Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Kultur

08/2/2017 05:31
Kultur
(thinkstock)

ADA dua hal yang diingatkan Presiden Joko Widodo kepada jajaran pemerintah di awal 2017. Pertama, kebijakan yang dijalankan harus berorientasi mengurangi kesenjangan. Kedua, perlunya terus mengomunikasikan kebijakan pembangunan agar masyarakat mengerti ke mana arah pembangunan yang akan dilakukan dan tahu kemajuan yang sudah dicapai. Bukan baru pertama kali seorang presiden mengingatkan peran yang harus dijalankan jajaran birokrasi. Namun, semua itu tidak pernah mengubah sikap dan perilaku jajaran pemerintah.

Tentu menjadi pertanyaan, mengapa hal seperti ini terjadi? Seorang ahli manajemen mengatakan, semua ini disebabkan ketidakmampuan jajaran pemerintah menerjemahkan kultur institusi. Ketika kultur institusi tidak diterjemahkan ke dalam aksi, itu tidak mungkin menjadi kebiasaan.

Contoh yang paling sederhana ialah slogan yang ada di institusi kepolisian. Dua kata besar yang selalu terpampang 'Melindungi dan Melayani'. Itu merupakan kultur institusi yang berlaku di seluruh kepolisian dunia, to protect and to serve.

Pertanyaannya, ketika malam hari kita sedang berjalan atau berkendaraan diberhentikan polisi, apakah kita merasa 'terlindungi atau terlayani?' Kita pasti akan merasa takut dan bertanya-tanya, 'apa kesalahan saya?' Semua itu terjadi karena tidak semua anggota polisi memahami kultur institusinya. Refleksi yang ditunjukkan bukan 'melindungi dan melayani', melainkan justru sebaliknya. Akibatnya, ketika masyarakat berhubungan dengan polisi yang muncul justru rasa ketakutan.

Lalu, bagaimana memperbaiki kultur dari jajaran pemerintah? Harus ada kemauan dari pimpinan lembaga untuk membumikan kultur institusinya. Bahkan, kemudian dicontohkan bagaimana jajaran pemerintah itu menjadi 'pelayan masyarakat' bukan sebaliknya 'minta dilayani masyarakat'.

Selama ini jajaran pemerintah tidak menerjemahkan kultur institusi untuk bersikap sebagai abdi masyarakat, tetapi memimpikan sebagai ambtenaar. Itulah bayangan orang pribumi di zaman penjajahan Belanda, yaitu sebagai pegawai pemerintah Belanda, mereka bisa memakai jas warna putih-putih, topi baja putih, dan naik sepeda. Para ambtenaar umumnya hidup berkecukupan dan dihormati rakyat.

Meski kita sudah 71 tahun merdeka, tetapi kultur itu belum berubah. Para pejabat pemerintah dan birokrasi cenderung ingin dihormati rakyat. Celakanya penghormatan itu bukan didapat karena kinerjanya, melainkan karena masyarakat dibuat tergantung kepada mereka. Tidak usah heran apabila muncul pameo, "kalau bisa dibuat susah, kenapa harus dibuat mudah?”

Seperti zaman penjajahan Belanda dulu, kemudian muncullah yang namanya upeti. Kalau di zaman sekarang namanya menjadi 'uang pelicin' atau 'pungutan liar'. Rakyat tidak pernah bisa mendapatkan pelayanan publik yang baik kalau tidak mengeluarkan uang. Sikap yang mengartikan kekuasaan sebagai hak istimewa, power is privileged itulah yang melahirkan budaya korupsi sekarang ini.

Perlu ada kemauan besar kalau kita ingin membangun sebuah kultur baru yang lebih melayani. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencoba memulai dengan mengundang pejabat eselon 2 ke atas untuk berkumpul di Jakarta awal tahun ini. Kepada seluruh jajarannya, Sri Mulyani menjelaskan tentang arah pembangunan yang akan dilakukan dan peran yang harus dijalankan seluruh jajaran Kementerian Keuangan di seluruh Indonesia.

Menkeu menegaskan dirinya bukan pejabat negara yang harus dihormat-hormati. Ia menempatkan sebagai pelayan bagi para pegawai di Kementerian Keuangan dan juga masyarakat. Sri Mulyani mempersilakan seluruh jajaran untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami dari tugas yang harus dijalankan jajaran birokrasinya.

Ini merupakan awal yang baik. Namun, tentu belum cukup ketika itu belum menjadi tindakan yang dilaksanakan. Apalagi, ketika itu diharapkan menjadi kebiasaan yang melayani masyarakat. Namun, kita harus berupaya untuk menjadikan birokrasi sebagai penggerak kemajuan Indonesia karena merekalah yang menetapkan berbagai aturan agar kita menjadi bangsa yang tertib.



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.