Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SAYA membayangkan pekerjaan mengurus negara sangat berat, semakin berat. Sekurang-kurangnya ada dua tugas berat negara. Pertama, menaklukkan radikalisme yang sudah menyusup ke kementerian dan lembaga. Kedua, menyejahterakan rakyat di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Diperlukan konsentrasi penuh untuk menjalankan tugas mahaberat itu. Mengurus negara tidak boleh paruh waktu, disambi dengan mengurus yang lain. Orang yang mau mengurus negara harus selesai dulu mengurus yang lain. Mengurus negara harus sepenuh waktu sepenuh hati.
Ketika sehabis Pilpres 2019 Presiden Jokowi mengatakan akan mengangkat kalangan milenial menjadi pembantunya, saya bertanya dalam hati, apakah kalangan milenial yang katanya antikemapanan itu bisa menjalankan tugas negara.
Ketika Nadiem Makarim disebut-sebut sebagai calon menteri, saya bertanya dalam hati, apakah Nadiem tega 'menelantarkan' 'balita' bernama Gojek yang susah payah dilahirkan dan dibesarkannya. Ternyata Nadiem rela meninggalkan Gojek, berkonsentrasi penuh mengurus pendidikan dan kebudayaan sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan.
Erick Thohir bahkan menyatakan secara terbuka menolak diundang ke seminar atau acara seremonial, mungkin karena ingin konsentrasi membenahi BUMN. Arya Sinulingga menyatakan keluar dari partai politik dan pekerjaan lamanya, barangkali juga lantaran tidak mau tugasnya mengurus komunikasi publik Kementerian BUMN direcoki urusan lain-lain.
Akan tetapi, sejumlah pembantu Presiden masih merangkap jabatan puncak di parpol. Beberapa di antaranya merangkap jabatan menteri bidang ekonomi yang berhubungan dengan urusan menyejahterakan rakyat, salah satu urusan berat selain meredam radikalisme.
Kamis (21/11), Presiden mengangkat sejumlah milenial sebagai staf khusus presiden. 'Istana Bertabur Milenial', begitu bunyi headline harian ini kemarin. Banyak yang menilai Presiden melakukan terobosan meski tak sedikit yang menilainya sebagai pemborosan.
Presiden membolehkan staf khusus milenial ini tidak bekerja penuh waktu karena mereka punya pekerjaan mengurus startup mereka. Meski bekerja paruh waktu, mereka kelihatannya menerima gaji penuh sebagai staf khusus presiden. Maka, penghasilan mereka dobel, dari pekerjaan sebagai staf khusus presiden dan dari pekerjaan sebagai CEO atau founder startup mereka.
Enak sekali mereka. Pantas saja di foto-foto mereka tampak semringah, tanpa beban, tidak serupa orang yang akan ketiban tugas berat mengurus negara. Kita juga mau tuh bekerja paruh waktu, tetapi mendapat gaji penuh plus gaji dari pekerjaan lama kita. Jangan-jangan ini bikin Arya Sinulingga menyesal meninggalkan parpol dan pekerjaan lamanya?
Presiden menjadikan mereka sebagai staf khusus untuk teman diskusi. Presiden mungkin menganggap anak-anak milenial kaum yang berpikiran liar dalam arti out of the box sehingga tidak boleh dikungkung dengan aturan untuk konsentrasi ke satu pekerjaan. Itulah sebabnya Presiden mengizinkan mereka bekerja paruh waktu, sewaktu-waktu.
Mohon maaf, bila dasar pemikirannya seperti itu, mengapa Bapak Presiden harus menjadikan mereka staf khusus? Bukankah Bapak bisa mengundang mereka sepekan sekali atau sebulan sekali untuk mendiskusikan pemikiran out of the box mereka, sebagaimana Bapak mengundang warganet atau pimpinan media berdiskusi?
Akan tetapi, jangan lupa, mengangkat pembantu-pembantunya menjadi hak prerogatif presiden. Terserah presiden. Tak boleh protes apalagi ikut campur. Dalam bahasa orang Medan, "Suka-suka presiden lah, mau apa kau?"
Kalau begitu, sudahlah, anggap saja ini semua cuma ungkapan iri generasi kolonial kepada generasi milenial.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved