Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Lia Aminuddin

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
13/4/2021 05:00
Lia Aminuddin
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI. Ebet)

DI surat kabar tempat saya bekerja pertama kali sebagai wartawan di Jakarta, beredar satu versi cerita tentang satu teman wartawan yang menjadi pengikut Lia Aminuddin. Lia Aminuddin atau Lia Eden ialah perangkai bunga kering yang kelak mengklaim dirinya sebagai nabi dan titisan Bunda Maria penerima wahyu dari Jibril. Lia Eden meninggal dunia pada 9 April 2021.

Ceritanya, suatu hari sang teman memindahkan buku-bukunya dari mejanya di lantai bawah ke lantai paling atas. Kawan-kawan lain bertanya mengapa dia melakukan itu. Dia menjawab Lia Aminuddin mengabarkan Jakarta bakal dilanda banjir besar. Ketika harinya tiba, banjir tidak terjadi, hujan pun tidak. Ketika kawan-kawan mempertanyakannya, dia menjawab enteng itu karena Lia Eden dan para pengikutnya termasuk dirinya berdoa supaya banjir tidak terjadi.

Jika itu benar, Lia Aminuddin telah menyelamatkan manusia dari bencana banjir. Sekurang-kurangnya menurut para pengikutnya, pantaslah Lia Eden menyebut dirinya nabi, penerima wahyu dari Jibril. Bukankah para nabi ialah penyelamat? Musa menyelamatkan umatnya dari terjangan Laut Merah. Yesus juru selamat. Muhammad pembawa syafaat.

Akan tetapi, umat para nabi agama-agama arus utama tak sudi nabi mereka disamakan, disaingi, oleh manusia biasa seperti Lia Aminuddin. Karena itu, Lia Eden pun dua kali dihukum penjara atas tuduhan penistaan agama.

Padahal, belum tentu para nabi merasa disaingi nabi lainnya. Para nabi memang tidak bersaing. Muhammad mengatakan dia tidak membawa ajaran baru, tetapi meneruskan ajaran nabi-nabi sebelumnya. Dalam kisah Isra Mikraj, Musa menyuruh Muhammad kembali kepada Tuhan untuk meminta keringanan ibadah salat dari 50 waktu menjadi 5 waktu per hari. Kiranya ada etika kenabian bahwa sesama nabi dilarang saling menyaingi.

Bukan para nabi yang saling bersaing, melainkan pengikut mereka. Persaingan antarumat beragama sering kali memicu konflik. Perang Salib merupakan puncak kompetisi antara muslim pengikut Muhammad dan kristiani pengikut Yesus. Begitu pun konflik Islam-Kristen di Maluku.

Lia Eden tidak berniat menyaingi agama-agama arus utama. Dia ingin melanjutkan ajaran Yudaisme, Kristianitas, dan Islam serta menyatukan agama-agama besar lain seperti Buddhisme, Hindu, dan Jainisme. Bahasa kerennya, Lia membawa ajaran sinkretisme.

Terlahir sebagai muslim, Lia Eden meninggal dunia dan jenazahnya dikremasi serupa penganut Hindu. Mungkin dia berempati betul betapa sulit saat ini mencari lahan permakaman di Jakarta menyusul banyaknya orang meninggal dunia karena covid-19. Abu jenazahnya tidak memerlukan tempat luas untuk menyimpannya.

Di Indonesia bukan cuma Lia Eden dengan komunitas Salamullah-nya yang mengaku sebagai nabi. Ada Ahmad Musadeq dengan Gerakan Fajar Nusantara-nya. Ada pula Sensen Komara yang mengaku mendapat wahyu dalam mimpinya. Beberapa sosok lain juga mengaku sebagai nabi. Mereka biasanya, selain divonis menista agama, dianggap gila. Musadeq bahkan dituduh makar.

Mereka dituduh menista agama karena ajaran mereka sesat, berbeda dengan ajaran agama arus utama. Kalau ajaran mereka sesat, semestinya biarkan saja, toh ia tidak bakal laku di pasar agama-agama.

Oleh karena itu, janganlah merasa terancam kalau ada yang mengaku nabi. Terancamlah kalau ada yang tiba-tiba mengaku anak kandung atau istri Anda. Seorang motivator habis kariernya setelah ada yang mengaku anak kandungnya. Seorang guru besar terancam kariernya gara-gara seseorang mengaku sebagai istrinya.

Lia Eden tidak mengancam siapa-siapa. Akan tetapi, kadang pengikut mereka banyak dan bukan orang sembarangan. Pengikut Lia Eden ada penyair hebat, aktivis, wartawan, intelektual. Jangan-jangan agama-agama besar khawatir pasar mereka direbut agama-agama baru itu?

Mirza Gulam Ahmad bisa disebut nabi pembawa ajaran Ahmadiyah. Atas nama kebebasan beragama, kita di Indonesia membela pengikut Ahmadiyah, juga Syiah, yang sering kali mendapat perlakuan diskriminatif dari Islam arus utama dan pemerintah. Pun atas nama kebebasan beragama kita membela agama-agama asli Nusantara.

Kita semestinya memperlakukan Lia Aminuddin sebagai sosok yang teguh memperjuangkan keyakinan mereka. Oleh karena itu, kita semestinya membelanya atas nama kebebasan beragama dan berkeyakinan. Negara menjamin kebebasan warga negara beragama dan berkeyakinan. Negara juga menjamin kebebasan warga negara menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama dan keyakinan mereka.



Berita Lainnya
  • Waspada Utang Negara

    20/8/2025 05:00

    UTANG sepertinya masih akan menjadi salah satu tulang punggung anggaran negara tahun depan. 

  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,