Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Saya akan Memetikmu

Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
03/9/2021 05:00
Saya akan Memetikmu
Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PAGI itu saya dikejutkan oleh bunyi 'gedebuk'. Saya membuka jendela, memandang pucuk pohon pepaya yang tumbuh di halaman. Buah pepaya tinggal dua. Benarlah seperti yang saya duga, pepaya yang kemarin dan kemarinnya dan kemarinnya lagi saya lihat menguning, pagi ini jatuh dari pokoknya.

Buah itu terluka akibat jatuh di bibir beton bak sampah yang dibikin pemilik rumah di samping sang pohon lalu mendarat di atas rerumputan yang juga tumbuh di halaman itu. Luka itu mengekspresikan warna dagingnya yang ranum. Kata orang, dia matang pohon.

Tetumbuhan bernama pepaya itu bukan keluarga kami yang menanamnya. Keluarga kami baru 39 hari menempati rumah itu, rumah sewaan. Ketika hari pertama memasuki rumah itu, ketiga pepaya masih hijau. Maka itu, yang terjadi ialah ada orang yang menanam, ada orang yang menuai.

Kata-kata orang suci itu semula saya pikir hanya pandai-pandainya orang bijak menyusun kata-kata. Lidah memang tidak bertulang, kiranya tak terkecuali lidah orang suci. Sekarang saya menemukan kenyataan, pepaya itu mengajarkan bahwa orang suci itu benar. Saya tidak menanam, tapi saya menuai.

Saya kakek tiga orang cucu. Dua yang pertama berumur 11 dan 8 tahun, yang ketiga 2 tahun. Kiranya yang terakhir saja yang terlalu pagi untuk berbagi kearifan 'buah pepaya yang jatuh di halaman', yang mengandung pengertian dari orang suci, bahwa 'ada orang yang menanam, ada orang yang menuai'. Lagi pula berbeda dengan keluarga dua cucu yang pertama, cucu yang terakhir ini, tinggal berjauhan. Dia, ayah ibunya, serta dua asisten pekerja rumah tangga mereka tidak tinggal serumah dengan kami, opa omanya. Maka itu, saya hanya menceritakan kearifan pepaya yang jatuh di halaman itu melalui media sosial, seraya menyertakan foto buah pepaya yang terluka itu yang justru menunjukkan keaslian dirinya matang pohon. Biarlah tugas orangtuanya menyampaikan kearifan itu kepada anaknya yang sudah tentu belum waktunya mengerti hikmat yang diperoleh kakeknya.

Suatu hari di masa sulit di kala remaja, saya dirundung malang gagal cinta, juga gagal sekolah. Gagal yang pertama dibahasakan orang sebagai broken heart, gagal yang kedua dibahasakan orang sebagai drop out. Dua bahasa keren kegagalan itu bikin saya bertambah marah kepada dunia, kenapa kegagalan harus dibungkus dengan bahasa asing? Bukankah dua kenyataan itu terwakili oleh satu kata saja, yaitu 'ditendang'? Yang satu ditendang perempuan yang bijaksana (pantang jatuh hati pada lelaki gagal), yang satu lagi ditendang universitas yang berkelas (pantang menaruh hati pada mahasiswa gagal). Tidak ada kegagalan yang keren. Buang itu broken heartdrop out, yang ada ialah kenyataan seseorang dua kali ditendang di dalam hidupnya.

Pengalaman remaja ditendang dua kali itu membuat saya setelah menjadi kakek entah kenapa malah kian belajar ingin mengerti makna 'matang pohon'. Akan tetapi, bunyi 'gedebuk' dan luka itu terasakan memancarkan tragedi. Matang pohon pun kiranya memerlukan semacam 'tendangan'. Saya berkesimpulan angin telah menendangnya. Jatuhnya menghajar tepi bak sampah, membuatnya terluka. Matang pohon sekalipun masih memerlukan proses yang perih untuk sampai pada diri yang sepenuhnya matang alami. Luka itu sebuah ketidaksempurnaan, yang malah sepenuhnya mengekspresikan ranumnya kematangan dialektis.

Pengalaman ditendang itu menjadikan diri kakek ini ambisius akan pengajaran. Ketika hidup normal, dia tidak ingat Tuhan. Ketika gagal, dia mencari Tuhan. Saya harap Anda bukan manusia macam itu. Pencarian itu bukan pula pencarian dengan bersemedi atau bertualang menghayati alam raya. Si remaja yang dua kali ditendang itu bolak-balik membaca sabda orang suci, itu pun terbatas yang disukainya saja, yang menurut perasaannya cocok dengan suasana kebatinan, betapa sakitnya ditendang.

Pencarian Tuhan di masa remaja gagal itu di masa kakek hanya menyisakan sebuah pengertian dari orang suci. Esensinya, 'biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka'. Saya melarang istri segera mengupas pepaya itu, menyayat-menyayatnya, lalu melahapnya. "Sabar," kataku. "Sampai saya telah menjelaskan kepada dua cucu tentang makna 'ada orang yang menanam, ada orang yang menuai'." Akan tetapi, kenapa malah saya terdorong kembali ke masa lalu, masa ditendang dua kali? Kenapa tiba-tiba esensi "Biarlah matamu memandang terus ke depan..." seakan lenyap seketika?

Di usia tua, saya merasa tertendang diri sendiri. Tendangan dari 'ruang dalam'. Saya mengambil pisau, mengupas pepaya itu, mengiris-irisnya, menyantapnya, sepuas-puasnya. Saya lupa anak cucu, lupa istri. Pepaya itu meniadakan esensi. Saya ingin mataku memandang terus ke depan dan tatapan mataku tetap ke muka.

Buah pepaya telah ludas. Apa yang tersisa? Betapa anehnya kehidupan. Ada orang yang menanam, ada orang yang menuai. Saya menghampiri jendela, menatap dua buah pepaya yang masih hijau, memandang terus ke depan. Bila tiba saatnya, tak kuinginkan engkau matang pohon dan jatuh dari pokok dengan terluka. Ditendang alam raya sekalipun. Saya akan menuaimu dengan cara terhormat, memetikmu.



Berita Lainnya
  • Waspada Utang Negara

    20/8/2025 05:00

    UTANG sepertinya masih akan menjadi salah satu tulang punggung anggaran negara tahun depan. 

  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,