Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SEKRETARIS Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Helmy Faishal Zaini, menanggapi keadaan bangsa dan negara akhir-akhir ini, mengatakan setiap pemimpin perlu lebih menahan diri dan berpikir panjang.
Kita membutuhkan pemimpin yang mempersatukan dan tidak membuat keresahan.
Tidak sepantasnya apabila seorang pemimpin mengeluarkan kata-kata yang tak pantas.
Pendapat itu mengandung nasihat.
Bahwa pemimpin masih perlu dinasihati, kiranya hal yang memprihatinkan.
Akan tetapi, untunglah masih ada pemimpin yang pantas menasihati, tergerak menasihati, dan berani menasihati pemimpin.
Menahan diri dan berpikir panjang merupakan dua perkara yang dapat berdiri sendiri, dapat pula berkaitan.
Untuk anak bangsa yang dalam relasinya dengan pemimpin merupakan anak buah/pengikut, berhasil 'menahan diri' tidak selalu bertautan dengan 'berpikir panjang'.
Sebaliknya, mereka yang disebut pemimpin. Mereka bisa menahan diri karena berpikir panjang atau karena berpikir panjang, dapat menahan diri.
Di tingkat anak buah, menahan diri merupakan urusan pengendalian emosi. Baik emosi personal maupun emosi kolektif.
Berkemungkinan terjadi person lebih tak kuasa menahan diri, justru karena berada dalam ikatan kolektif.
Dalam perkara itu, pemimpin diperlukan untuk mengendalikan.
Karena itu, celakalah bila sang pemimpin justru yang membuat keresahan, yang masih perlu dinasihati agar mengendalikan diri dan berpikir panjang.
Yang mestinya menasihati, malah masih perlu dinasihati.
Dalam hal berpikir panjang, orang menimbang baik dan buruk, maslahat dan mudarat, bahkan untung-rugi.
Jika menyangkut kepentingan pribadi atau kelompok, bukan mustahil yang terjadi malah sebaliknya, berpikir pendek.
Karena itu, sang pemimpin perlu diingatkan agar menahan diri dan berpikir panjang.
Sejatinya pemimpin di tingkat nasional telah jauh meninggalkan perihal pengendalian diri.
Mereka tidak lagi berurusan dengan emosi, tapi inner space, interior batin.
Sudah lampau perbandingan maslahat dan mudarat, apalagi untung dan rugi untuk kepentingan diri dan kelompok.
Bahkan, rela berkorban untuk bangsa dan negara.
Mereka tidak lagi di tataran mengendalikan diri dan berpikir panjang, tetapi berjiwa besar dan berpikir besar.
Dalam bahasa lain, di titik itu orang berbicara pemimpin sebagai negarawan.
Pemimpin untuk semua anak bangsa, tanpa pandang bulu.
Berapa banyak pemimpin jenis itu?
Kiranya sangat langka, bahkan dibandingkan dengan di zaman awal kemerdekaan, di masa Mr M Roem yang muslim bersahabat dengan Ignatius Joseph Kasimo yang Katolik.
Spekulatif, kiranya yang banyak pemimpin yang masih perlu mengendalikan diri dan berpikir panjang.
Spekulasi yang menyakitkan, tetapi harus diterima tanpa perlu repot-repot membuktikannya dengan survei yang canggih.
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved