Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Kementerian Agama itu ‘Pasar’

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
26/12/2020 05:00
Kementerian Agama itu ‘Pasar’
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

HUBUNGAN antara agama dan negara di Republik ini kerap dibuat rumit. Itu terjadi terutama saat ada penganut agama yang kelewat bernafsu menjadikan agama sebagai ‘tunggangan’ meraih kekuasaan atau demi keuntungan pribadi.

Bagi orang yang syahwat politiknya teramat tinggi, agama bisa dijadikan alat yang ‘gurih’ untuk menapaki tangga-tangga kekuasaan lewat simbol-simbol. Bagi orang yang tak mampu mengerem syahwat untuk menumpuk kekayaan pribadi, agama kerap dijadikan alat berlindung dari tindakan-tindakan ilegal ‘memburu rente’.

Maka, tidak mengherankan jika muncul rupa-rupa seloroh terkait dengan relasi antara agama dan negara ini. Presiden Keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, misalnya, pernah berkata sebaiknya negara tak usah mengurusi agama. Tujuannya, kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, agar agama tidak dijadikan alat politik dan ekonomi.

Bahkan, Gus Dur sempat menimbang untuk membubarkan Departemen Agama (Kementerian Agama). Alasannya, “Karena Depag sudah menjelma menjadi pasar,” kata Gus Dur. Menurut putra Menag Pertama RI KH Wahid Hasyim, itu Depag sudah seperti pasar karena “Semua ada di Depag, kecuali agama itu sendiri yang enggak ada.”

Dalam pengamatan Gus Dur, Depag sudah seperti tempat jual beli dan ruang ‘negosiasi’, lebih-lebih saat musim haji tiba. Toh, saat menjadi presiden, Gus Dur tidak merealisasikan niatnya untuk membubarkan Depag. “Ada pertimbangan mudarat dan manfaat sebelum mewujudkan niat itu,” kata Gus Dur.

Pekan ini, saat kursi menteri agama beralih dari Fachrul Razi ke Yaqut Cholil Qoumas, ada beragam respons yang mengiringi peralihan itu. Ada yang gembira, skeptis, hingga sinis. Bagi yang gembira meyakini Gus Yaqut memiliki rekam jejak sikap toleransi yang jelas. Yang skeptis tidak yakin akan banyak hal berubah di Kemenag, khususnya menghilangkan ‘pasar’. Yang sinis menghubungkan dengan latar belakang ormas GP Ansor yang ia pimpin.

Ada pula yang bersikap skeptis karena Gus Yaqut masih berusia muda, baru 45 tahun. Dalam kurun setengah abad terakhir, hanya ada dua Menag berusia di bawah 50 tahun, yakni Said Agil Husin al Munawar, 47, dan Gus Yaqut. Usia itu dianggap kurang matang untuk menduduki pucuk pimpinan di Kemenag. Tapi, bukankah di era Bung Karno memerintah hampir semua Menag berusia muda? KH Wahid Hasyim dan HM Rasidi (menag pertama dan kedua) baru berusia 31 tahun saat menjadi menag.

Tapi, kegembiraan, skeptisisme, bahkan sinisme itu tantangan. Gus Yaqut harus membuktikan bahwa di tangannya hubungan antara agama dan negara bisa mudah, rileks, saling percaya. Hubungan antaragama juga tidak tegang, penuh toleransi, tidak dipenuhi syakwasangka.

Umat beragama setidaknya merasa nyaman dengan janjinya saat dipilih Presiden Joko Widodo untuk menggantikan Jenderal (Pur) Fachrul Razi. Saat serah terima jabatan, Gus Yaqut bertekad menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi. Sebagai inspirasi, agama bisa menjadi sumber kebaikan. Sebagai aspirasi, agama kerap dijadikan ‘ajang pertarungan’.

Yaqut menuturkan, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah menyampaikan seloroh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur soal Kementerian Agama. Menurut Gus Dur, Kementerian Agama seperti pasar, di mana semuanya ada, kecuali agama. “Ini waktunya kita membuktikan bahwa Kementerian Agama bukan hanya Kementerian Agama, tapi kementerian semua agama, sehingga yang disebut pasar oleh Gus Dur, ya ini pasar agama-agama ada di Kementerian Agama,” terang Yaqut.

Ia juga menegaskan tidak boleh ada perbedaan atau diskriminasi antaragama di Kementerian Agama. Ia justru ingin menjadikan Kemenag sebagai ‘pasar’. Bukan pasar dalam arti tempat jual beli jabatan atau ajang negosiasi di ruang remang-remang, tapi tempat bagi semua agama untuk memasarkan ide, menjajakan inspirasi, dan merawat toleransi.

Tidak mudah menjadikan agama sebagai sumber inspirasi. Butuh kesabaran tingkat tinggi. Serasa mendengar Jalaluddin Rumi. Kata Rumi, “Siapa pun kau, penjahat, koruptor, mata keranjang, politikus pembohong, pencari kebenaran, datanglah walaupun kau telah ingkar janji seribu kali. Kereta kami ini bukanlah wahana untuk orang yang putus asa.”

Agama dan Kementerian Agama bukan ruang putus asa dalam menyulut inspirasi. Tentu, yang ditunggu-tunggu ialah membumikan tekad, menjalankan janji. Kata penyair WS Rendra, “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”.



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik