Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Mencari Pemimpin

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
14/11/2020 05:00
Mencari Pemimpin
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MENCARI dan mencetak pemimpin di Republik berpenduduk hampir 270 juta jiwa ini tetaplah bukan pekerjaan mudah. Apalagi di tengah situasi krisis kepemimpinan seperti saat ini. Banyak keluhan klise negeri ini surplus politisi, tapi defi sit negarawan. Padahal, pemimpin idealnya negarawan. Defisit negarawan berujung pada defisit pemimpin.

Saya jadi teringat pernyataan Bung Hatta, “Kualitas pemimpin sepadan dengan caranya mendapat makan.” Ungkapan Bung Hatta itu menjadi isyarat atas perasaan umum yang berkembang mengenai krisis kepemimpinan. Cara pemimpin ‘mendapatkan makan’ itulah yang membuat defi sit negarawan tak pernah tuntas diatasi.

Mustahil muncul pemimpin sejati jika kekuasaan disesaki para pejabat yang bermental kere: tak pernah merasa cukup dengan seberapa pun yang diperoleh; juga tak kuasa memberi kepada negara, hanya bisa mengambil dari negara. Maka kita menyaksikan masih banyak barisan pemburu rente di saat sedikit orang tengah berjibaku membangun idealisme kepemimpinan.

Pada dekade 1930-an, di tengah gelombang resesi dan depresi ekonomi, Bung Hatta pernah mengingatkan pula, ”Betul banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh dari godaan iblis itu.”

Dilanjutkan lagi oleh Bung Hatta, ”Ketetapan hati dan keteguhan iman adalah satu conditio sine qua non (syarat yang terutama) untuk menjadi pemimpin. Kalau pemimpin tidak mempunyai moril yang kuat, ia tak dapat memenuhi kewajibannya dan lekas terhindar dari pergerakan.”

Integritas dan moral yang kuat itulah titik mulanya. Pemimpin bermoral baja akan memiliki pemahaman awal bahwa kekuasaan bukanlah akhir perjalanan, melainkan sarana untuk memperjuangkan kebajikan bersama. Di atas kertas, tekad itu sudah dinyatakan berkali-kali oleh ‘pabrik’ para pemimpin, yakni partai politik. Sayangnya, tekad itu kerap macet, bahkan saat hendak distarter.

Tidak mengherankan bila akhirnya rakyat merasa ditipu oleh ‘pabriknya’ calon pemimpin tersebut. Itu tergambar dalam hasil survei sejumlah lembaga kredibel, seperti Saiful Mujani Research and Consulting, Indo Barometer, Indikator Politik, juga Lembaga Survei Indonesia.

Hasil survei lembaga-lembaga itu menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap parpol tidak beringsut di rentang 40% hingga 55%. Di antara sejumlah institusi, seperti TNI, Polri, KPK, bahkan dengan DPR, tingkat kepercayaan terhadap parpol berada di posisi paling buncit.

Salah satu alasan mengapa publik tidak terlalu memercayai parpol ialah karena parpol tidak cukup menghasilkan pemimpin berkualitas negarawan. Parpol masih dipersepsikan sekadar menghasilkan pemimpin karbitan, bahkan pemimpin bermental pemburu rente. Mereka hanya mengisi tugas demokrasi secara teknik, tapi mengabaikan demokrasi secara etik.

Maka, ide Partai NasDem untuk merekrut calon pemimpin nasional secara terbuka akan betul-betul menjadi resep jitu asal dilakukan secara konsisten. Ide tersebut juga akan ‘mengobati’ luka rakyat yang merasa dibohongi parpol dalam memilih calon pemimpin.

Dengan model konvensi terbuka yang menampung anak bangsa dari segenap penjuru mata angin, tidak dibatasi hanya dari internal partai, maka publik akan bisa secara terbuka menilai, melihat rekam jejak, menelusuri kebiasaannya, hingga menelusuri cara para calon pemimpin ‘mendapatkan makan’. Rakyat akan terlibat secara langsung dan tidak merasa dijebak dengan ‘membeli pemimpin di dalam karung’.

Dengan pola rekrutmen seperti itu, bila konsisten dijalankan, akan melahirkan pemimpin yang menyadari tugasnya sebagai penggembala yang menuntun dan memperjuangkan keselamatan rakyatnya. Untuk mengemban tugas itu, mereka harus berjiwa besar agar bisa lebih besar daripada dirinya sendiri.

Seperti kata penulis, politikus, dramawan, dan presiden pertama Repubik Ceko Vaclav Havel, “Mustahil menulis persoalan besar tanpa hidup dalam persoalan besar itu. Mustahil menjadi pemimpin agung tanpa menjadi manusia agung. Manusia harus menemukan dalam dirinya sendiri rasa tanggung jawab yang besar terhadap dunia, yang berarti tanggung jawab terhadap sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.”

Dalam pola rekrutmen calon pemimpin yang terbuka melalui konvensi, akan terlihat pula bagaimana komitmen calon pemimpin terhadap kemaslahatan publik. Komitmen itu menuntut para pemimpin untuk tidak melulu mengandalkan modal fi nansial, tetapi yang lebih penting ‘modal moral’. Seberapa besar kekuatan dan kualitas komitmen pemimpin dalam memperjuangkan nilai-nilai, keyakinan, tujuan, dan amanat penderitaan rakyat, itu juga akan sangat terukur dan bisa distandardisasikan melalui konvensi.

Menjadi negarawan sebetulnya perkara gampang. Bagi politisi, yang penting mereka harus hidup untuk politik, bukan hidup (mencari makan) dari politik. Seperti kata Harry Truman, “Politik luhur adalah pelayanan publik. Tak ada kehidupan atau pekerjaan di mana manusia dapat menemukan peluang yang lebih besar untuk melayani komunitas atau negaranya selain dalam politik yang baik.”



Berita Lainnya
  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.