Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Glory

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
20/10/2021 05:00
Glory
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

INDONESIA dan bulu tangkis sudah seperti Brasil dan sepak bola. Bulu tangkis 'DNA' bagi Indonesia, sepak bola 'nyawanya' Brasil. Lewat bulu tangkis, Indonesia sukses menaklukkan dunia, begitu pula Brasil dengan sepak bolanya.

Kebetulan, baik Indonesia maupun Brasil, sama-sama merengkuh supremasi tertinggi kedua cabang olahraga itu terakhir kalinya pada 2002. Taufik Hidayat dan kawan-kawan meraih Piala Thomas seusai menekuk Malaysia 3-2, sedangkan Ronaldinho cs menjuarai Piala Dunia setelah membekap Jerman 2-0.

Bedanya, setelah menunggu selama 19 tahun, Indonesia akhirnya bisa memulangkan lagi Piala Thomas dalam pangkuan, sedangkan Brasil, tengah berjuang merebut trofi itu hingga tahun depan. Ada baiknya Brasil memungut inspirasi dari keberhasilan Indonesia.

Tapi, biarkanlah. Itu urusan Brasil. Urusan kita ialah bagaimana agar supremasi bulu tangkis yang kembali diraih Anthony Ginting dan kawan-kawan itu bisa betah berumah di Indonesia lagi. Mengapa? Agar kita terus punya kebanggaan. Biar kita selalu punya role model tekad. Supaya kita punya simbol penting persatuan bangsa.

Saya teringat bincang-bincang saya dengan Ketua Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (PB Djarum) Yoppy Rosimin, di program Newsmaker Medcom.id, dua tahun lalu. Waktu saya tanya apa pentingnya bulu tangkis bagi kita, Yoppy menjawab lugas: bulu tangkis itu simbol persatuan bangsa. Badminton itu menghadirkan glory, kejayaan.

Ia lalu mencontohkan peristiwa 1998. Saat itu, kerusuhan meledak di Tanah Air. Sengkarut ada di mana-mana. Perekonomian nyaris lumpuh. Bulu tangkis 'menyelamatkan' muka Indonesia dengan menjuarai Piala Thomas. Sebuah koran nasional melukiskan kemenangan itu dengan judul headline menyentuh: Indonesia masih Ada.

"Itulah nilai tertinggi. Itulah glory," kata Yoppy sembari menitikkan air mata. Ia terisak. Ia tercekat tidak bisa melanjutkan kata-kata untuk beberapa detik. Ia sedih terhadap orang-orang yang menurutnya tidak paham nilai paling tinggi dari bulu tangkis bagi negeri ini. Ia menangkis tudingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa audisi bulu tangkis PB Djarum ialah bentuk eksploitasi anak oleh pabrik rokok. KPAI pun meminta agar audisi yang telah berlangsung puluhan tahun itu disetop.

Ia menjelaskan audisi itu merupakan tradisi mencari bibit-bibit baru dan ikhtiar menciptakan ekosistem berkelanjutan untuk prestasi bulu tangkis. Ia tengah memahat sejarah hari ini, untuk kejayaan masa depan. Itu butuh waktu.

Keberhasilan Jepang memunculkan Kento Momota, pemain nomor satu dunia, juga beberapa nama lainnya dalam lima tahun terakhir, bukan pekerjaan singkat. Jepang telah 'menanam' itu 25 tahun lalu. Caranya, dengan mendatangkan Hendrawan, Markis Kido (pebulu tangkis top kita) untuk bertanding dengan atlet bulu tangkis Jepang.

Saya sepakat. Agar supremasi bulu tangkis tetap dalam genggaman, ekosistem penunjang regenerasi tidak boleh mati. Kita pernah lengah, saat bulu tangkis kita terus-menerus berada di puncak, seolah tidak bisa dikejar lagi oleh negara lain. Saat pemain bintang kian menua, ketika sinar mereka mulai redup, kita tergeser lama.

Tapi, saya optimistis, kita telah belajar banyak dari kelengahan itu. Tunas-tunas baru akan terus bermunculan, bahkan ketika sinar Ginting, Jojo, Vito, Fajar Alfian, Muhammad Rian Ardianto, Marcus, Kevin, juga Ahsan dan Hendra, masih terang. Saya juga optimistis, keberhasilan bulu tangkis putra kita akan menular ke tim putri. Tinggal soal waktu.

Kalau sudah begitu, bukan mustahil, dua tahun lagi Indonesia Raya bakal berkumandang dua kali (untuk Piala Thomas dan Uber), dan diikuti kibaran Merah Putih dua kali pula (bukan bendera PBSI). Kita butuh glory, kita ingin simbol persatuan bangsa bertahan. Saya merinding melihat semua anak bangsa berdoa menurut keyakinan berbeda-beda, untuk tujuan yang sama, kejayaan bangsa.



Berita Lainnya
  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik