Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
KADO spesial ulang tahun Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, itu datang dari Riau. Bukan sembarang kado. Ini kado yang menegaskan kemandirian anak bangsa. Kemandirian untuk mengelola sendiri isi perut bumi Tanah Air oleh anak bangsa sendiri, dengan bendera sendiri.
Ya. Setelah hampir satu abad (tepatnya 97 tahun), blok minyak dan gas Rokan, Riau, akhirnya benar-benar dikelola perusahaan Merah Putih, yakni PT Pertamina, mulai pukul 00.01 WIB, Senin, 9 Agustus 2021. Tepatnya, PT Pertamina Hulu Rokan.
Sejak ditemukan pada 1924, blok migas ini dikelola oleh perusahaan migas yang berpusat di Amerika, Chevron. Dulu bernama Caltex. Sebelum dialihkelolakan ke Pertamina, pengelola sebelumnya, yakni PT Chevron Pacific Indonesia, telah memompa lebih dari 11 miliar barel minyak dari perut bumi Lancang Kuning tersebut.
Saya katakan kado istimewa karena Blok Rokan ini merupakan penghasil migas terbesar di Tanah Air. Saat ini, wilayah kerja Rokan berkontribusi 24% terhadap produksi minyak bumi Indonesia. Sebelumnya, selama 70 tahun terakhir, Blok Rokan berkontribusi rata-rata 46% terhadap produksi minyak kita. Bahkan, pada 1973, saat oil boom terjadi, Blok Rokan mampu menghasilkan minyak hingga 1 juta barel per hari.
Maka, ketika tanggung jawab mengelola minyak di blok terbesar itu jatuh ke pangkuan perusahaan anak negeri, saya bersyukur. Tentu, bukan berarti saya tidak suka dengan kiprah multinational oil company raksasa seperti Chevron. Bukan sama sekali. Saya malah angkat topi setinggi-tingginya kepada Chevron yang sangat profesional mengelola dan merawat Blok Rokan. Saya bersyukur bahwa Chevron, selama mengelola Blok Rokan, sangat serius mempraktikkan alih teknologi kepada para anak negeri.
Tapi, saya bersyukur karena ini kesempatan ada BUMN Merah Putih untuk unjuk gigi sekaligus mengakhiri stigma buruk bahwa anak negeri belum mampu mengelola kekayaan alamnya sendiri. Barangkali ini semacam kebanggaan sentimentil atas kemampuan perusahaan minyak Merah Putih. Bangga karena kita bisa mandiri sepenuhnya.
Apalagi, selama ini, cap 'tidak mampu' itu amat melekat. Boleh jadi, karena sebelum-sebelumnya Pertamina, terutama di sektor hulu, belum 100 persen menguasai teknologi tinggi di bidang perminyakan. Tapi, apa iya, perusahaan yang berusia hampir 64 tahun tak kunjung mampu menguasai teknologi? Saya tidak yakin, itu yang terjadi. Ini soal kesempatan dan kepercayaan saja.
Pertamina belum diberi kesempatan dan dulu belum bisa dipercaya. Selain kerap di- under estimate kurang menguasai teknologi, manajemen perusahaan yang dulu berlogo kuda laut itu juga sering dikait-kaitkan dengan istilah 'boros', 'tidak efisien', 'laporan keuangan tanpa opini', bahkan pernah dicap 'korup'. Tapi, dalam kurun hampir dua dasawarsa terakhir, Pertamina telah berbenah. Bahkan kini telah berubah.
Malah, ia menjadi satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang masuk daftar 500 perusahaan top dunia di Fortune Global 500, tahun ini. Pertamina di posisi 287, dengan pendapatan tahun 2020 lebih dari US$41 miliar, mengungguli perusahaan-perusahaan raksasa seperti Coca-Cola, Repsol, Tesla, dan Danone.
Maka, ketika Presiden Joko Widodo menetapkan peta jalan kemandirian pengelolaan industri minyak nasional, hanya dalam kurun kurang dari sewindu, tekad itu terbukti. Jokowilah yang berteguh hati untuk meyakinkan bahwa Pertamina bisa. Maka, begitu kontrak Chevron berakhir, Presiden pun mewujudkan keteguhan hatinya itu.
Kini, pengelolaan blok migas yang diharapkan menjadi pendongkrak bagi produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar kaki kubik gas bumi pada 2030, itu ada dalam genggaman Pertamina. Tak perlu berlama-lama dalam euforia. Sebaik-baik rasa syukur itu bentuknya ialah kerja keras dan kerja cerdas. Juga kerja ikhlas demi kebanggaan Indonesia.
Yakinkan anak negeri ini bahwa Pertamina mampu bekerja hebat di Blok Rokan, sehebat Chevron, bahkan bisa lebih. Lanjutkan warisan baik dan hebat yang sudah dilakukan oleh Chevron Pacific Indonesia, yang profesional, efisien, dan penuh pengabdian kepada lingkungan sekitar. Jangan sampai bikin malu.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved