Nota Kosong

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
13/8/2015 00:00
Nota Kosong
(Grafis/SENO)
SERAYA menikmati pindang daging kerbau khas Kudus di sebuah kedai di kota aslinya, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (11/8), mata saya tertawan pada sebuah pengumuman. Isinya, 'Maaf, tidak Melayani Nota Kosong'. Pengumuman itu sepertinya sengaja dipasang tersendiri di kedai makan Bapak H Sulihan, terpisah dari ramainya kalender yang memenuhi dinding.

Itu kedai laris, ditandai dengan banyaknya pihak yang ingin kalender produk dan perusahaan mereka dipajang. Seusai bersantap, saya bertanya kepada petugas kedai, "Apakah banyak yang meminta nota kosong?" Dijawab, "Banyak." "Siapa yang minta?" Dijawab lagi, "Instansi-instansi."
"Instansi-instansi?" saya ingin ketegasan.

"Ya, instansi-instansi," jawab dia. Instansi yang dimaksud pegawai negeri. Mereka meminta nota kosong untuk diisi sendiri dan menjadikannya bukti pembayaran sah untuk negara. Begitu banyak yang meminta nota kosong sampai-sampai perlu dibuat pengumuman bahwa kedai pindsot (pindang soto) itu tidak melayani permintaan nota kosong.

Nota kosong memang salah satu modus operandi korupsi. Tidak hanya nota kosong kedai makan, di masa lalu banyak pula yang meminta blangko kosong tiket pesawat terbang. Orangnya tidak terbang berdinas ke luar kota, tentu tidak pula makan di kota tujuan, tapi keterangan di tiketnya terisi telah dipakai 'terbang' dan nota restoran pun 'kenyang' diisi sendiri.

Modus operandi blangko tiket pesawat kemudian dipatahkan oleh kewajiban menyertakan boarding pass sebagai bukti. Ketentuan itu efektif melibas kebiasaan menilap uang negara melalui tiket bodong. Di zaman e-ticket seperti sekarang ini, tentu menggelikan sekaligus memalukan bila masih ada yang meminta tiket kosong.

Menggelikan karena zadul (zaman dulu), memalukan karena tampak betul bermental 'nyolongan'. Berbeda dengan blangko kosong tiket pesawat, permintaan nota kosong rumah makan rupanya masih terus berlanjut di mana-mana. Saya percaya, kedai pindsot Bapak H Sulihan di pusat kuliner Kudus bukanlah satu-satunya depo makan yang menolak memberi nota kosong.

Yang membesarkan hati, petugas kedai itu berani blakblakan menjawab pertanyaan, padahal ketika itu di antara pengunjung kedai terdapat orang 'instansi'. Kaum wiraswasta seperti Bapak H Sulihan dengan inisiatif sendiri mengambil peranan strategis di bidang pencegahan korupsi, yang merupakan salah satu tugas pokok Komisi Pemberantasan Korupsi.

Mereka melawan korupsi dari sisi penggunaan anggaran negara berbasiskan at cost yang memerlukan kuitansi. Aliran dananya memang kecil, tapi korupsi tetaplah korupsi. Meminta nota kosong di kedai jelas secuil bukti betapa korupsi sepertinya meluas dan merata di seluruh negeri. Untunglah masih ada manusia Indonesia berkarakter seperti H Sulihan, yang tanpa digaji oleh negara, tanpa melalui seleksi Panitia Seleksi Pimpinan KPK dan uji kelayakan dan kepatutan di DPR, berperan mencegah korupsi.


Berita Lainnya
  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.