Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
SYAHDAN, inilah kesatria yang tragis nasibnya: Ekalaya atau Bambang Ekalaya. Ia dari puak Nishada, kasta rendah yang keahliannya berburu. Ia berhasrat besar belajar memanah, jemparing, pada sang guru tersohor, Dorna. Ekalaya pun pergi ke Hastina menemui sang begawan itu. Namun, hasratnya ditolak karena rendah kastanya. Lagi pula, Dorna telah berjanji hanya jadi guru jemparing Pandawa dan Kurawa. Dorna hanya ingin Arjuna, murid kesayangannya, menjadi pemanah terbaik di jagat raya.
Tekad Ekalaya yang cerdas ini tak melisut. Ia masuk hutan dan belajar sendiri dengan membuat patung Durna dan memujanya sebagai guru sejati. Kemampuan memanahnya lekas melesat. Dorna dan Arjuna nanap jadinya ketika Ekalaya yang mengaku murid Dorna punya kecakapan memanah tingkat tinggi. Dorna pun murka. Ia meminta Ekalaya melakukan dakshina, permintaan pada siswa sebagai bakti tertinggi pada guru seusai menyelesaikan pendidikan.
Dorna minta Ekalaya memotong ibu jari kanannya. Dengan takzim sang murid ‘tak resmi’ ini melakukannya sekalipun tahu risiko besar di hadapannya, yakni kehilangan keahlian dalam memanah. Inilah cara licik khas Dorna, menghabisi siapa pun yang dinilai merongrong wibawanya. Dalam lakon Palguna-Palgunadi (Arjuna-Ekalaya) inilah para dalang kerap membawakan kisah tragis nan culas ini.
Saya tidak tahu dalam konteks kini, dalam lakon Palguna-Palgunadi, siapakah yang menjadi Dorna, Arjuna, dan Ekalaya? Saya hanya melihat panahan yang ditekuni Jokowi sebagai peserta Kejuaraan Panahan Bogor Terbuka 2017, dalam soal semangat serupa yang dilakukan Ekalaya. Jokowi berlatih memanah baru delapan bulan yang lalu setelah hampir dua tahun menjadi presiden. Jika tak ada hajat lain, latihan tiap Sabtu-Minggu, dengan pemanasan lari 6-7 km. Ia memang memulai dari bawah, tak terhindari lecet-lecet jemari tangan.
Apa yang dilakukan Jokowi, selain untuk penyegaran diri, pesannya jelas untuk memotivasi para atlet panahan, juga mempromosikan olahraga ini. Olahraga yang pernah menyumbangkan medali perak dan perunggu pada Asian Games 1978, 1982, 1994, dan medali perak pada Olimpiade 1988, tapi lebih dari dua dekade sepi prestasi. Apa yang dilakukan Jokowi juga baik untuk memotivasi bidang-bidang lain. Bahwa tak ada kata terlambat untuk belajar, untuk memulai. Bahwa di tengah tindihan beban kerja, siapa pun bisa melakukan aktivitas yang menyegarkan dan membangun optimisme.
Jokowi juga seakan menegaskan, di tengah begitu banyak persoalan yang mendera bangsa ini, termasuk berita dusta (hoax) yang dikeluhkan SBY dan aksi-aksi yang mengatasnamakan membela agama, ia tak kehilangan fokus. Olahraga panahan memang menuntut konsentrasi tinggi dan kesabaran untuk mencapai target. Filosofi ini tentu linier dalam mengelola negara. Jokowi seakan menegaskan ia hadir dalam banyak urusan. “Ada saja siasat Jokowi, tak ada matinya,” kata teman saya via Whatsapp.
Ada yang menyebut Jokowi serupa ‘Raja Midas’, apa yang disentuhnya menjadi ‘emas’. Musik cadas, kemeja kotak-kotak, kemeja putih, kolektor kecebong, jaket bomber, sarung, payung biru, yang dikenakan Jokowi umumnya jadi tren. Bukan tak mungkin olahraga panahan juga akan kian digemari.
Pemimpin-pemimpin lain di berbagai bidang dan tingkatan mestinya bisa melakukan hal yang sama, menjadi contoh untuk melakukan kebajikan.
Kita tahu, kosakata bicara Jokowi memang tak tinggi-tinggi. Akan tetapi, ketika ia menjelaskan soal konsentrasinya melakukan olahraga panahan, cuaca, angin bisa jadi faktor kendala, dalam maknanya. “Tapi nanti dipikir nyalahin angin. Dalam setiap kita melaksanakan sesuatu memang pasti ada kendalanya,” katanya.
Mungkin Jokowi bicara dalam arti sesungguhnya, bisa juga ia tengah menjawab kritik. Bukankah selain keluhan melimpahnya hoax, mantan presiden SBY beberapa kali pula mengkritik Jokowi? Pada sebuah acara Partai Demokrat April 2015, misalnya, SBY minta Jokowi tak menyalahkan siapa-siapa. “Fokus saja pada pekerjaan yang ada sekarang. Jangan terlalu sering menyalahkan pemerintahan yang lalu, termasuk pemerintahan yang saya pimpin.”
Peribahasa Melayu ini mungkin benar. Kalau tak ada angin bertiup, tak akan pokok bergoyang. Tak ada perkara yang tanpa sebab. Kita pun tahu, gairah Ekalaya dalam memanah justru bergelora karena dihinakan sang Dorna, guru yang dipujanya. Ekalaya ialah bukti kekuatan sebuah vitalitas.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved