Baru Melandai belum Elok Melantai

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
11/9/2021 05:00
Baru Melandai belum Elok Melantai
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DALAM rumus peperangan, ada nasihat bijak: tantangan lebih besar datang justru saat tanda-tanda kemenangan kian dekat. Ketika perang masih berkecamuk, kekuatan mudah dikumpulkan. Fokus gampang didapat karena musuhnya jelas. Kekuatan musuh bisa diprediksi. Kelengkapan senjata kita pun bisa diukur.

Namun, ketika kemenangan sudah benderang di depan mata, muncul pula kelengahan. Kuda-kuda mulai goyah. Fokus berubah. Seperti kanak-kanak merindukan hujan di tengah musim kering berkepanjangan. Begitu hujan tiba, mereka berhamburan untuk mandi hujan. Padahal, boleh jadi badai akan datang, petir menyambar, atau banjir tiba-tiba menerjang.

Begitu pula gambaran perang melawan pandemi covid-19. Bedanya, ini bukan perang sembarang perang. Ini perang asimetris. Musuh bukan hanya tidak kelihatan, melainkan juga sanggup cepat berubah-ubah dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Dia bisa bermutasi menjadi varian beta, delta, dan yang terakhir varian Mu.

Di Indonesia, perang melawan korona seperti sudah di ambang kemenangan. Angka terkonfirmasi positif sudah jauh berkurang. Dalam sepekan terakhir, kasus positif rata-rata sudah di bawah 10 ribu dalam sehari. Bandingkan dengan beberapa waktu lalu, saat kasus positif covid-19 di atas 10 ribu, 20 ribu, 30 ribu, bahkan hampir 57 ribu dalam kurun 24 jam.

Angka kematian juga menurun, di bawah 1.000 kasus per hari. Jauh bila dibandingkan dengan saat badai varian delta melanda ketika kasus kematian per hari lebih dari 5.000. Begitu pula dengan tingkat keterisian ranjang rumah sakit untuk pasien covid, yang umumnya sudah di bawah 30%, turun jauh daripada beberapa saat lalu ketika ranjang rumah sakit tak sanggup lagi menampung pasien covid karena sudah 100%. Sudah full capacity, bahkan banyak yang over capacity.

Alhasil, catatan statistik merekam bahwa covid-19 sudah melandai. Kemenangan boleh jadi makin dekat. Akan tetapi, kita belum menang. Melandai bukan berarti kita bisa 'melantai'. Bisa pesta pora. Boleh 'mandi hujan'. Tantangan kita terbesar justru ketika kasus sudah landai karena selalu diikuti penurunan kepatuhan protokol kesehatan.

Di sejumlah titik, saya menyaksikan orang mulai berkerumun. Di Pasar Ciputat, Tangerang, banyak pedagang tidak memakai masker. Ada yang pakai masker, tapi untuk menutupi dagu. Di sebuah kafe di Kemang, Jakarta, anak-anak muda nongkrong hingga dini hari dengan tempat duduk yang rapat. Mereka seolah ingin mendeklarasikan kemenangan. Namun, sekali lagi, masih terlalu dini.

Para ahli mengingatkan bahwa covid-19 tidak mungkin menghilang secara mendadak atau secara total. Kita diingatkan untuk berupaya mengendalikan diri dan menghindari euforia yang berlebihan terkait turunnya kasus covid-19. Seperti saat perubahan rezim dari otoriter ke demokrasi, kita diajak untuk bijak mengelola transisi. Itu karena kegagalan mengelola transisi bisa berujung kegagalan mengonsolidasikan kekuatan yang dibutuhkan untuk bangkit.

Jangan seperti Inggris dan India. Inggris sebetulnya sudah punya 'peta jalan' untuk kick-off injak gas. Bisnis di Inggris bahkan telah penuh semangat mengantisipasi tanggal 21 Juni, waktu itu, sebagai 'hari kebebasan' ketika semua pembatasan protokol virus korona akan dicabut. Akan tetapi, secara prematur, pada 14 Juni atau sepekan sebelum tanggal itu tiba, Perdana Menteri Boris Johnson menghancurkan harapan mereka. "Sudah waktunya melepaskan pedal gas," kata Boris Johnson sebagaimana dikutip dari The Economist.

Benar saja, ketergesaan Boris berujung miris. Kasus rawat inap dan penerimaan untuk perawatan intensif covid-19 meningkat. Maka itu, Irlandia, Prancis, dan Jerman pasang kuda-kuda. Mereka termasuk di antara negara-negara yang telah memperketat pembatasan pelancong dari Inggris. Mereka mengkhawatirkan meluasnya varian Delta.

Begitu pula dengan India. Pemerintah terburu-buru mengumumkan 'hari kebebasan' dari covid-19. Mereka seperti mengirim masyarakat berbondong-bondong menuju jurang, alih-alih menyalakan harapan kebangkitan. India kelewat percaya diri dengan menyebut 'tinggal selangkah lagi mencapai herd immunity’. India terbuai oleh angka statistik saat kasus covid-19 kian melandai selama 30 pekan berturut-turut. "Kami sudah amat dekat dengan kesuksesan," kata Bhramar Mukherjee, ahli biostatistik India, tiga pekan sebelum badai varian delta mengempas India.

Seruan kemenangan semu itu dirayakan rakyat India dengan menanggalkan hampir semua atribut protokol kesehatan yang membelenggu. Festival keagamaan digelar berhari-hari dengan kerumunan penuh, tanpa masker, tanpa berjarak. Kampanye politik pilkada India dihalalkan di seluruh negeri. Stadion menampung penuh penonton liga kriket. Hasilnya, ledakan korona secara eksponensial nan mengerikan terjadi.

Kiranya dua pengalaman penting itu cukup sebagai nasihat. Virus korona memang kian melandai, itu patut kita syukuri. Akan tetapi, ruang kesabaran masih perlu kita perluas lagi. Seperti nasihat Gandhi: 'jika kesabaran lebih bernilai daripada apa pun, pertahankan itu hingga akhir zaman. Dan, kesabaran yang dipegang teguh, akan bertahan di tengah terpaan badai terbesar sekali pun'.



Berita Lainnya
  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.