Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Menunggu Sejarah

Djadjat Sudradjat Dewan Redaksi Media Group
16/12/2016 05:31
Menunggu Sejarah
(AP Photo/Achmad Ibrahim)

JUDUl itu bukanlah sebuah nubuat hampa bagi Timnas Indonesia. Harapan dan takdir kemenangan selalu punya banyak alasan untuk bicara. Berkali-kali masuk final (ini ke lima kali) tapi belum pernah juara; rasa teralienasi dari palagan antarnegara selama satu setengah tahun karena dilarang FIFA; persiapan yang minim dan tim yang tak diunggulkan, inilah senerai ketidakberuntungan yang justru menjadi motivasi tinggi.

Ia menjadi vitamin yang menguatkan. Stadion Pakansari, Bogor, pun menjadi saksi motivasi tinggi itu mampu mengempaskan sang juara bertahan Thailand 2-1. Inilah putaran pertama Final Piala AFF 2016 yang menegangkan: menguras emosi, juga air mata. Dua anak kami yang sulung dan bungsu, malam itu ada di antara puluhan ribu penonton yang riuh.

Kakak-beradik itu membawa bendara Merah-Putih yang terus dikibarkan dengan gempita setelah Rizky Pora menjebol gawang anak-anak asuhan Kiatisuk Senamuang itu. Mereka menjadi anasir 12 Timnas Indonesia yang Rabu malam lalu berjihad merebut mahkota juara. Saya tengah menghadiri sebuah acara ketika laga itu berjalan, sebentar mencuri waktu, mengintip babak pertama laga via live streaming di laptop.

Dibobolnya gawang Kurnia Mega oleh Teerasil Dangda pada menit ke-33 dan tim kita yang terus tertekan, membuat kami jadi setengah patah arang. Laptop segera kami tutup, lalu meneruskan acara, dan pulang dengan kecemasan terpilin-pilin. Namun, misteri si kulit bundar, terus jadi asa yang tak sirna. Bukankah Irak yang porak poranda karena perang jadi kampiun Piala Asia 2007?

Ia mengalahkan Arab Saudi yang damai dan makmur. Bukankah Korea Selatan mampu menghancurkan keperkasaan Italia dan Spanyol pada Piala Dunia 2002? 'Si anak bawang' Yunani juga mampu mengubur mimpi Portugal di final Piala Eropa 2004. Di Asia Tenggara Thailand memang kini tengah di puncak jaya, tapi kita pernah beberapa kali mengalahkannya. Jadi, ia bukanlah batu karang. Terbukti setelah Rizky Pora, Hansamu Yama Pranata, bek yang jangkung itu, mampu menghancurkan benteng Thailland.

Kami merayakan kemenangan di sebuah kedai mi Aceh tak jauh dari rumah. Dua anak kami yang pulang dengan sepatu penuh lumpur, melahap mi goreng special yang gusto sambil terus bercerita suasana tegang berubah menjadi penuh gloria. Padahal, banyak di antara mereka datang dari berbagai tempat jauh, antre tiket sejak pagi buta, kehilangan barang berharga, tapi malam itu seluruh penat dan letihnya tertebus sudah.

"Hanya ada kegembiraan luar biasa di stadion," kata si sulung. "Beruntung bisa nonton langsung. Indonesia konsisten memasukkan dua gol," tambah si bungsu. Saya memastikan mereka yang berbeda panggung dalam banyak aksi, seperti 'Aksi 411', 'Aksi 3011', ' Aksi 212', dan 'Aksi 412', malam itu menjadi satu hati dukung Timnas Indonesia atau 'Aksi 1412'. Saya baca banyak kicauan twitter yang berbeda, saling sapa untuk bola. Bola memang saling menumbangkan tetapi juga menyatukan. Bola membuat yang egois menjadi altruis.

Yang soliter menjadi solider. Yang berbeda menjadi bersama. Terlebih, kini bola menjadi permainan yang kian nikmat saja dihubungkan dengan hal-hal di luar bola. Ia bisa menjadi drama epik atau tragedi tergantung takdir mengukirnya sebagai pemenang atau pecundang. Pertemuan Argentina vs Inggris, Jerman vs Belanda, Jepang vs Korea Selatan, atau Indonesia vs Malaysia, kerap menghadirkan penggalan sejarah perseteruan mereka di masa lalu.

Bola memang 'perang' antarbangsa paling beradab, penuh estetika, dan amat menghibur. Saya tak bosan menulis Timnas Indonesia. Pekan silam setelah Indonesia mengandaskan Vietnam dengan agregat 4-3, saya menulis kolom berjudul 'Bola Kita'. Saya memang ingin pelatih Alfred Riedl, mengukir sejarah.

Kita ingin kapten Boaz Salossa menuntaskan dedikasi yang penuh makna. Kita ingin Kurnia Mega, Manahati Lestusen, Stefano Lillipaly, Rizky Pora, Hansamu Yama, Benny Wahyudi, dan seluruh pemain yang beragam latar belakang itu, menggenapkan kebanggaan itu: merekatkan kebangsaan kita yang hampir merapuh.



Berita Lainnya
  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.