Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pilkada Kita

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
14/2/2017 05:00
Pilkada Kita
()

INILAH Pilkada 2017. Pilkada kita.

Inilah pula pilkada Jakarta. Pilkada paling panas sepanjang sejarah.

Dua mantan presiden, yakni Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta mantan calon presiden Prabowo Subianto, pun turun gunung.

Mereka kembali berhadap-hadapan seperti pilpres dulu.

Bedanya kali ini, berupaya memenangkan para jagoan masing-masing.

Inilah pilkada rasa pilpres.

Simak kata-kata SBY. "Padi telah menguning. Relakah saudara padinya dicuri tetangga kita? Jangan mau, ini jerih payah saudara, jangan sampai terakhir dicuri, dipaksa," katanya di Sentul International Convention, Bogor, Rabu pekan lalu.

Bos Partai Demokrat itu beramsal di depan para kader partai yang siap memenangkan sang putra, Agus Harimurti, Yudhoyono yang berduet dengan Sylviana Murni.

Ia ibaratkan sejak kampanye dimulai empat bulan lalu, Agus-Sylvi telah menanam padi, dan 15 Februari saatnya panen.

Kabarnya, terpilihnya Agus sebagai gubernur akan jadi 'tiket' untuk maju Pilpres 2019.

Megawati juga amat yakin jagoannya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)- Djarot Saeful Hidayat, bakal kembali menjadi nakhoda bahtera Jakarta.

"Tenang saja. Mantapkan diri maka insya Allah Anda berdua (Basuki-Djarot) akan memimpin Jakarta kembali," kata Megawati.

Menurut dia, keduanya harus memantapkan hati.

Dalam kampanye akbar bertajuk Konser Gue 2 yang digelar di kawasan bekas Golf Driving Range Senayan, Ketua Umum PDIP itu optimistis Ahok-Djarot bisa kembali memimpin Jakarta.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto lebih jelas lagi rasa pilpresnya.

"Saudara-saudara, kalau kalian ingin saya jadi presiden 2019, Anies-Sandi Gubernur DKI, betul? Di 2019, kalian harus kerja keras, kalian juga harus kerja keras di Februari 2017," kata Prabowo di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu dua pekan silam.

Ia mengingatkan agar masyarakat tak salah pilih.

Sebab orang yang tidak baik akan berkuasa.

Massa pun berteriak meminta Prabowo menjadi calon presiden 2019.

Kampanye tiga pasangan calon gubernur telah usai, juga 100 pilkada lainnya, yang mengusung 310 pasangan.

Semua padi, meminjam istilah SBY, telah menguning.

Panen raya pun akan tiba.

Kita tak tahu siapa panen terbaik, yang pasti tak mungkin semuanya.

Banyak harapan pilkada bisa memilih calon terbaik yang bisa membawa daerah bisa lekas mewujudkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi.

Namun, adanya 367 kepala daerah tersangkut korupsi sejak reformasi menjadikan harapan itu kerap melindap.

Juga banyak harapan pilkada Jakarta menjadi teladan, yakni perhelatan politik paling bersih, dengan pemilih paling rasional, dan menjunjung tinggi perbedaan.

Itu juga berat terwujud.

Isu agama dan suku telah menjadi faset paling seksi diolah.

Akibatnya, polisi pun akhirnya melanggar aturannya sendiri, yakni Peraturan Kapolri No SE/7/VI/2014 yang berisi larangan memproses pelanggaran hukum calon kepala daerah jika sudah memasuki tahap pemilu sampai pemilihan selesai.

Tekanan masa yang luar biasa, yang dimotori Front Pembela Islam, dengan berbagai aksi bela agama, akhirnya menetapkan Ahok sebagai tersangka penistaan agama.

Ahok menjadi calon gubernur yang semasa kampanye sedikitnya 10 kali harus mondar-mandir ke persidangan sebagai terdakwa.

Atas pelanggaran itu pula, polisi juga tak bisa menolak laporan adanya dugaan korupsi yang dilakukan Sylvi tentang dana bantuan sosial pembangunan Masjid Al Fauz, di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, sewaktu ia menjabat wali kota.

Juga dana bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta untuk Kwarda Pramuka Jakarta (2014-2015) sewaktu Sylvi menjabat Ketua Kwarda Pramuka.

Tak hanya itu, pentolan FPI, ormas yang paling getol memidanakan Ahok, Rizieq Shihab dan Munarman, juga ditetapkan sebagai tersangka atas rupa-rupa dugaan penghinaan.

Inilah risiko pelanggaran atas peraturan polisi sendiri.

Kita berharap, meski ada yang menjadikan pilkada Jakarta sebagai modal pemilihan presiden, biarkan publik Jakarta menikmati 'keindahan' gubernur terpilih.

Alangkah melelahkan jika pascapilkada Jakarta berlanjut dengan rivalitas panas menuju perebutan kursi Indonesia satu.

Energi publik akan terkuras hanya untuk urusan politik.

Padahal, semua pilkada mestinya harapan datangnya perubahan untuk perbaikan kehidupan rakyat.

***




Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.