Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PRESIDEN Amerika Serikat Joe Biden sedang bungah. Senyumnya terus mekar saat berpidato untuk pertama kalinya di depan Kongres Amerika, tengah pekan ini. "Setelah 100 hari penyelamatan dan pembaruan, Amerika kini siap lepas landas. Kita bekerja kembali, bermimpi kembali, menemukan lagi dan kembali memimpin dunia,” kata Biden dalam sidang paripurna Kongres itu.
Luapan optimisme Biden tidak berangkat dari ruang kosong. Badan statistik Amerika mencatat ekonomi negeri Paman Sam itu tumbuh 6,4% pada tiga bulan pertama 2021. Pemulihan ekonomi kuartal pertama tersebut didasari oleh suksesnya program vaksinasi covid-19 dan pencabutan pembatasan kota atau lockdown di beberapa bagian negara AS, serta penggerojokan stimulus.
Kepercayaan konsumen pun naik pada April, ke level tertinggi dalam 14 bulan terakhir. Penggerojokan stimulus benar-benar efektif mendorong daya beli masyarakat, seperti pembelian mobil, sepeda, furnitur, dan barang-barang besar lainnya. Walhasil, perekonomian Amerika kuartal pertama tahun ini terdongkrak, meneruskan geliat yang terjadi di kuartal IV 2020, saat produk domestik bruto tumbuh 4,3%.
Departemen Perdagangan Amerika juga mencatat inflasi melonjak 3,5% pada periode Januari-Maret. Itu pertanda daya beli mulai pulih. Setahun yang lalu, pandemi covid-19 mendorong tingkat pengangguran di Amerika ke level tertinggi pasca-Perang Dunia II sebesar 14,8%. Lalu, perlahan tingkat pengangguran itu turun menjadi 6% karena perekrutan kerja yang dipercepat.
Kongres Amerika telah memberikan persetujuan bagi pemerintah untuk mengucurkan ribuan triliun dolar Amerika kepada masyarakat dan bisnis. Dukungan ekonomi yang luas juga datang dari bank sentral Federal Reserve. Hasilnya, sebagaimana pidato Biden, Amerika memimpin pemulihan ekonomi global, mengembalikan peran dari krisis 2008. Apalagi musim semi ini pemerintah AS juga berencana mengucurkan bantuan langsung tunai hingga US$1.400 (sekitar Rp20 juta) kepada tiap-tiap warga guna mempercepat pemulihan ekonomi.
Begitulah buah ketika pemerintah menunaikan segala janjinya, bahkan melampaui apa yang disampaikan saat kampanye. Soal vaksinasi, misalnya. Pada pidato innaugurasi Biden berjanji bakal memberikan 100 juta dosis vaksin untuk warganya di 100 hari pemerintahannya.
Faktanya, belum genap 100 hari pemerintahan, pemerintah Amerika telah menyuntikkan 200 juta dosis vaksin covid-19 kepada warganya. Biden bahkan berjanji bahwa Amerika siap mengirim vaksin ke seluruh dunia. Langkah itu boleh jadi bukan karena saking murah hatinya Amerika, melainkan ambisi Amerika kembali menancapkan pengaruh geopolitiknya di dunia.
Namun, apapun alasannya, pemerintahan Biden berhasil meyakinkan rakyat Amerika dan merebut kepercayaan mereka. Dua kata kunci ini, yakni keyakinan dan kepercayaan, merupakan modal utama kebangkitan kembali ekonomi. Kehilangan dua kata kunci tersebut, trust dan confidence amat mungkin membuat pemulihan ekonomi kian suram.
Joseph Stiglitz, penerima Nobel di bidang ekonomi 2001, berpendapat bahwa krisis keuangan global tahun 2007 berawal dari runtuhnya keyakinan para pelaku pasar terhadap perekonomian global. Lebih lanjut, Stiglitz juga menyatakan bahwa pasar keuangan bergantung pada kepercayaan dan kepercayaan telah mengalami erosi.
Keputusan yang diambil oleh para pelaku pasar dibuat dengan mempertimbangkan banyak hal, dengan kepercayaan dan keyakinan jadi faktor penentunya.
Biden tahu rumus itu. Ia tanamkan keyakinan bahwa Amerika bisa bangkit dari 'badai besar' karena punya sejarah mengalahkan Depresi Besar ekonomi. Ia seperti ingin mengulang great deal seperti yang dulu dilakukan Presiden Franklin D Roosevelt untuk menaklukkan Depresi Besar. Perlahan rakyat Amerika percaya Biden bisa mengatasi badai besar seperti Roosevelt mengalahkan Depresi Besar.
Di depan Kongres, dalam pidato pertamanya, Biden pun memanfaatkan kesempatan untuk memajukan proposal belanja pemerintah US$4 triliun (setara lebih dari Rp57 ribu triliun) untuk melanjutkan mimpi Amerika memimpin kebangkitan ekonomi dunia. Sekali lagi, kuncinya ialah kepercayaan dan keyakinan.
Dalam konteks Indonesia, masih adakah optimisme yang tersisa? Jawabnya: masih berlimpah. Negeri masih terus meraih surplus perdagangan. Ekspor kita tahun ke tahun, hingga Maret 2021 tumbuh lebih dari 30%. Pula, kita juga mencatatkan realisasi investasi yang melebihi target pada 2020 lalu, dengan capaian 2,1% di atas target.
Dari sisi kepuasan dan kepercayaan publik terhadap pemerintah, semua lembaga survei mencatatkan hasi yang sama: kepuasan kepada pemerintah di atas 60%. Kalaupun ada kritik, penyakitnya masih sama: tidak mampu menjaga amanah secara paripurna. Stimulus untuk menggerakkan ekonomi rakyat masih dipandang sebagai proyek mendulang fulus secara tidak legal oleh sejumlah pejabat. Saya menduga, perilaku lancung seperti inilah yang amat mengganggu mimpi pemulihan, kebangkitan, dan rencana besar membuat ekonomi kita maju. Kalau jumlah yang menggerogoti dan yang digerogoti besar, mimpi tinggal landas bisa menukik menjadi tinggal kandas.
Kalau Biden bilang Amerika segera lepas landas, kita juga bisa. Tinggal soal waktu. ***
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved