Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Membuka Tabir

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
07/3/2017 05:03
Membuka Tabir
(ANTARA)

ANEKA tabir itu terbuka sudah.

Mungkin tak sepenuhnya, tapi ini jawaban atas syak wasangka, bahkan kecurigaan sebagian dari kita tentang Arab Saudi.

Setelah lawatan resmi di Indonesia (1-3 Maret di Jakarta), kini Raja tengah berlibur di Bali (4-9 Maret), pulau yang berpenduduk mayoritas beragama Hindu.

Di pulau itulah kesenian yang bersumber dari ajaran agama hidup dan berkembang. Kedatangan raja dari negeri berasaskan syariat Islam pun disambut dengan Tari Pendet. Tari yang semula untuk menyambut turunnya para dewa.

Kehadiran rombongan Raja Salman itu dinubuat bakal melonjakkan turis asal Timur Tengah.

Wajar, seperti juga di Jakarta dan Bogor ketika raja baru tiba, ribuan warga Bali juga menyambut Raja penuh takzim.

Jangan lupa, kunjungan keluarga kerajaan superkaya ini (US$1,4 triliun, atau setara Rp18.629 triliun) punya arti ekonomi tinggi.

Rombongan superjumbo dan tinggal selama sepekan.

Hotel tempat mereka menginap di kawasan Nusa Dua ialah hotel serbamewah.

Masih dalam prosesi kedatangan di Bali.

Salah seorang penjemput, selain dari unsur pemerintah, ada tokoh lintas agama, ialah Romo Evensius Dewantara Pr dari Gereja Katolik Paroki Bunda Maria Segala Bangsa, Bali.

Ia menyambut raja dengan bahasa Arab, "Ahlan wa sahlan, ya Malik (Selamat datang, Tuan Raja)."

Raja tertegun seraya memegang jubah Evensius.

Ia pun bertanya, "Anda Katolik, ya?" Pastor ini terkesan atas sikap raja yang terbuka itu.

Raja yang hafiz Alquran ketika berusia 10 dan sebagai Khodimul Haramain (pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah), pastilah paham betul Islam dan Kristen, sebagai sesama agama langit, agama samawi.

Kehangatan masyarakat Bali ini sesungguhnya linier belaka dengan sikap Raja ketika di Jakarta, khususnya saat berdialog dengan puluhan pemuka lintas agama.

Raja ke-7 Arab Saudi sejak didirikan pada 1932 itu meminta Indonesia untuk mengembangkan Islam yang damai, penuh toleransi.

Islam yang rahmatan lil alamin.

Ada yang menautkan kunjungan Raja ke Bali sebagai pesan amat penting untuk 'melawan lupa' bahwa 'Pulau 1.000 Pura' itu pernah diguncang serangan teroris yang mematikan 202 jiwa (12/10/2002) dan yang kedua 23 orang meninggal dan hampir 200 orang luka (1/10/2005).

Dalam pertemuan tokoh lintas agama yang berjumlah 28 orang di Jakarta, selain hadir sembilan tokoh Islam, ada dari Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, masing-masing diwakili empat orang, dan tiga dari Konghucu.

Pertemuan itu sungguh membuka tabir dan mitos bahwa Arab Saudi sebagai negara lahirnya Wahabisme ternyata amat terbuka.

Amat toleran.

Menurut Raja, stabilitas Indonesia merupakan buah dari semangat toleransi tinggi.

"Kita hendaknya dapat bekerja sama untuk terus menjalin komunikasi dengan dialog di antara umat beragama agar dapat memperkuat nilai-nilai toleransi," ujar Salman.

Ia pun akan menghajikan keluarga Densus Antiteror yang gugur dalam tugas.

Bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim, berswafoto dengan Megawati tanpa hijab dan Puan Maharani, direkam saat makan siang bersama Jokowi dalam vlog, menikmati Tari Pendet dan enam hari di Bali, sungguh bukaan tabir yang tak diduga.

Mereka yang selama ini anti-Arab bisa melihat sendiri betapa berubahnya negeri ini.

Bagi pemuja Arab sampai merendahkan negeri sendiri, bahkan menginginkan arabisasi dalam pakaian dan bahasa, ini tentu sikap gagal paham akan negerinya sendiri yang beragam dan multikultur, lihatlah Arab hari ini.

Untuk mereka yang mengaitkan kunjungan Raja untuk menggelontorkan pinjaman tanpa bunga sebesar Rp330 triliun, bisa lihat sendiri.

Sebanyak US$7 miliar untuk investasi itu pun masih dalam bentuk MoU, belum terikat dalam kontrak.

Mustahil negara memberikan pinjaman amat besar tanpa bunga pula, sementara Arab sejak harga minyak mentah jatuh pada 2008 tengah mencari terobosoan pendapatan negara selain minyak.

Pasar minyak Arab Saudi, Amerika Serikat, yang dulu importir kini menjadi net exporter.

Lawatan Raja Salman ke berbagai negara Asia sesungguhnya tengah mencari pembeli baru minyak seperti Tiongkok, India, dan Indonesia.

Adapun isu kedatangan Raja Salman untuk membendung komunisme dari ras kuning (Tiongkok) juga aneh mengingat secara ideologi komunisme sesungguhnya telah bangkrut.

Di Tiongkok komunisme hanya dalam politik, tapi ekonomi mereka sangat kapitalis.

Di Rusia dan bekas Uni Soviet lainnya, komunis tinggal nostalgia. Mendiang Raja Abdullah pada 2006 justru telah berkunjung ke Tiongkok.

Investasi Tiongkok di Arab Saudi juga besar, jika dibandingkan dengan Arab di Tiongkok, hanya seperlimanya.

Apa pun alasannya, harga minyak anjlok atau Presiden Amerika Donald Trump yang antimuslim, faktanya Arab Saudi terdorong mengubah orientasi ekonominya.

Sengaja saya menulis tiga kali kolom ini tentang kunjungan Raja Salman: 'Melawat ke Timur' (28/2), 'Menyambut Raja Salman' (3/3), dan 'Membuka Tabir' (7/3).

Karena Arab Saudi sering kita salah pahami. Benar apa yang dikatakan Sumanto Al-Qurtuby, pengajar antropologi budaya di King Fadh University, Arab Saudi, yang ramai dibincangkan di media sosial: Arab Saudi semakin modern, Indonesia justru semakin 'primitif'.

Dengan terbukanya tabir, mestinya kita lebih bersatu, lebih mencintai negeri sendiri.



Berita Lainnya
  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik