Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
ANEKA tabir itu terbuka sudah.
Mungkin tak sepenuhnya, tapi ini jawaban atas syak wasangka, bahkan kecurigaan sebagian dari kita tentang Arab Saudi.
Setelah lawatan resmi di Indonesia (1-3 Maret di Jakarta), kini Raja tengah berlibur di Bali (4-9 Maret), pulau yang berpenduduk mayoritas beragama Hindu.
Di pulau itulah kesenian yang bersumber dari ajaran agama hidup dan berkembang. Kedatangan raja dari negeri berasaskan syariat Islam pun disambut dengan Tari Pendet. Tari yang semula untuk menyambut turunnya para dewa.
Kehadiran rombongan Raja Salman itu dinubuat bakal melonjakkan turis asal Timur Tengah.
Wajar, seperti juga di Jakarta dan Bogor ketika raja baru tiba, ribuan warga Bali juga menyambut Raja penuh takzim.
Jangan lupa, kunjungan keluarga kerajaan superkaya ini (US$1,4 triliun, atau setara Rp18.629 triliun) punya arti ekonomi tinggi.
Rombongan superjumbo dan tinggal selama sepekan.
Hotel tempat mereka menginap di kawasan Nusa Dua ialah hotel serbamewah.
Masih dalam prosesi kedatangan di Bali.
Salah seorang penjemput, selain dari unsur pemerintah, ada tokoh lintas agama, ialah Romo Evensius Dewantara Pr dari Gereja Katolik Paroki Bunda Maria Segala Bangsa, Bali.
Ia menyambut raja dengan bahasa Arab, "Ahlan wa sahlan, ya Malik (Selamat datang, Tuan Raja)."
Raja tertegun seraya memegang jubah Evensius.
Ia pun bertanya, "Anda Katolik, ya?" Pastor ini terkesan atas sikap raja yang terbuka itu.
Raja yang hafiz Alquran ketika berusia 10 dan sebagai Khodimul Haramain (pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah), pastilah paham betul Islam dan Kristen, sebagai sesama agama langit, agama samawi.
Kehangatan masyarakat Bali ini sesungguhnya linier belaka dengan sikap Raja ketika di Jakarta, khususnya saat berdialog dengan puluhan pemuka lintas agama.
Raja ke-7 Arab Saudi sejak didirikan pada 1932 itu meminta Indonesia untuk mengembangkan Islam yang damai, penuh toleransi.
Islam yang rahmatan lil alamin.
Ada yang menautkan kunjungan Raja ke Bali sebagai pesan amat penting untuk 'melawan lupa' bahwa 'Pulau 1.000 Pura' itu pernah diguncang serangan teroris yang mematikan 202 jiwa (12/10/2002) dan yang kedua 23 orang meninggal dan hampir 200 orang luka (1/10/2005).
Dalam pertemuan tokoh lintas agama yang berjumlah 28 orang di Jakarta, selain hadir sembilan tokoh Islam, ada dari Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, masing-masing diwakili empat orang, dan tiga dari Konghucu.
Pertemuan itu sungguh membuka tabir dan mitos bahwa Arab Saudi sebagai negara lahirnya Wahabisme ternyata amat terbuka.
Amat toleran.
Menurut Raja, stabilitas Indonesia merupakan buah dari semangat toleransi tinggi.
"Kita hendaknya dapat bekerja sama untuk terus menjalin komunikasi dengan dialog di antara umat beragama agar dapat memperkuat nilai-nilai toleransi," ujar Salman.
Ia pun akan menghajikan keluarga Densus Antiteror yang gugur dalam tugas.
Bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim, berswafoto dengan Megawati tanpa hijab dan Puan Maharani, direkam saat makan siang bersama Jokowi dalam vlog, menikmati Tari Pendet dan enam hari di Bali, sungguh bukaan tabir yang tak diduga.
Mereka yang selama ini anti-Arab bisa melihat sendiri betapa berubahnya negeri ini.
Bagi pemuja Arab sampai merendahkan negeri sendiri, bahkan menginginkan arabisasi dalam pakaian dan bahasa, ini tentu sikap gagal paham akan negerinya sendiri yang beragam dan multikultur, lihatlah Arab hari ini.
Untuk mereka yang mengaitkan kunjungan Raja untuk menggelontorkan pinjaman tanpa bunga sebesar Rp330 triliun, bisa lihat sendiri.
Sebanyak US$7 miliar untuk investasi itu pun masih dalam bentuk MoU, belum terikat dalam kontrak.
Mustahil negara memberikan pinjaman amat besar tanpa bunga pula, sementara Arab sejak harga minyak mentah jatuh pada 2008 tengah mencari terobosoan pendapatan negara selain minyak.
Pasar minyak Arab Saudi, Amerika Serikat, yang dulu importir kini menjadi net exporter.
Lawatan Raja Salman ke berbagai negara Asia sesungguhnya tengah mencari pembeli baru minyak seperti Tiongkok, India, dan Indonesia.
Adapun isu kedatangan Raja Salman untuk membendung komunisme dari ras kuning (Tiongkok) juga aneh mengingat secara ideologi komunisme sesungguhnya telah bangkrut.
Di Tiongkok komunisme hanya dalam politik, tapi ekonomi mereka sangat kapitalis.
Di Rusia dan bekas Uni Soviet lainnya, komunis tinggal nostalgia. Mendiang Raja Abdullah pada 2006 justru telah berkunjung ke Tiongkok.
Investasi Tiongkok di Arab Saudi juga besar, jika dibandingkan dengan Arab di Tiongkok, hanya seperlimanya.
Apa pun alasannya, harga minyak anjlok atau Presiden Amerika Donald Trump yang antimuslim, faktanya Arab Saudi terdorong mengubah orientasi ekonominya.
Sengaja saya menulis tiga kali kolom ini tentang kunjungan Raja Salman: 'Melawat ke Timur' (28/2), 'Menyambut Raja Salman' (3/3), dan 'Membuka Tabir' (7/3).
Karena Arab Saudi sering kita salah pahami. Benar apa yang dikatakan Sumanto Al-Qurtuby, pengajar antropologi budaya di King Fadh University, Arab Saudi, yang ramai dibincangkan di media sosial: Arab Saudi semakin modern, Indonesia justru semakin 'primitif'.
Dengan terbukanya tabir, mestinya kita lebih bersatu, lebih mencintai negeri sendiri.
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.
APAKAH gerakan reformasi yang sudah berusia 27 tahun bisa disebut berhasil atau malah gagal? Jawabannya tergantung dari sudut pandang yang mana dan dalam hal ihwal apa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved