/5) lalu. Diduga, sang pelaku menjadi korban tewas bersama tiga anggota kepolisian yang sedang berada di halte bus Trans-Jakarta.

Kita mengecam keras tindakan teror tersebut karena menyebabkan banyak orang menderita. Istri tiba-tiba harus kehilangan suami, demikian pula dengan anak-anak yang harus kehilangan ayahnya. Inilah yang membuat aksi terorisme itu kita sebut sebagai kejahatan kemanusiaan. Yang membuat kita sering kali bertanya-tanya ialah mengapa muncul fatalisme seperti ini?

Kita paham banyak persoalan yang mengimpit kehidupan kita. Tidak ada seorang pun yang lepas dari persoalan hidup. Namun, mengapa pilihannya kemudian adalah sikap putus asa? Persoalan kemiskinan yang harus dihadapi sebagian bangsa ini hanya bisa dipecahkan melalui pembukaan lapangan kerja. Agar lapangan kerja bisa tersedia, dunia usaha harus dibuat merasa nyaman menanamkan modalnya.

Kita tidak sedang hidup di era etatisme seperti dulu. Sekarang ini kontribusi anggaran negara terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi hanya tinggal sekitar 16%. Kondisi seperti ini bukan hanya dialami Indonesia. Seluruh dunia menyadari bahwa yang bisa membuka lapangan kerja dalam jumlah besar bukan lagi negara atau organisasi internasional, melainkan perusahaan baik itu swasta maupun badan usaha milik rakyat.

Agar dunia usaha bergairah untuk menanamkan modal, mereka memerlukan ketenangan dan keamanan. Sikap-sikap fatalis seperti yang dilakukan pelaku teror tidak hanya membuat investasi menjadi lebih lambat, tetapi akhirnya juga membuat kelompok fatalisme makin terperosok ke dalam kondisi frustrasi. Sekarang yang harus kita bangun ialah sikap optimisme bahwa banyak jalan bisa kita tempuh untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Untuk itu, semua komponen bangsa harus mau memberikan kontribusi bagi terciptanya kondisi yang penuh harapan itu. Termasuk media massa jangan terjebak dalam sikap saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Kita jangan membiarkan berkembangnya spekulasi yang hanya melahirkan sikap saling curiga. Mari kita beri kesempatan kepada polisi untuk bisa mengungkap siapa pelaku teror, apa motifnya, dan seperti apa jaringannya.

Dengan itu, kita berharap polisi bisa melakukan tindakan yang tegas. Kita pantas belajar dengan apa yang dilakukan masyarakat Inggris dalam menghadapi serangan teror di Manchester Arena. Mereka bangkit bersama untuk menggalang solidaritas dan melanjutkan kehidupan ini. Jangan seperti orang Amerika yang lebih mengejar sensasi dan akhirnya membuat harapan untuk menuntaskan akar terorisme menjadi berantakan.

Tentu kita ingin cepat membongkar pelaku teror, apalagi kalau ada jaringannya. Akan tetapi, risiko dari sistem demokrasi, penegakan hukum tidak bisa dilakukan sewenang-wenang. Kita tidak mungkin menegakkan hukum sambil melanggar hukum. Semua harus dilakukan secara berhati-hati dan melalui proses hukum yang benar. Sama dengan perlunya kesabaran untuk memperbaiki kondisi ekonomi.

Tidak mungkin kita memperbaiki kesejahteraan rakyat seperti membalikkan telapak tangan. Semua butuh proses dan menuntut kerja keras dari semua pihak. Kesempatan untuk mempercepat perbaikan ekonomi ada di depan mata. Peningkatan peringkat layak investasi yang akhir pekan lalu kita dapatkan akan membuat cost of fund menjadi lebih murah. Kemarin saja bunga obligasi pemerintah sudah turun sekitar 0,2%.

Kita percaya semua pihak sedang bersiap-siap untuk menyambut datangnya arus investasi itu. Kalau kita bisa membuat peraturan perizinan yang mudah seperti yang dijanjikan, hukum kita bisa memberikan kepastian, aparat pajak tidak mengintimidasi, dan lembaga swadaya masyarakat tidak mencari-cari kesalahan, ekonomi Indonesia akan bisa melesat tinggi.

Semua itu bisa menjadi porak-poranda kalau ada satu di antara kita bersikap fatalis. Keputusasaan yang diekspresikan dengan cara destruktif seperti aksi teror membuat investasi yang akan masuk itu bisa batal. Negara-negara tetangga kita tersenyum melihat sikap fatalis karena investasi itu bisa beralih ke negara mereka. Mari kita hentikan sikap untuk mendestruksi diri sendiri, sikap untuk menganiaya diri sendiri. Tuhan tidak suka kepada orang yang mudah putus asa karena Tuhan tidak pernah akan membebani manusia dengan beban yang tidak sanggup mereka pikul.



Berita Lainnya
  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik