Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Rasialisme di Sekitar Kita

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
29/1/2021 05:00
Rasialisme di Sekitar Kita
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TERDAPAT julukan sehari-hari buat etnik-etnik yang ada di Kota Medan. Ada sebutan manipol (orang Mandailing polit, pelit), Aceh pungo (orang Aceh gila), Padang pancilok (orang Padang pencuri), Batak makan orang atau Batak tembak langsung (BTL), lagak Deli (orang Melayu berlagak), keling mabuk (orang Keling suka mabuk), Jakon (Jawa kontrak) atau Jadel (Jawa Deli), dan Cimed (Cina Medan).

Julukan atau sebutan itu bisa dikatakan rasialisme atau rasialisme kategori stereotipe. Stereotipe ialah generalisasi terhadap kelompok orang tertentu. Tentu ada orang Mandailing pelit, tetapi pasti tidak seluruhnya. Sebutan manipol jelas menggeneralisa si orang Mandailing atau Tapanuli Selatan pelit.

Akan tetapi, masyarakat Medan menganggap julukan atau sebutan itu biasa-biasa saja, bagian dari keseharian, dan candaan belaka. Julukan-julukan itu tidak lantas memantik orang untuk saling lapor ke polisi. Pun julukan dan sebutan itu tak sampai memicu konflik etnik dahsyat serupa yang terjadi di Maluku atau Kalimantan Selatan.

Bila kita periksa profil Wali Kota Medan sepanjang masa, sebagian besar beretnik Mandailing. Banyak pejabat di bawah wali kota juga beretnik Mandailing. Etnik Mandailing merepresentasikan dominasi primordial, yakni etnik asli Sumatra Utara, Batak, dan Islam. Dalam hal ini, etnik Mandailing tidak hanya mendominasi akses ke sumber kekuasaan, tetapi juga ke sumber ekonomi.

Dominasi orang Mandailing dalam jabatan di struktur Wali Kota Medan bisa disebut rasialisme dengan kategori etnosentrisme. Etnosentrisme ialah preferensi terhadap kelompok etnik tertentu.

Jika dibiarkan, etnosentrisme semacam itu bisa menghadirkan apa yang oleh Stewart disebut kesenjangan horizontal (horizontal inequality). Kesenjangan horizontal ialah kesenjangan yang terjadi di antara kelompok identitas etnik, agama, ras, dan gender. Meritokrasi mesti diutamakan untuk menghadang etnosentrisme ini. Meritokrasi memberikan peluang setara kepada orang dari berbagai etnik, agama, ras, dan gender untuk mendapat sumber kekuasaan dan ekonomi.

Ambroncius Nababan, Ketua Umum Pro-Jokowi-Amin, dianggap menyamakan Natalius Pigai, mantan komisioner Komnas HAM asal Papua, dengan, maaf, gorila. Ambroncius mengunggah gambar wajah Pigai bersisian dengan wajah gorila. Masyarakat Papua melaporkan Ambroncius  ke polisi. Polisi menetapkannya sebagai tersangka.

Abu Janda juga dituduh rasialis. Dia menyebut kata ‘evolusi’ ketika menanggapi kritik Pigai terhadap vaksinasi. Charles Darwin dalam teori evolusi menyebut manusia ialah hasil evolusi monyet. Abu Janda juga dilaporkan ke polisi.

Aparat memaki mahasiswa asal Papua dengan sebutan ‘monyet’ di Surabaya, Jawa Timur. Makian itu memantik unjuk rasa masyarakat Papua yang berakhir dengan kerusuhan pada 2019.

Rasialisme terhadap Pigai dan orang Papua bisa dikategorikan stereotipe juga. Aparat, Ambroncius, dan Abu Janda dianggap menggeneralisasi etnik Papua yang berkulit hitam serupa, sekali lagi maaf, gorila atau monyet.

Rasialisme biasanya menimpa kalangan minoritas. Di Indonesia segala yang berhubungan dengan Tionghoa dan Tiongkok menghadapi
rasialisme dan diskriminasi. Tingkatnya sampai menolak berhubungan dengan segala yang berbau Tionghoa dan Tiongkok. Misalnya, ada penolakan terhadap vaksin Sinovac karena ia berasal dari Tiongkok. Rasialisme seperti itu masuk kategori miscegenation, yakni menolak hubungan dengan ras lain.

Masih ada orang dari sejumlah etnik di Indonesia yang menolak menikah dengan orang dari etnik lain. Orang Batak sebelum 1960-an, misalnya, enggan kawin dengan orang dari suku lain. Orang Batak paling tidak suka kepada orang Jawa yang dianggap tidak beradat. Itu termasuk rasialisme kategori miscegenation. Namun, setelah 1960-an, banyak orang Batak menikah dengan orang dari etnik lain, termasuk Jawa.

Bentuk rasialisme lain ialah xenophobia (xenofobia), ketakutan kepada orang asing atau orang dari kelompok etnik, ras, atau agama lain. Di Barat, dan dalam tingkat tertentu di Indonesia, berkembang islamofobia, ketakutan kepada muslim karena muslim dianggap teroris.

Prancis menganut yang disebut model universal untuk menghadang rasialisme. Model universal mengasumsikan seluruh warga negara punya hak setara sebagai individu, bukan kelompok. Prancis ingin membentuk color blind society, yakni masyarakat yang klasifikasi rasialnya tidak memengaruhi kesempatan seseorang.

Namun, model universal atau color blind society mendapat kritik. Kritiknya ialah ia menutup mata atas kenyataan manusia terdiri dari berbagai macam ras, etnik, dan agama. Itu menyebabkan kita lupa melakukan aksi afirmatif (affirmative action) untuk mengintegrasikan masyarakat.

Mendidik masyarakat sejak dini, sejak dalam keluarga, untuk menerima keberagaman kiranya menjadi model kultural untuk menghadang rasialisme. Penegakan hukum juga penting sebagai satu pendekatan struktural untuk menghadang rasialisme. Indonesia punya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik serta KUHP untuk menindak dan menghadang rasialisme.



Berita Lainnya
  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.