Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Saatnya Moderasi Beragama Rebut kembali Reformasi

Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group
21/5/2021 05:00
Saatnya Moderasi Beragama Rebut kembali Reformasi
Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group(MI/EBET)

ANTROPOLOG Robert W Hefner menyebut reformasi 21 Mei 1998 hadir bersamaan dengan era revitalisasi agama. Di era revitali­sasi agama orang makin leluasa mengekspresikan identitas keagamaan mereka.

Sejauh terkait dengan Islam sebagai agama mayoritas, Greg Fealy dan Sally White membagi ekspresi identitas Islam di era reformasi dalam tiga kategori. Ketiganya ialah ekspresi kesalehan personal, ekspresi politik, sosial, legal, dan ekspresi ekonomi.

Dalam konteks ekspresi kesaleh­an personal, publik menyaksikan penguatan identitas melalui simbol-simbol keagamaan seperti jilbab, cadar, jubah, surban (serban), dan janggut serta kemunculan banyak ustaz atau penceramah dengan jemaah yang membeludak.

Ekspresi politik, sosial, dan legal antara lain terlihat dari berdirinya organisasi massa berideologikan Islam semisal Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan parpol berideologikan Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyuarakan  penegakan syariat Islam. Populisme Islam di Pilkada DKI 2017 termasuk ekspresi kategori ini.

Dalam hal ekspresi ekonomi, publik menyaksikan berkembangnya praktik ekonomi syariah, mulai bank syariah, pegadaian syariah, asuransi syariah, sampai kredit mikro berbasis syariah. Negara pun ikut serta mengekspresikan identitas ekonomi Islam karena potensi ekonominya jumbo.

Namun, Hefner optimistis demokratisasi atau reformasi di era revitalisasi agama itu melahirkan civil Islam, yakni Islam mo­derat. Dalam istilah yang populer sekarang, moderasi beragama. Optimisme Hefner itu didasarkan pada tiga hal.

Pertama, ekspresi identitas keagamaan itu tetap memegang prinsip otonomi, saling menghormati, dan kesukarelaan. Kedua, aktor dan organisasi berpengaruh kemudian bekerja menyebarkan nilai-nilai dan pengorganisasian demokratis tidak hanya kepada kalangan mereka sendiri, tetapi ke ruang publik lebih luas. Ketiga, jika prinsip-prinsip ini bertahan, prinsip-prinsip tersebut harus ditopang tatanan yang mendukung institusi, termasuk negara.

Akan tetapi, Hefner juga mengingatkan munculnya kembali isu-isu etnik dan agama dalam urusan publik. Peringatan Hefner ini sungguh-sungguh terjadi. Di era reformasi ini peristiwa diskriminasi dan kekerasan atas nama agama marak terjadi. Konflik Maluku, kekerasan terhadap penganut agama minoritas, sampai terorisme atas nama agama terjadi silih berganti.

Maraknya diskriminasi dan kekerasan atas nama agama menunjukkan kalangan konservatif agama sedang mendapat ‘giliran’ menguasai wacana dan ruang publik. Martin van Bruinessen menyebutnya conservative turn. Populisme Islam di Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu bukti kalangan konservatif agama mendapat giliran menguasai wacana dan ruang publik di Indonesia.

Negara dalam tingkat tertentu malah merawat konservativisme agama itu. Pengamat Robin Bush, misalnya, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertanggung jawab atas maraknya intoleransi dan kekerasan atas nama agama selama pemerintahannya. Lalu, banyak kepala daerah yang mengambil jalan populisme agama dengan menerbitkan berbagai hukum syariat.

Pemerintahan Presiden Jokowi berupaya menaklukkan kelompok-kelompok konservatif agama. Pemerintah membubarkan sejumlah organisasi yang mendukung ide-ide konservativisme agama. Celakanya, tindakan pemerintah itu dianggap tidak demokratis, tidak reformis.

Konservativisme agama bisa memicu disintegrasi bangsa. Bayangkan bila Hizbut Tahrir Indonesia terus-menerus dan sukses mengampanyekan khilafah, sejumlah wilayah Indonesia bukan tidak mungkin memisahkan diri. Untuk mencapai kemajuan yang disebut Indonesia Emas 2045, salah satu masalah yang mesti beres terlebih dahulu ialah ancaman disintegrasi.

Era reformasi merupakan era transisi menuju demokrasi sejati, transtition to democracy, democratic transtition. Kita mesti melangkah maju menuju demokrasi sesungguhnya. Konservativisme agama yang mengancam integrasi bangsa hanya menyebabkan transisi demokrasi kita jalan di tempat bahkan mundur tersudut-sudut di pojok ruang publik.

Kita sudah bersepakat demokrasi menjadi jalan mencapai kemajuan bangsa. Acemoglu dan Robinson menyebut perubahan struktural menjadi prasyarat suatu bangsa mencapai kemajuan. Presiden Jokowi sering menyebutnya reformasi struktural.

Salah satu bentuk perubahan struktural atau reformasi struktural ialah penegakan hukum. Tak mengapa, bahkan suatu keharusan, bila penaklukan konservativisme itu dalam kerangka penegakan hukum supaya moderasi beragama tegak demi kemajuan demokrasi dan bangsa. Sudah saatnya moderasi agama atau civil Islam merebut kembali giliran mengisi ruang reformasi kita.



Berita Lainnya
  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.