Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Menyambut Raja Salman

Djadjat Sudradjat/Dewan Redaksi Media Group
03/3/2017 06:00
Menyambut Raja Salman
(ANTARA/Setpres/Agus Suparto)

"BARANG siapa yang ingin mengingkari hubungan yang istimewa antara Indonesia dan Arab Saudi sama dengan mengingkari matahari di siang hari."

Itulah kalimat kunci Raja Arab Saudi Faisal bin 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud ketika berpidato di Gedung DPR (Waktu itu bernama Dewan Perwakilan Rayat Gotong Royong) pada 11 Juni 1970.

Pidato Faisal, anak ketiga Raja Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud, dikutip Ketua DPR Setya Novanto dalam pidatonya ketika menyambut Raja Salman bin Abdul Aziz as-Saud, Kamis (2/3).

Kemarin sejarah 47 tahun lalu terulang, kali ini yang berpidato Raja Salman, anak ke-25 Raja Saud.

"Tantangan yang kita hadapi, khususnya bagi umat Islam dan dunia secara umum, seperti fenomena terorisme, benturan peradaban, tidak adanya penghormatan terhadap kedaulatan negara, serta intervensi terhadap urusan dalam negerinya. Ini telah mengharuskan kita untuk menyatukan barisan dalam menghadapi tantangan ini serta berkoordinasi dalam melakukan berbagai upaya dan sikap yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan kita bersama serta keamanan dan perdamaian dunia," kata Salman yang berpidato selama tiga menit.

Raja berusia 82 tahun itu berpidato dengan posisi duduk di depan mikrofon yang dilapisi emas.

Kunjungan Raja Faisal waktu itu dalam kondisi Arab Saudi kalah perang melawan Israel.

Karena itu, selain mengingatkan ancaman komunisme, Arab Saudi meminta dukungan dalam menghadapi krisis Timur Tengah.

Indonesia mendorong agar resolusi Dewan Keamanan PBB 1967 dilaksanakan sepenuhnya dan mendukung hasil konferensi Jeddah mengenai penyelesaian krisis Timur Tengah.

Semua Presiden Indonesia pascareformasi berkunjung ke negeri kaya minyak itu, tetapi baru 2017 ini kepala negara Arab Saudi berkunjung ke Indonesia.

Padahal, dukungan perdamaian Indonesia kepada Timur Tengah amat total, salah satu buktinya, Indonesia belum membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Untuk menghadapi Iran, Arab Saudi dikabarkan justru mulai bermesra-mesra dengan negeri Yahudi itu.

Dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia setiap tahun mengirim sedikitnya 200 ribu jemaah haji.

Selain itu ada sekitar satu juta orang setiap tahun yang beribadah umrah. Ini tentu penambahan devisa negara yang besar.

Namun, hingga kini belum ada kabar kepastian kapan santunan terhadap 12 jemaah haji yang meninggal dan 42 orang yang luka-luka dalam musibah abruknya crane di Masjidil Haram pada 2015.

Ini tentu ironis dengan segala kemewahan Baginda Raja dalam kunjungan kali ini. Dengan Visi 2030, negeri monarki ini memang akan menggenjot sektor pelancongan, khususnya wisata religi.

Kini kedatangan Raja Salman dengan rombongan jumbo, 1. 500 orang, selama sembilan hari (1-9 Maret), agaknya untuk menebus 47 tahun yang baru ada kunjungan balasan sekarang ini.

Hubungan Arab Saudi-Indonesia disebut-sebut mengawali babak baru. Ada kesepakatan pembiayaan proyek di Indonesia sekitar Rp93 triliun.

Namun, selama ini investasi negeri itu di Indonesia amat kecil.

Kini ada 11 kesepakatan kerja sama antara Arab Saudi dan Indonesia, di antaranya pendidikan dan kebudayaan.

Kerja sama ini sangat penting, ini artinya Arab Saudi yang selama ini terutup dengan kebudayaan asing harus menghargai Indonesia yang multikultur ini.

Kunjungan supermewah raja negeri muslim, tempat lahirnya Nabi Muhammad, pemimpin umat Islam yang sederhana, memang mengejutkan.

Terlebih lagi Raja Salman juga berpredikat khadimul haramaen (pelayan dua kota suci).

Masih banyak pula umat muslim di dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Sebagai tuan rumah yang baik, Indonesia memang ingin serius memuliakan tamu (ikraam ad-dhuyuf).

Sambutan masyarakat Indonesia yang amat antusias, baik di Halim Perdanakusuma, Kota Bogor, DPR, dan Masjid Istiqlal, membuktikan betapa kita justru tidak 'mengingkari matahari di siang hari' seperti kata Raja Faisal 47 tahun lalu.

Dalam memperlakukan tenaga kerja kita, negeri ini juga belum menandatangani konvensi internasional yang menjamin kenyamanan tenaga kerja.

Untunglah saya melihat Presiden Jokowi tetap dalam kesederhanaannya menyambut tamu kaya raya itu.

Menggandeng erat tangan Raja ketika mengantar ke mobilnya.

Menyetiri mobil golf tamunya baik di Istana Bogor maupun Jakarta, memayungi ketika hujan, bahkan mengambilkan pohon ulin yang hendak ditanam Raja di Istana Jakarta.

Selain sambutan ramah masyarakat, kesederhaan Jokowi semoga jadi oleh-oleh terindah Sang Raja.

Raja bisa belajar dari Indonesia yang ramah dan plural ini. ***



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.