Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Menikam Syekh Jaber

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
19/9/2020 05:00
Menikam Syekh Jaber
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

NAMA lengkapnya Ali Saleh Muhammad Ali. Pendakwah santun yang lahir di Madinah, Arab Saudi, pada 3 Februari 1976, tersebut dikenal dengan panggilan Syekh Ali Jaber.

Namanya mendadak viral karena Syekh Ali Jaber menjadi korban penusukan seorang pemuda nekat bernama Alfin Andrian. Pendakwah yang sudah hafal 30 juz Alquran sejak kanak-kanak itu ditusuk pada bagian lengan kanan saat sedang berceramah di acara Kajian Minggu dan Wisuda Tahfi z Alquran di Masjid Falahuddin, Sukajawa, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung, pada Minggu, 13 September 2020.

Namun, yang membuat namanya kian melambung justru aksi simpatiknya terhadap pelaku penusukan. Dalam kondisi luka yang masih menganga, Syekh Jaber sempat menolong Alfin Andrian, sang penusuk, saat pemuda itu dihakimi jemaah yang hadir dalam acara.

“Saya minta jemaah berhenti menghakiminya, bahkan ada salah satu jemaah yang marah karena saya melarang,” ujar Syekh Ali Jaber sebagaimana dikutip dari Lampung Post.

Syekh Ali Jaber menyelamatkan pelaku dari amukan massa bukan tanpa alasan. Menurut dia, meski berbuat salah, pelaku juga manusia yang harus ditolong. “Akhlak terpuji ketika kita dapat ujian. Apalagi di hadapan musuh, kita diuji apakah lulus atau gagal,” katanya.

Syekh Jaber amat terganggu ketika orang yang menyakitinya itu ditarik dan diseret beramai-ramai laiknya karung. Maka, ustaz yang sejak 2012 mendapat kewarganegaraan Indonesia itu pun turun tangan membantunya.

Bukan kali ini saja Syekh Ali Jaber turun tangan dalam aksi menyelamatkan manusia. Ia merupakan salah satu pendakwah yang getol menyeru umat agar mengikuti anjuran pemerintah melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 (kini bersalin rupa menjadi Satgas Penanganan Covid-19) untuk beribadah di rumah. Berulang kali dia menyebutkan bahwa korona berbahaya, dan menghindari bahaya ialah perintah agama.

Bukan sekadar mengajak umat untuk mencintai kitab suci, Syekh Jaber juga meminta kita mengasihi sesama dan berikhtiar sekuat tenaga untuk menyelamatkan kehidupan.

Namun, kondisi sebaliknya terjadi saat tafsir makna atas peristiwa penusukan itu hinggap ke pikiran para petualang politik dan kaum partisan. Di tangan mereka, penusukan atas pendakwah itu teramat sayang untuk dilewatkan sekadar peristiwa pidana, alih-alih menjadikannya gorengan isu benturan identitas yang mengasyikkan. Ia seperti ikan yang menemukan kolamnya.

Hanya berselang beberapa jam setelah penusukan, di dunia maya mulai berseliweran narasi palsu tentang siapa pelaku dan mengapa ia secara brutal nekat menusuk Syekh Jaber saat sedang berdakwah di atas mimbar. Produsen hoaks itu menyebarkan kabar bahwa sang pelaku pernah berfoto bersama dengan sejumlah pemuda lainnya sembari mengibarkan bendera merah berlogo palu arit lambang Partai Komunis Indonesia (PKI) di atas puncak gunung. Sebuah akun Facebook membagikan foto tersebut.

Hasil penelusuran tim cek fakta Medcom.id menunjukkan bahwa klaim foto pelaku penusukan Syekh Ali Jaber dengan bendera PKI itu salah, hoaks. Faktanya, foto tersebut kerap dijadikan bahan hoaks sejak 2015, misalnya, saat menarasikan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, yang merupakan salah satu orang dalam foto tersebut.

Klaim foto pelaku penusukan Syekh Ali Jaber dengan bendera PKI itu masuk kategori hoaks jenis misleading content (konten menyesatkan). Harapannya, tercipta benturan horizontal di masyarakat buah dari sisasisa pembelahan akibat kontestasi politik lama.

Begitulah era post-truth yang lebih mengagungkan emosi ketimbang akal sehat. Kebohongan pun akan terus dibiakkan dan digemakan hingga akhirnya diimani sebagai kebenaran.

Di tangan petualang politik, peristiwa penusukan pendakwah bisa menjadi alat mudah untuk mendulang popularitas. Lihatlah bagaimana di sebuah stasiun televisi, seorang politikus mulai mengait-ngaitkan penikaman terhadap Syekh Ali Jaber dengan ‘kriminalisasi ulama’ dan ‘persekusi terhadap ulama’. Padahal, polisi masih menyelidiki adakah motif selain pengakuan tersangka bahwa ia terganggu dengan suara dakwah yang menurut dia ‘berisik’ karena menggunakan pelantang suara.

Sang politikus tidak peduli bahwa kecenderungan menggunakan caracara populisme dan artifi sial dalam berpolitik itu merusak demokrasi. Sosiolog dan pengamat demokrasi Inggris, Colin Crouch, mengistilahkan kecenderungan itu sebagai post-democracy. Dalam post-democracy pertarungan ide tidak diperlukan, yang terpenting ialah bagaimana membangun pencitraan dan memenangi emosi konstituen.

Petualang politik juga memanfaatkan kecenderungan people ignorance, yakni antusiasme berpolitik masyarakat yang menurun. Masyarakat pada umumnya tidak mau memahami duduk persoalan, hanya terpaku pada fenomena di permukaan. Maka, celah ini mereka manfaatkan dengan memainkan frasa, misalnya, ‘kriminalisasi ulama’ dan ‘memersekusi ulama’.

Adapun produsen hoaks memanfaatkan rendahnya literasi media untuk memainkan emosi publik melalui isu-isu identitas.

Padahal, sehari pascapenyerangan, Syekh Ali Jaber secara terang benderang berseru agar kita percayakan kasus itu kepada penegak hukum.

“Jangan dikait-kaitkan dengan isu politik. Umat jangan terprovokasi,” tegasnya kepada Lampung Post. Saatnya publik lebih cerdas menentukan, percaya kepada ajakan Syekh

Jaber atau tunduk pada tipu daya para produsen informasi palsu dan petualang politik.



Berita Lainnya
  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.