Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Warisan Asa

Djadjat Sudrajat Dewan Redaksi Media Group
23/5/2017 05:05
Warisan Asa
(MI)

ASA Firda Inayah adalah oasis dalam belantara media sosial kita yang mencemaskan. Media sosial yang belakangan kerap menampakkan wajah bengis dan sadis. Saling merundung, memaki, sumpah serapah, bahkan fitnah.

Bagi mereka yang tak tahan atau sayang memboroskan energi, untuk sementara memilih menjauh. Namun, Asa Firda yang kini populer dengan nama pena Afi Nihaya Faradisa tetap teguh di situ, justru untuk menjernihkan.

Siswa SMA yang baru menamatkan pendidikan di SMA 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur, ini ingin media sosial kembali pada tujuannya semula; mendekatkan yang saling menjauh. Merekatkan hubungan yang meregang. Ia ingin tulisannya di media sosial bisa menginspirasi.

Tulisan dia berjudul Warisan yang dimuat di laman Facebook miliknya pada 15 Mei silam telah menjadi perbincangan ramai. Begini ia memulai tulisannya, “Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan
bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak. Karena itu, masing-masing mesti saling menghormati ‘kebenaran’ lain.”

Dalam sepekan saja tulisan itu telah di-share 28 ribu kali. Tulisan yang merupakan sebuah respons atas merapuhnya nilai-nilai pluralitas dan keberagaman kita akhir-akhir ini. Ia ingin membawa pesan perdamaian bagi NKRI yang menurut pandangannya kini tengah diguncang isu SARA.

Dalam wawancara dengan sebuah televisi, ia bilang ingin menunjukkan bahwa anak SMA juga bisa memberikan kontribusi bagi bangsanya. Ketika baru membaca tulisan Asa, saya setengah tak percaya. Saya berupaya mencari bukti untuk meyakinkan bahwa Warisan bukan milik orang lain.

Saya simak beberapa status di Facebook-nya dan beberapa rekaman perbicangan dengan pers. Terlebih ketika ia menjadi pembicara dalam Sarasehan Kebangkitan Nasional di Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang, makin yakinlah saya, Asa memang cermerlang.

Di depan para akademisi ia mengatakan ia bukan siapa-siapa, tapi ia prihatin Indonesia berdasarkan Pancasila ini sangat mudah dipicu isu SARA agar tercerai-berai. Ia sengaja menggunakan nama samaran karena tidak mengharap keuntungan dari melambungnya nama gadis kelahiran 23 Juli 1998 yang tinggal di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, 40 km dari Banyuwangi ini.

Ayahnya, Imam Wahyudi, penjual cilok keliling, dan ibunya, Sumarti, sejak setahun lalu kehilangan penglihatan secara total. Imam pernah menyita untuk beberapa hari telepon seluler Asa. Ia khawatir putrinya menjadi korban media sosial.

Kini, justru karena ‘bermain’ telepon seluler itulah Asa jadi populer. Ternyata apa yang ditulis sesuatu yang amat penting bagi bangsa ini yang berada di tubir perpecahan. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas cepat merespons. Ia mengundang Asa makan pagi di kantornya. Ia bangga ada anak desa dari keluarga bersahaja punya pikiran
jauh ke depan.

Untuk menggambarkan betapa kebenaran punya banyak versi, Asa mengutip penyair sufi kelahiran Afghanistan, Jalaluddin Rumi. “Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh.”

Banyak yang memuji Asa, tapi tak sedikit pula yang memaki. Bahkan, ada yang mengancam membunuhnya. Gadis desa ini mengatakan tak jeri. Ia seperti Malala Yousafzai dari Pakistan yang berani melawan Taliban. Kita beruntung punya Asa. Kritis dan punya kepedulian tinggi kepada negerinya. Gadis berhijab ini paham di mana posisi agama dalam negara. Kita wajib menjaganya.



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?