Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Ganja untuk Medis atas Nama Cinta

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
30/6/2022 05:00
Ganja untuk Medis atas Nama Cinta
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MASIH ingat kasus Fidelis Arie Suderwoto? Ia dipenjara karena meramu ganja untuk istrinya, Yeni Riawati, yang didiagnosis mengidap syringomyelia, suatu penyakit sumsum tulang belakang.

Kisah Fidelis dapat dibaca dalam putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag. Putusan yang dibacakan pada 2 Agustus 2017 itu menghukum Fidelis dengan pidana penjara 8 bulan dan denda Rp1 miliar. Apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama satu bulan.

Menelaah putusan, tampak hakim berada dalam dilema. Disebutkan bahwa hakim mengutamakan asas keadilan hukum ketimbang kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Majelis hakim melihat tujuan terdakwa menggunakan ganja untuk mengobati orang yang sangat dicintainya yang pada akhirnya meninggal dunia pada saat terdakwa berada dalam tahanan.

Putusan hakim itu merefleksikan sikap negara yang gagal memerangi narkoba kemudian berpandangan hitam putih. Tanpa pandang bulu mengkriminalkan semuanya, termasuk pemakai narkoba yang senyatanya pasien yang telah terserang sarafnya dan nyaris tidak tersembuhkan seperti kasus Yeni Riawati.

Pengakuan Ridanto Busono Raharjo bisa dijadikan perbandingan. Ia memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan uji materiil Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang digelar di Mahkamah Konstitusi pada 6 Januari 2022.

Ridanto mengidap nyeri neuropatik kronis akibat kecelakaan yang dialaminya pada 1995. Tangan kanannya mengalami kelumpuhan dan nyeri hingga saat ini. Ia menerangkan dirinya menggunakan ganja untuk meredakan rasa nyeri.

“Efek ketika saya menggunakan ganja saya merasa rileks. Penderitaan nyeri kronis kategori neuropatik seperti saya ini merasakan rasa nyeri yang intensif. Hampir seluruh tubuh saya, kesadaran, otot setiap saat harus mengantisipasi rasa nyeri setiap saat dengan frekuensi yang tinggi. Ketika saya menggunakan ganja, saya menjadi rileks dan saya menghadapi rasa rileks dengan tenang,” ujar Ridanto dikutip dari website MK.

Sudah dua tahun MK menyidangkan perkara nomor 106/PUU-XVIII/2020. Perkara itu dimohonkan Dwi Pertiwi (Pemohon I), Santi Warastuti (Pemohon II), Nafiah Murhayanti (Pemohon III), Perkumpulan Rumah Cemara (Pemohon IV), Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) (Pemohon V), dan Perkumpulan Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat atau Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBHM) (Pemohon VI).

Para pemohon menguji secara materiil Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a dan Pasal 8 ayat (1) UU 35/2009 tentang Narkotika yang melarang penggunaan ganja untuk pelayanan kesehatan.

Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan yang dimaksud dengan narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Pasal 8 (1) menyatakan narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.

Narkotika Golongan I berpotensi sangat kuat dalam menimbulkan ketergantungan dan dilarang untuk pengobatan. Contohnya opium, heroin, dan ganja. Larangan itu dianggap merugikan hak konstitusional pemohon karena menghalangi pemohon untuk mendapatkan pengobatan yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan kualitas hidup anak pemohon.

Anak pemohon Dwi Pertiwi pernah diberikan terapi minyak ganja (cannabis oil) yang menderita cerebral palsy semasa terapi di Victoria, Australia, pada 2016. Akan tetapi, sekembalinya ke Indonesia, pemohon menghentikan terapi tersebut karena adanya sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Narkotika. Tidaklah berlebihan untuk menyebut Dwi Pertiwi menggugat UU Narkotika atas nama cinta kepada anaknya.

Ganja diharamkan di sejumlah negara termasuk Indonesia, tetapi sejumlah negara sudah melegalkan untuk kepentingan medis, misalnya Argentina, Kroasia, Siprus, dan Thailand.

Kita memberi apresiasi kepada Wapres Ma’ruf Amin yang meminta Majelis Ulama Idonesia (MUI) segera membuat fatwa untuk dijadikan pedoman terkait dengan penggunaan ganja untuk kesehatan.

Elok nian bila pemerintah satu kata terkait dengan ganja untuk kesehatan. Para ahli yang diajukan pemerintah dalam uji materiil UU Narkotika di MK justru tidak setuju ganja dijadikan obat.

Saya terharu membaca pleidoi Fidelis Arie Suderwoto pada 19 Juli 2017 berjudul Surat untuk Istriku Tercinta, Yeni Riawati. ‘Semenjak Papa mulai intensif memberikan Mama ekstrak ganja, Mama juga mulai lancar berkomunikasi kembali. Kita jadi sering berbagi cerita kembali. Mama banyak mengingat kenangan-kenangan yang pernah kita lalui bersama’, tulis Fidelis.

Biarkan MK memutuskan nasib ganja untuk kepentingan medis, apa pun putusannya wajib diterima.



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik