Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Pendidikan Antirealitas

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
01/7/2021 05:00
Pendidikan Antirealitas
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PENDIDIKAN tinggi dicita-citakan untuk menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.

Cita-cita yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi itu jauh panggang daripada api. Pendidikan di negeri ini sesungguhnya antirealitas.

Disebut antirealitas karena dunia pendidikan tinggi dijadikan menara gading yang dijauhkan dari masyarakat dan, ini yang memprihatinkan, sudah kehilangan nalar kritisnya. Lebih memprihatinkan lagi bila pendidikan tinggi membungkam kritik.

Kehilangan nalar kritisnya itu disorot Agus Nuryatno dalam tulisannya berjudul Kritik Budaya Akademik di Pendidikan Tinggi (2017). Kata dia, kritik mestinya menjadi bagian penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kelembagaan pendidikan.

Sudah saatnya pendidikan tinggi di negeri ini, meminjam pendapat Paulo Freire, harus berorientasi untuk membebaskan manusia dari kungkungan rasa takut dan tertekan akibat otoritas kekuasaan (penindasan). Pendidikan yang menolak budaya bisu untuk memulihkan kembali kemanusiaan yang telah dirampas.

Ikhtiar berpijak pada realitas untuk menolak budaya bisu itulah yang bisa dimaknai dari unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia pada Sabtu (26/6). Melalui akun Twitter @BEMUI_Official, BEM UI menyebut Presiden Joko Widodo sebagai 'the King of Lip Service'.

Reaksi atas kritik BEM UI berlebihan. Mulai pemanggilan oleh pihak rektorat hingga peretasan akun media sosial sejumlah pegiat BEM UI. Reaksi itu ujung-ujungnya membungkam kritik. Meski demikian, konten dan konteks kritik tetaplah menjadi perhatian.

Segala upaya membungkam kritik harus dilawan. Harus dilawan karena, kata WS Rendra, apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, hidup akan menjadi sayur tanpa garam. Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan, tidak mengandung perdebatan, dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan.

Berkuasa memang ada tidak enaknya. Siapa pun yang berkuasa di atas muka bumi ini pasti menjadi sasaran kritik. Kritik bisa halus atau kasar, sinis atau sarkastis, tetapi mestinya memiliki nilai yang sama. Kritik ialah madu, bukan racun.

Moral terhadap kritik itu menjadi sangat penting dikemukakan kepada presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Di antara yang memilih itu ada yang halus bahasanya, ada pula yang tanpa tedeng aling-aling langsung sasaran, bahkan cenderung kasar.

Setelah dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia, dia ialah presiden untuk siapa pun, termasuk mahasiswa yang baik halus bahasanya maupun kasar lisannya.

Reaksi Presiden Joko Widodo atas kritik yang dilancarkan BEM UI patut diapresiasi. “Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan,” ujar Presiden, Selasa (29/6).

Jokowi sudah kenyang kritik. Kritik yang disampaikan mulai dirinya disebut klemar-klemer, plonga-plongo, otoriter, bebek lumpuh, Bapak Bipang, dan terakhir 'the King of Lip Service' yang disematkan BEM UI.

Keterbukaan seorang presiden menerima kritik sesungguhnya buah reformasi. Bangsa ini telah melalui sebuah era yang sangat pahit. Kebebasan yang terpasung telah melahirkan situasi serbasemu di masa silam. Kini, kita bersahabat dengan kebebasan dan jangan sekali-kali membungkam kritik.

Presiden Jokowi sampai-sampai meminta masyarakat untuk lebih aktif dalam memberi masukan dan kritik kepada pemerintah. Menurut Jokowi, pada 8 Februari, kritik tersebut ialah bagian dari proses untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik.

Sejauh ini, jujur dikatakan bahwa Jokowi yang dikritik bertubi-tubi tidak membalas kritik dengan kritik. Apalagi sampai bertanya kepada pengkritiknya apa yang sudah mereka perbuat untuk kepentingan rakyat? Ia membalas kritik dengan terus bekerja terutama di masa pandemi covid-19 ini.

Terus bekerja karena menyadari bahwa demokrasi yang dianut didasari pada keyakinan bahwa kritik ialah vitamin yang menyehatkan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itulah, jangan pernah memadamkan kritik dengan represi kekuasaan.

BEM UI telah mencatatkan sejarah kritik mereka. Sejarah, kata Philip Guedalla, berulang dengan sendirinya. Mahasiswa yang melancarkan kritik saat ini, ketika nanti berkuasa, juga mendapat kritik. Jangan-jangan mereka yang berada di lingkaran kekuasaan saat ini juga tukang kritik pemerintah ketika menjadi mahasiswa. Karena itu, membungkam kritik hakikatnya antirealitas.



Berita Lainnya
  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.